JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim menyampaikan tiga hal yang menjadi bagian penting dari redaksi Qs al-Baqarah [2] ayat 183. Pertama, menyangkut aspek keimanan. Menurut Saad, iman memberikan pengajaran kepada umat Islam untuk optimis dalam menjalani kehidupan.
“Iman itu implikasinya optimis dalam keadaan apa pun. Kita harus optimis bahwa kita punya Tuhan (Allah SwT). Allah menyiapkan kehidupan yang lebih baik dari di dunia ini,” katanya saad Kultum Tarawih di Masjid Raya Al Isra PDM Jakarta Barat, Sabtu (15/3).
Terkait soalan optimis ini, Saad menukil hijrah Nabi dari Makkah ke Yastrib pada tahun 622 M. Pada perjalanan hijrah ini, Nabi melakukan persembunyian di dalam Gua Tsur bersama Abu Bakar As-Shiddiq. Hal ini dilakukan untuk menghindari kejaran dari kaum kafir Quraisy.
“Ketika itu Nabi dan Abu Bakar berada di bagian Gua Tsur yang di bawah. Datanglah mereka (Kafir Quraisy) ke Gua Tsur membawa pedang dan banyak senjata untuk membunuh beliau. Abu Bakar nangis sesengguk, lalu Nabi mengatakan, la tahzan innallaha ma'ana (Jangan bersedih, karena Allah bersama kita)”. Ya, dalam kondisi yang seperti itu, Nabi tetap optimis,” ucapnya.
Kedua, menyangkut puasa. Kata puasa berasal dari ash-shiyam yang merupakan jamak dari as-shaum. Dan kata as-shaum ini memiliki arti sebagai al-imsak yang maknanya menahan diri. Saad menerangkan, ajaran menahan diri mencakup pelbagai hal di antaranya makan, minum, maupun berhubungan suami-istri.
“Ketiga-tiganya tentu bagian dari kenikmatan hidup. Maka diajarkan supaya kita menahan diri. Menahan diri dari kenikmatan artinya menunda penikmatan nikmat-nikmat tersebut. Berarti, di dalam menahan diri, ada prinsip investasi—menginvestasikan kenikmatan untuk tidak langsung dihabiskan dan dinikmati,” sebutnya.
Ketiga, takwa (la’allakum tattaqun). Takwa sebagai elemen penting bagi setiap muslim. Dan juga ini menjadi orientasi utama umat Islam tatkala menjalani ritus peribadatan puasa. “Intinya takwa itu hati-hati (wiqoyah),” tuturnya.
Ketiga hal ini menjadi hal yang ditarik dari Redaksi Qs al-Baqarah [2] ayat 183 yang mengandung nilai pelajaran substansial mesti dikontemplasikan bagi umat Islam. “Satu ayat (ini) sudah cukup sebagai petunjuk hidup kalau kita renungkan,” tegasnya.
Selain membeirkan ceramah, pada saat bersamaan, Saad juga melakukan silaturahmi dengan para pengurus Pimpinan Cabang Muhammadiyah-Aisyiyah Tanjung Duren Raya Jakarta Barat.
Di hadapan Saad, para pengurus PCM-PCA Tanjung Duren Raya Jakarta Barat memperkenalkan Program Tahfiz membaca kitab kuning diluar pendidikan umum. Secara khusus, Saad memberi dukungan dan mengapresiasi dengan program itu. Namun, perlu ada sosialisasi sekaligus pengembangan metode ke depannya.
“Mendukung dan minimal tetap diteruskan sambil koordinasi pola, strategi dan mekanisme yang baik nantinya,” tandasnya. (Cris)