Sabri Is Our Martyr: Muhammadiyah Bangga Padamu
Oleh: Rektor UMAM, Dr. Saidul Amin
Menjelang tengah malam, HP berdering. Terdengar suara, "pak Rektor kita kehilangan dia, kita cinta Sabri, tapi Allah lebih mencintainya" . Saya agak lama terdiam. Padahal menjelang magrib kami Masih sempat mengunjunginya di ruang isolasi rumah sakit Tengku Fauziah, Kangar, Perlis. Ternyata itu Pertemuan terakhir.
Sabri adalah dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Jogjakarta, yang sedang melanjutkan program S3 (Ph.D), Social science di Universitas Muhammadiyah Malaysia (UMAM). Putera Alahan Panjang, Sumatera Barat ini menikah dengan puteri Jogjakarta. Beliau sangat fokus belajar sehingga dalam waktu singkat sudah menyelesaikan proposal dan tinggal menunggu proposal depend yang diperkirakan dalam waktu dekat. Bahkan sudah membeli berbagai oleh-oleh untuk anak-anak tercinta, menjelang kepulangannya. Ternyata dia benar-benar "Pulang".
Dia Kader sejati Muhammadiyah, tidak hanya berkutat dengan disertasi, seminar dan pustaka. Tapi rutin mengajar anak-anak Malaysia mengaji di surau wang Ulu, tak jauh dari asrama UMAM setiap selesai solat magrib menjelang isya. Pengabdian masyarakat ini dikoordinasikan oleh Dr. Afriadi Sanusi, selaku ketua asrama yang melibatkan calon doktor Muhammadiyah. Mereka berprinsip dimanapun berada, harus tetap menjadi "sang pencerah".
Kepergian Sabri terbilang sangat mengagetkan. Teman se-asramanya tidak pernah menyangka ini akan terjadi. Malam itu sebelum isya para sahabat melihatnya tertidur pulas di kamar. Dia tidak ikut makan malam seperti biasa. Mungkin kelehan pikir mereka. Akan tetapi ternyata sampai pagi dia tidak bangun, dan tetap tidur pada posisi yang sama seperti malam kemarin. Teman-teman panik, berusaha membangunkan, tapi tidak ada respon. Bahkan ada buih bercampur darah di bibirnya. Akhirnya ambulan dipanggil dan datang dalam waktu yang sangat singkat (luar biasa). Dokter berkata ada pendarahan di otaknya. Stroke !
Tim medis di Rumah Sakit Tengku Fauziah, Kangar, Perlis melayani dengan baik sekali. Kita berpacu dengan waktu, antara keinginan untuk sembuh dan takdir Allah yang lain. Setelah Lima hari berusaha, ternyata kita kalah. Bahkan beberapa jam menjelang waktu itu tiba, saya dan isteri mengunjunginya ke ruang isolasi. Gerak nafas di dada bukan karena kekuatan paru-paru, tapi tinggal kekuatan ventilator. Saya menatatap matanya yang tertutup rapat sambil berdoa, Ya Allah, berikan yang terbaik untuknya. Jam 22.35 waktu Malaysia, ruh suci itu kembali kepada pemiliknya. Sabri pergi untuk selamanya.
Saya menelfon Konsulat Jenderal Indonesia di Pineng, pak Wanton Saragih . Beliau memerintahkan staf terkait untuk membantu semaksimal mungkin. Sehingga semalam suntuk staf tersebut sibuk menghubungi pihak UMAM. Bahkan Dua orang staf datang bertakziah ke rumah sakit sambil menyerahkan surat keterangan kematian. Luar biasa, terima kasih pak Konjen.
Lalu saya menghubungi Raja Muda Perlis YTM Tuanku Syed Faizuddin Putera Ibni Tuanku Syed Sirajuddin Jamalullail menyampaikan kabar duka. Tuanku mengucapkan takziah dan menyarankan agar dikebumikan secepatnya dan dilakukan di Perlis saja. Saya juga menghubungi mufti Perlis, Prof.Dr. Dato' Asri Zainul Abidin, memohon "fatwa". Beliau juga menyarankan agar dikebumikan di Perlis dan akan membantu semua prosesnya.
Untuk itu UMAM menyampaikan terima kasih yang tulus Dan ikhlas kepada YTM tuanku dan juga Dato' mufti. Tapi keluarga di Jogja meminta jenazah dikebumikan di sana. Tentu ahli waris lebih berhak dari kita. Kita membantu sekuat tenaga. Insya Allah, tgl 17 juli nanti pesawat air Asia akan membawa jenazahnya dari Pulau Pinang, Malaysia menuju Jogjakarta. Selamat jalan Sabri, kembalilah kepada Tuhanmu dengan tenang. Kembalilah dengan senyum. Kami reda melepasmu, Semoga Allah juga menyambutmu dengan rela. Sebab prasangka Allah kepada hamba, sejalan dengan prasangka hamba kepada saudaranya. Sabri, Muhammadiyah Bangga padamu.