Sayap-sayap Merdeka Sang Burung Pipit

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
126
Burung Pipit

Burung Pipit

Sayap-sayap Merdeka Sang Burung Pipit

Oleh: Babay Parid Wazdi, Kader Muhammadiyah & Aktifis IPM 1988-1991

 

Jiwa–jiwa merdeka

adalah lentera yang tak padam,

berjalan di antara bayang-bayang dunia

dengan langkah yang tak gentar oleh angkara.

 

Jiwa Yusuf

lebih agung daripada para penguasa

yang menyalakan obor kesombongan.

Ia lebih jernih dari para wanita bangsawan

yang tertawan oleh cermin kekuasaan.

 

Jiwa Yusuf

lebih luas dari pada sebuah negeri

yang sedang sakit karena pencuri dan korupsi

 

Dan ruh kita,

oh ruh  bercahaya,

hendaklah menjadi penyembuh

bagi tanah yang lusuh,

yang ditikam bencana, banjir dan longsor

oleh tangan-tangan rakus

yang memakan bumi

seperti tikus melahap lumbung padi

 

Jiwa Hamka

lebih jernih dari debu kekuasaan Orde Lama.

Jiwa Mandela

lebih merdeka dari belenggu Botha

yang kini hanya tinggal nama

dalam buku sejarah yang berdebu.

 

Jiwa Ibrahim

melintas batas waktu

menembus windu, menembus abad.

Jiwa Musa

bergema hingga langit ketujuh

seperti hikayat yang tak usai

di bibir kemanusiaan.

 

Maka tanyakanlah pada hatimu:

maukah engkau menjadi Ibrahim, Yusuf, Musa,

menjadi Hamka, atau menjadi Mandela

yang menegakkan cinta

di tengah reruntuhan kekuasaan?

 

Ataukah engkau akan tumbang

seperti Botha dan Orde Lama,

yang hanya menyisakan gema

dan bukan cahaya?

 

Jiwa–jiwa merdeka

selalu berbuat yang terbaik

untuk bangsa

Dan sayap–sayap itu,

sayap–sayap yang ditempa dari ketulusan,

akan terbang tinggi mengangkasa dan melangit

 

Mereka membawa setetes air

untuk memadamkan api Namrudz

seperti burung pipit kecil

yang menentang kehancuran

dengan keberanian yang suci.

 

Dan di sana,

di dalam lintasan sejarah manusia

yang panjangnya puluhan ribu tahun,

tertulislah dengan indah:

bahwa kemerdekaan sejati

selalu lahir

dari hati yang setia pada kebaikan.

 

Dari Sang Burung Pipit

 

Salemba, 10 Oktober 2025

Penulis adalah Direksi Bank DKI (2018 sd 2022) & Dirut Bank Sumut (2023 sd 2025). Puisi ini diketik ulang dari tulisan tangan ayahku yang berada di rutan Salemba & puisi ini bagian dari Manifesto Tawasul Sang Burung Pipit (The Bright Way to Freedom and Faith), salam Ahmad Raihan Hakim (Alumni SMA Muh 3 Jkt 2018).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Humaniora

Masa Kecil di Kauman Cerpen Affan Safani Adham Masa kecil saya memang lebih banyak bermain-main di....

Suara Muhammadiyah

19 April 2024

Humaniora

Sedekah Sumber Berkah  Oleh: Sringatin  Sedekah merupakan kata yang tidak asing lagi di ....

Suara Muhammadiyah

4 May 2024

Humaniora

Anak Kampung: Belajar Bersama Prof Romo KH Abdul Mu’ti  Oleh: Saidun Derani, Dosen ....

Suara Muhammadiyah

21 October 2024

Humaniora

Kami memanggilnya: Paman Jangkung. Badannya tinggi. Kurus. Beliau adik kandung ibu. Tetapi, ibu dan ....

Suara Muhammadiyah

8 November 2024

Humaniora

Terinspirasi dari 3 buku babon yang mengulas pendidikan anak usia dini, mulai dari buku Totto Chan: ....

Suara Muhammadiyah

1 October 2024