PEKALONGAN, Suara Muhammadiyah - Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP) berhasil meraih Akreditasi A (Unggul) dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Prestasi ini dituangkan dalam Surat Keterangan Nomor 9825/4.1/AKR.03.00/XI.2025, yang diterbitkan setelah sidang penetapan hasil akreditasi nomor 9185/4.1/AKR.06/XI.2025 pada 6 November 2025.
Berdasarkan penilaian tersebut, perpustakaan dinyatakan memenuhi seluruh standar nasional di bidang kelembagaan, koleksi, layanan, sarana prasarana, dan tata kelola, sehingga layak menerima predikat tertinggi yang berlaku hingga 6 November 2030. Akreditasi tersebut merupakan hasil kerja panjang tim perpustakaan di bawah koordinasi Dr. Usamah selaku Kepala Perpustakaan UMPP.
Heri Susanto, S.I.Pust., salah satu pustakawan yang terlibat langsung dalam proses akreditasi, saat diwawancarai mengungkapkan bahwa persiapan dilakukan sejak tahun 2023, atau sekitar dua tahun. Menurutnya, proses ini membutuhkan ketelitian dan kerja berlapis untuk memastikan seluruh indikator penilaian terpenuhi. “Persiapannya cukup panjang. Tantangan utamanya adalah waktu, karena kami harus mengumpulkan banyak dokumen pendukung yang detail dan memastikan semuanya sesuai standar,” ujarnya, 24 November 2025. Ia menambahkan bahwa berbagai pembenahan dilakukan, mulai dari penataan administrasi hingga peningkatan layanan berbasis digital.
Sementara itu, Novia Fitriana, S.Hum, pustakawan UMPP, menuturkan bahwa pengembangan fasilitas menjadi bagian penting dalam proses menuju akreditasi. Ia menjelaskan bahwa perpustakaan menambah ruangan multimedia, memperbarui koleksi buku berdasarkan usulan mahasiswa dan dosen, serta memperluas layanan untuk berbagai kebutuhan akademik. “Pengembangan fasilitas kami lakukan bertahap agar perpustakaan semakin relevan dengan kebutuhan belajar mahasiswa. Setiap tahun ada penambahan koleksi sesuai masukan pengguna,” jelasnya.
Novia juga menyoroti salah satu inovasi unggulan perpustakaan UMPP, yaitu program SAHDU (Sahabat Difabel UMPP). Program ini menyediakan berbagai bentuk layanan inklusif seperti pelatihan bahasa isyarat, koleksi buku untuk difabel, serta ruang khusus difabel sebagai bentuk komitmen terhadap kesetaraan akses literasi. “SAHDU menjadi inovasi yang kami banggakan karena memberikan ruang bagi mahasiswa difabel untuk belajar dengan nyaman,” tambahnya.
Selain inovasi layanan, Heri menekankan bahwa keberhasilan akreditasi juga didukung peran Duta Perpustakaan, yaitu mahasiswa, dosen, dan tendik yang membantu kegiatan literasi. “Duta perpustakaan ikut berkontribusi melalui seminar, kegiatan literasi, dan proyek kreatif yang melibatkan mahasiswa. Ini sangat membantu peningkatan layanan,” katanya.
Setelah meraih Akreditasi A, baik Heri maupun Novia menyatakan bahwa tim perpustakaan akan terus meningkatkan kualitas layanan dan memperluas jangkauan. Menurut keduanya, perpustakaan UMPP tidak hanya ingin dikenal oleh sivitas akademika, tetapi juga oleh masyarakat umum sebagai pusat literasi yang ramah dan terbuka. Komitmen ini diwujudkan dengan menjaga pelayanan, memperkuat program literasi, dan mengembangkan fasilitas yang lebih modern.
Perpustakaan UMPP juga mendapatkan perhatian masyarakat karena sering dikunjungi pelajar dari berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, hingga SMA di wilayah Pekalongan. Bahkan, beberapa kali perpustakaan menerima kunjungan dari luar kota, menunjukkan bahwa keberadaannya sudah menjadi rujukan bagi banyak pihak. Kehadiran perpustakaan UMPP yang inklusif dan adaptif menjadi salah satu alasan tingginya minat kunjungan tersebut.
