SEMARANG, Suara Muhammadiyah – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr. H. Muhdi, S.H., M.Hum., menegaskan bahwa 85% penentu keberhasilan seseorang adalah soft skill dan karakter, bukan intelektualitas. Oleh karena itu, ia mendorong lembaga pendidikan ‘Aisyiyah untuk menjadikan pembangunan karakter, moral, dan keteladanan sebagai fokus utama di era Society 5.0, demi menjamin suksesnya Bonus Demografi 2045.
Peringatan krusial ini disampaikan Dr. Muhdi saat menjadi pemateri di hadapan 91 Kepala TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) dan Kelompok Bermain (KB) ‘Aisyiyah se-Kota Semarang. Para pemimpin lembaga pendidikan usia dini ini berkumpul dalam kegiatan Baitul Arqom (BA) yang bertujuan untuk pembinaan ideologi keislaman dan kepemimpinan, diselenggarakan Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Semarang pada 13–14 Desember 2025.
Dr. Muhdi, yang juga menjabat Rektor Universitas IKIP PGRI Semarang, secara tegas memperingatkan bahwa sukses atau gagalnya Indonesia memanfaatkan proyeksi populasi usia produktif hingga 65,2% pada 2045, sangat bergantung pada persiapan sumber daya manusia (SDM) sejak usia dini.
“Bonus Demografi hanya akan menjadi kekuatan jika dipersiapkan melalui pendidikan yang benar sejak usia dini,” ujar Dr. Muhdi.
Ia mengutip hasil riset manajemen Dale Carnegie yang menunjukkan bahwa penentu keberhasilan seseorang hanya 15% berasal dari hard skill atau keterampilan teknis (intelektualitas), sementara 85% sisanya ditentukan oleh soft skill, yang mencakup kemampuan adaptif, kolaboratif, solutif, dan kekuatan karakter. Berdasarkan data ini, Dr. Muhdi menekankan bahwa pembangunan karakter, moral, dan keteladanan harus menjadi fokus utama Kepala TK/KB ‘Aisyiyah di era Society 5.0.
Sejalan dengan pentingnya pembangunan karakter, Baitul Arqom ini dirancang untuk memperkuat fondasi ideologis para kepala sekolah. Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Semarang, Dr. Fachrur Rozi, M. Ag., menegaskan bahwa landasan utama gerakan ‘Aisyiyah adalah Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM).
“MKCHM berfungsi sebagai kompas moral, penunjuk arah, dan pengobar semangat amal usaha. Cita-cita tertingginya adalah mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya melalui seluruh aktivitas dakwah dan pendidikan,” jelas Dr. Fachrur Rozi. Peneguhan ideologi ini diperlukan untuk memastikan lembaga pendidikan ‘Aisyiyah menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkepribadian kuat.
Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Semarang, Aminah Kurniasih, S.Pd., M.Pd., menyampaikan bahwa kegiatan yang bertema “Peneguhan Ideologi Kader ‘Aisyiyah dalam Mewujudkan Agilitas Organisasi” ini merupakan sarana strategis untuk memperkuat ideologi kader agar tetap kokoh memegang nilai-nilai persyarikatan sekaligus mampu beradaptasi dengan tantangan zaman—menciptakan kepemimpinan yang agile (lincah).
Di sisi lain, Dr. Muhdi juga mengingatkan pentingnya aspek legal dan profesionalisme guru. Ia menekankan bahwa guru wajib menjadi anggota organisasi profesi sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen (UU Nomor 14 Tahun 2005). Keanggotaan ini vital karena organisasi profesi berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, dan memberikan perlindungan hukum bagi guru.
Kegiatan Baitul Arqom yang ditutup dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) ini diharapkan mampu menginspirasi 91 kepala sekolah peserta Baitul Arqam untuk memperkuat peran ‘Aisyiyah sebagai gerakan dakwah pendidikan di Kota Semarang. (Riyo Zakaria)


