SAMBAS, Suara Muhammadiyah - Di tengah rencana larangan impor garam, Muhammadiyah dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah bekerjasama membangunkan nelayan Sambas tunnel-tunnel garam. Setiap tahun nelayan Sambas di pantai Kampak Indah mengalami musim ubur-ubur dari bulan Maret hingga Mei.
Sepanjang pantai Paloh dari desa Temajuk hingga Sebubus akan dibanjiri ubur-ubur. Sepanjang pantai Paloh terdapat 20 kilang di Temajuk 26 kilang di Sebubus. Kebutuhan garam dalam pengolahan ubur-ubur menjadi salted jellyfish sekitar 50 ton setiap kilang.
Serah terima Rumah Garam dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut kepada kelompok nelayan Kampak Indah dilaksanakan pada 5 Desember 2024 oleh Munandar mewakili KKP, kepada Nedi Jaini ketua kelompok nelayan.
Acara serah terima disaksikan oleh Camat Paloh yang diwakili Agus, kades Sebubus Irpandi Riyadi, UPT PSPL Kalbar, Hanizam, sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah Sambas Munadi dan Wibowo dari Konsorsium Studi Pesisir, Kelautan dan Perbatasan Indonesia (KP2I). KP2I merupakan lembaga yang terdiri dari 5 Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisyiyah (PTMA), Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), UM Pontianak, Instekmu Tarakan dan UM Kupang. Tidak menutup kemungkinan akan bertambah lagi.
Lembaga yang dilaunching 7 September tahun lalu 2023 oleh Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof. Abdul Mu'ti, akan mendampingi para nelayan tersebut dalam pengelolaan Rumah Garam agar berkelanjutan.
Pendampingan nelayan selama 2 tahun, 2020 hingga 2024, awal mulanya dilakukan oleh Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah Jakarta, sebagai inisiator terbentuknya KP2I.
Dr. Endang Rudiatin, ketua PSPP UMJ mengatakan bahwa pendampingan nelayan selanjutnya akan diestafetkan kepada KP2I untuk memperluas jaringan perguruan tinggi dalam keikutsertaan membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat sebagai bagian dari kewajiban Catur Dharma PTMA.
Ketua Majelis Diktilitbang Prof. Bambang Setiaji menyambut baik kegiatan ini, dan bersiap untuk melanjutkan kerjasama ini di bawah koordinasi Majelis Diktilibang.
Keterangan gambar: Kilang ubur-ubur (atap biru) dan tunnel garam nelayan Sambas Kalimantan Barat.
Selanjutnya Endang berharap kehadiran Rumah Garam di Kampak Indah dapat membantu kebutuhan garam bagi 26 kilang ubur ubur dan juga berharap, rumah garam juga dapat dibangun di desa Temajuk, yang memiliki 20 kilang ubur ubur. Garam juga dibutuhkan untuk pengelolaan produk kelautan lainnya.