Sifat Cinta Orang Beriman Kepada Allah SWT
Oleh: Rofiq Nurhadi, Dosen AIK Universitas Muhammadiyah Purworejo
(Kajian tafsir Surah al-Baqarah: 165)
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّتَّخِذُ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْدَادًا يُّحِبُّوْنَهُمْ كَحُبِّ اللّٰهِۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَشَدُّ حُبًّا لِّلّٰهِۙ وَلَوْ يَرَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْٓا اِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَۙ اَنَّ الْقُوَّةَ لِلّٰهِ جَمِيْعًاۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعَذَابِ
“Di antara manusia ada yang menjadikan (sesuatu) selain Allah sebagai tandingan-tandingan (bagi-Nya) yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat kuat cinta mereka kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat, ketika mereka melihat azab (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat keras azab-Nya, (niscaya mereka menyesal)..” (QS Al-Baqarah: 165)
Cinta orang beriman kepada Allah SWT itu berbeda dengan cintanya orang musyrik kepada sesembahan mereka. Cinta orang beriman kepada Allah itu sangat kuat. Cinta ini lahir dari pengetahuan tentang kebesaran dan kemaha-Kuasaan Allah SWT. Bahwa Allah-lah satu-satunya Dzat yang menciptakan langit dan bumi, menpergilirkan siang dan malam, menjalankan bahtera di lautan yang dapat mengangkut apa yang bermanfaat bagi manusia, menurunkan hujan dan dengannya dihidupkan bumi setelah matinya, menyebarkan segala jenis hewan di muka bumi, serta mengisarkan angin dan awan yang dikendalikan diantara langit dan bumi (QS Al-Baqarah: 164).
Allah telah menciptakan alam ini dengan begitu teratur. Allah ciptakan bumi sebagai hamparan dan langit sebagai bangunan atau atap. Bumi dihamparkan menjadi tempat yang nyaman didiami atau ditinggali manusia. Langit dibentangkan menjadi bagunan atau atap bagi manusia di bumi. Lapisan atap melindungi manusia dari berbagai hal yang membahayakan. Langit sebagai atap juga dilengkapi dengan benda-benda langit yang sangat bermanfaat dan menyenangkan bagi manusia. Awan yang berarak, bintang yang gemerlap, bulan yang bercahaya dan matahari yang bersinar tidak hanya bermanfaat bagi manusia tapi juga memberikan keindahan bagi manusia. Kemudian malam diciptakan tidak mendahului siang, dan siangpun tidak berjalan lebih cepat untuk mendalui malam. Siang dan malam datang bergantian menyapa manusia agar manusia dapat beraktifitas dan beristirahat dengan tenang dan nyaman. Sedikit dapat dibayangkan bagaimana jika bumi tidak dihamparkan, lagit tidak dibentangkan sebagai atap, bagaimana pula jika malam dan siang saling berebutan dengan tidak teratur menghampiri manusia. Tentu manusia sangat tidak nyaman hidup di bumi ini.
Kesadaran akan kebesaran dan kasih sayang Allah inilah yang melahirkan cinta orang-orang beriman kepada Allah begitu kuat. Cinta yang sangat kuat kepada Allah ini memiliki beberapa sifat. Pertama, tulus. Cinta yang tulus kepada Allah membuat orang beriman bersedia berkorban tanpa pamrih. Bagi orang beriman amal kebaikan bukan beban, tetapi suatu bentuk ibadah yang penuh dengan kebahagiaan. Bahagia karena dekat dengan Dzat yang dicintainya. Cinta itu adalah pengorbanan. Orang-orang beriman rela mengorbankan harta, tenaga, jiwa dan apa saja untuk memperoleh kedekatan dan mencapai keredlaan Allah SWT. Tidak ada kebahagiaan yang lain bagi orang yang mencintai kecuali keredlaan yang dicintainya. Orang beriman menjadi dermawan dan mudah mengorbankan hartanya karena dia tahu bahwa Allah yang dicintai adalah Dzat yang Maha Pemurah. Semua yang dimilikinya adalah berkah dariNya dan tentu Allah mencintai hambanya yang murah hati dan dermawan. Orang beriman menjadi penyabar, pemaaf dan mudah menurunkan egonya karena dia tahu bahwa Allah yang dicintai adalah Dzat yang Maha Pemaaf, Pemberi Ampun dan Penerima Taubat, tentu Allah mencintai hambanya yang pemaaf. Orang beriman juga taat menjalankan perintah Allah dan menjahui laranganNya dengan mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, harta dan jiwa karena mereka tidak ingin merusak hubungan baik dengan Dzat yang dicintainya. Pengorbanan adalah jalan perjuangan untuk mencapai sesuatu yang lebih besar, yaitu keredlaanNya.
Kedua, setia. Orang-orang beriman setia dalam cintanya kepada Allah baik dalam suka maupun duka, dalam keadaan lapang maupun sempit. Tentu ini berbeda dengan cintanya orang-orang musyrik. Orang-orang musyrik itu segera meninggalkan Allah ketika mereka mengalami kesulitan hidup. Mereka tinggalkan Allah pergi ke dukun-dukun pengganda uang, pergi ke berhala-berhala pesugihan, dukun-dukun tenung dan yang semisalnya. Bahkan berbeda sama sekali dengan orang-orang kafir yang hanya membutuhkan Allah ketika berada dalam kesulitan, semisal sedang diterjang ombak dan badai ditengah lautan, kemudian segera melupakan Allah ketika telah diselamatkan oleh Allah sampai ditepi laut. Kesetiaan cintanya orang-orang beriman kepada Allah adalah lahir dari iman yang benar. Bahwa Allah satu-satunya Dzat yang berhak dicintai dan cinta kepada selainNya adalah atas dasar cintanya kepada Allah SWT. Cintanya orang beriman kepada Allah tidak diukur dengan keberkahan hidup yang bersifat fisik. Terkadang kesetiaan dalam cinta itu perlu ujian dan Allah Maha Kuasa untuk menguji kesetiaan cinta setiap hambaNya. Kalau diuji dengan kesempitan dia berlaku syirik atau tidak dan bila diuji dengan kelapangan ia berlaku kufur atau tidak.
Ketiga, rela atau ridla dalam keterbatasan dan syukur dalam keberlimpahan. Kerelaan dalam segala ketetapan Allah termasuk sifat cintanya orang beriman kepada Allah SWT. Kerelaan ini lahir dari keyakinan bahwa Allah Maha Rahman dan Rahim. Dengan kasih dan sayangNya, Allah pasti berkehendak dan berbuat yang terbaik untuk hamba-hambaNya. Orang-orang beriman yakin apapun yang diberikan Allah adalah baik baginya. Semua pasti ada hikmahnya. Diberi lapar misalnya menjadikan semua makanan enak baginya. Diberi payah dan letih menjadikan semua alas enak ditiduri dan lain sebagainya. Sebaliknya dalam keadaan lapang orang-orang beriman bersyukur kepada Allah SWT. Syukur ini lahir dari kesadaran bahwa apa yang mereka miliki itu adalah anugerah Allah, bukan buah dari kepandaiannya. Bila disyukuri anugerah ini akan terasa nikmat, sebaliknya bila dikufuri ia akan terasa kurang, menyiksa atau menggelisahkan.
Orang-orang beriman yang mencintai Allah dengan tulus ini tidak akan memperoleh penyesalan. Di dunia mereka memperoleh kehidupan yang tenang karena tidak terombang ambing dalam kegelisahan akibat terbolak baliknya keadaan. Di akhirat orang-orang beriman yang mencintai Allah dengan tulus, setia dan penuh kerelaan juga terbebas dari penyesalan disaat orang-orang zalim menyesal karena menyadari bahwa kekuatan itu satu-satunya milik Allah SWT. Apapun atau siapapun yang mereka angkat sebagai tandingan-tandingan Allah dan penolong-penolong selain Allah itu tidak sanggup menyelamatkannya dari adzab Allah SWT. Allahu a’lam.