YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Haji Fachrodin telah berperan besar bagi kelahiran media Persyarikatan yang meneguhkan dan mencerahkan. Salah satunya Suara Muhammadiyah (SM). Sejak kelahirannya pada tahun 1915 sampai sekarang masih terus terbit secara berkesinambungan terlama melampaui tempo lebih dari 1 abad.
Seiring berkembangnya zaman, SM memekarkan dirinya yang tidak hanya bergerak di bidang media, tetapi bergerak di sektor ekonomi. Ini merupakan pengaktualisasian dari keputusan Muktamar ke-47 Muhammadiyah di Makassar, Sulawesi Selatan. Yakni menjadikan gerakan ekonomi sebagai gerakan prioritas.
Maka, di bawah kepemimpinan Deni Asy’ari, Direktur Utama PT SCM/SM, mulai bermunculan benih-benih bisnis kontemporer. Seperti SM Corner misalnya, di mana telah tersebar di seluruh Indonesia. Kehadiran SM Tower sangat diapresiasi masyarakat karena memberikan kemudahan untuk mendapatkan produk-produk resmi Persyarikatan.
“Alhamdulillah pada hari ini telah berdiri setidaknya 93 gerai SM Corner diberbagai daerah. Kita mengelola dengan mandiri. Kita buat pola kolaboratif. Dan potensi ini sangat banyak di daerah-daerah. Pola ini yang akan kami kembangkan sampai pada tahun-tahun berikutnya,” katanya saat Pelatihan Fundraising Pimpinan Pusat Aisyiyah, Jumat (18/10) secara daring.
Selain SM Corner, bisnis yang dikembangkan baru-baru ini adalah bisnis pariwisata (SM Wisata). Bisnis ini, beber Deni, fokus pada pantai yang kemudian direaktualisasikan dengan SM Jetski. Di sini Deni ingin memperkenalkan kepada kalangan Gen-Z tentang SM. Lebih penting lagi, ingin menghidupkan roda perekonomian umat di akar rumput.
“Sehingga usaha yang dikembangkan SM dalam sektor wisata bisa berkembang, begitu juga yang ada di daerah bisa tumbuh ekonominya karena munculnya wisata-wisata yang baru. Ini yang saya sebut kolaboratif,” ungkapnya.
Demikian SM Tower. Semenjak berdirinya SM Tower di Yogyakarta, Deni membeberkan banyak di daerah yang sangat tinggi merespons untuk ikut bekerja sama dibidang perhotelan. Realita ini membuat Deni bangga dan bersyukur, juga terus menginspirasi di daerah-daerah lain agar bisa lahir Tower-Tower baru sehingga bisa memajukan perekonomian dan pariwisata.
“Semua pola untuk mendirikan hotel-hotel sifatnya kolaboratif (sharing ekonomi). Syiar dan spiritnya kita kolaborasikan secara bersama tanpa nanti kita bergantung pada pinjaman (utang piutang),” tuturnya.
Ini sebagai bentuk kemandirian yang dilakukan oleh SM. Dan hal tersebut akan terus dibudayakan dan diimplementasikan untuk menjadikan SM tumbuh besar sebagai pusat syiar dam bisnis Persyarikatan tanpa ketergantungan pada perbankan.
“Bagi kami, mandiri adalah sebuah jihad untuk mengeksporasi potensi internal secara maksimal, ini yang kita sebut mandiri. Sehingga, kami mencoba mengembangkan usaha-usaha ini dengan model kolaboratif, sharing ekonomi dengan berbagai daerah. Hal ini yang menginspirasi, watak asli Muhammadiyah adalah kemandirian," tegasnya. (Cris/Fab)