YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Dalam rangka menyemarakan Sumpah Pemuda ke-95 tahun 2023, Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyelenggarakan Pengajian Bulanan pada Jumat (20/10) secara daring. Tema pengajian ini mengusung “95 Tahun Sumpah Pemuda, Reinvensi Peran Muhammadiyah.”
Menurut Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr H Syafiq A Mughni, MA, dirinya menilai tema tersebut sangat penting dijadikan refleksi bagi para pemuda Indonesia. Sebab, peristiwa Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 sebagai salah satu tonggak perjuangan bersejarah bagi lahirnya bangsa Indonesia.
“Peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928 adalah peristiwa yang menentukan proses pembentukan bangsa kita. Ada gagasan-gagasan, ada tekad yang membara dikalangan para pemuda untuk melakukan sesuatu yang menjadi tonggak bagi lahirnya bangsa dan negara Indonesia,” ujarnya.
Karenanya, Syafiq mengajak kepada seluruh pemuda Indonesia dalam memperingati peristiwa tersebut penuh dengan kekhidmatan, bukan sekadar serimonial semata. Para pemuda Indonesia angkatan 1928 berjuang sedemikian rupa untuk memperebutkan kemerdekaan dari tangan kolonis-imperialis Belanda.
“Oleh karena itu, kita tentu memperingati ini (Sumpah Pemuda) dengan penuh kesungguhan. Bercermin dari masa lalu dan bagaimana kita harus bergerak untuk masa-masa yang akan datang,” katanya.
Syafiq mengungkapkan ketakjuban dari pemuda Indonesia angkatan 1928. Di mana mereka memiliki peran strategis untuk membawa transformasi bagi kehidupan bangsa. Yakni perubahan ke arah hidup yang lebih baik, dinamis, bermakna, dan berwarna. Di sinilah, menurut Syafiq ada semangat bersatu yang menjadi kekuatan besar untuk berjuang bersama meraih kemerdekaan.
“Kita melihat bagaimana pemuda-pemuda tahun 1928 itu bisa bersatu dan berkumpul. Kemudian menyuarakan sebuah tekad yang kemudian menjadi salah satu tonggak dari wujudnya bangsa kita,” ucapnya.
Guru Besar UIN Ampel Surabaya, Jawa Timur ini mendorong kepada seluruh pemuda Indonesia hari ini untuk bisa mengambil celupan nilai-nilai keteladanan. Hal tersebut sebagaimana yang telah dicontohkan oleh pemuda Indonesia angkatan 1928.
“Reinvensi peran Muhammadiyah harus tercermin dalam peristiwa Sumpah Pemuda dengan menekankan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) mereka tetap punya idealisme, tekad yang sama-sama kita junjung tinggi. Di sana ada idealisme perjuangan, komitmen, integritas dan lain sebagainya yang saya kira itu tumbuh subur di kalangan pemuda pada masa-masa yang lalu. Inilah yang sekarang harus kita perkuat dan kita tumbuhkan,” tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Syafiq meminta kepada pemuda Indonesia, utamanya AMM untuk bisa meneropong ke depan keberlanjutan kehidupan bangsa. Pemuda harus bisa membangun fondasi kesatuan dan persatuan di tengah keberagamaan. Lebih dari itu, pada saat bersamaan, juga memikirkan jangka panjang kehidupan bangsa di masa depan.
“Marilah ada disebagian dari kita ada yang tetap berpikir bagaimana jangka panjang dari bangsa kita harus diperkokoh landasannya yang dulu sudah diletakkan oleh pemuda dan founding parents kita pada masa lalu. dan Muhammadiyah bersama-sama masyarakat yang lain harus terus berjuang membangun, mengokohkan bangsa dan negara kita supaya menjadi negara yang betul-betul baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur,” tandasnya. (Cris)
