Surah Ali-Imran Ayat 104 Landasan Menumbuhkan Spirit Bermuhammadiyah

Publish

22 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
142
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

JAKARTA, Suara Muhammadiyah – Pengajian Muhammadiyah dilaksanakan pada Kamis (21/11) di Masjid at-Tanwir, Menteng Raya, Jakarta Pusat. Pengajian ini menghadirkan Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Ustaz Adi Hidayat. 

Membuka pengajian, Ketua PP Muhammadiyah Muhammad Saad Ibrahim mengatakan, Muhammadiyah sampai detik ini, terus berkiprah, tumbuh besar, diterima luas oleh umat dan masyarakat. Menurutnya, semua ini karena mendapat pertolongan dari Allah SwT.

“Rasanya tepat ketika mengakhiri pidato dengan nashrun minallah wa fathun qarib. Dan untuk periode ini, Allah memberikan pertolongan dengan Allah kembalikan kader luar biasa Muhammadiyah ke pangkuan Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat,” katanya.

Saad sangat menaruh harapan terhadap sosok Ustaz Adi Hidayat. “Banyak yang kita harapkan dari beliau,” ujarnya. Ia menambahkan, pemilihan Ustaz Adi Hidayat di jajaran Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah sangat tepat. Karena memiliki jaringan luas untuk mensyiarkan dakwah-dakwah Muhammadiyah berkemajuan sampai ke persada buana.

“Kita letakkan Ustaz Adi Hidayat di wakil ketua itu, terutama untuk konteks-konteks tabligh dalam ranah global dan internasional. Terima kasih Ustaz Adi Hidayat. Moga-moga Allah memberikan kemudahan, rahmat, dan barakah kepada kita semua,” ucapnya.

Dalam pengajiannya, Ustaz Adi mengawali dengan Qs ali-Imran [3]: 104. Menurutnya, redaksi surat ini menjadi spirit dalam bermuhammadiyah. yakni menyeru kepada kebaikan (dakwah bil hikmah), menegakkan nilai-nilai kebaikan, serta mencegah kemungkaran dengan cara yang santun dan efektif.

“Di antara kejeniusan tokoh-tokoh kita di Muhammadiyah, ada satu ayat (Qs ali-Imran [3]: 104) yang terintegrasi yang menjadi spirit bermuhammadiyah di semua level warga Persyarikatan,” ujarnya.

Dalam mengkaji Al-Qur’an, Ustaz Adi menegaskan tidak bisa dilakukan secara parsial. Tetapi harus urut dan saling berkorelasi antara satu ayat dengan ayat yang lainnya. Seperti mengkaji Qs ali-Imran [3]: 104, tidak bisa berhenti di ayat ini saja, tetapi perlu melihat juga pada ayat-ayat sebelumnya dan berikutnya.

“Problemnya, ayat ini saya temukan sering kali dikaji tunggal. Jadi orang kalau ngaji ayat 104 saja yang dibahas. Tidak dikoneksikan dengan ayat 103, 102, dan 105 seperti apa. Sehingga tidak utuh dalam konteks pembahasannya,” ucapnya.

Menurut Ustaz Adi, Qs ali-Imran [3]: 104 diawali dengan ayat 102 dan 103. Menukil Tafsir al-Wasith karya Syekh Muhammad Sayyid Thanthawy mengomentari ayat ini bahwa setelah Allah menguraikan tentang kualifikasi orang-orang beriman dan bertakwa, mereka berkerja secara kolektif berdasarkan pertunjuk Al-Qur’an. 

“Sehingga dengan kolektivitas yang disandarkan Al-Qur’an ini terjauh dari perpecahan yang menghancurkan,” terangnya. Setelah memahami ayat 102-103, baru kemudian masuk pada ayat 104, sebagai kelanjutan, yakni menjadi segolongan umat yang menyeru pada amar makruf nahy mungkar. Ustaz Adi menegaskan bahwa spirit ayat-ayat ini sangat relevan dengan nilai-nilai yang diusung Muhammadiyah. (Cris)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Bulan Rabi'ul Awwal menjadi bulan yang membawa kebahagiaan, karena ....

Suara Muhammadiyah

22 September 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah- Universitas Aisyiyah Yogyakarta (UNISA), menggelar Masa Ta'aruf (MAT....

Suara Muhammadiyah

29 September 2023

Berita

SLEMAN, Suara Muhammadiyah - Ikatan Pelajar Muhammadiyah SMA Muhi Yogyakarta menyelenggarakan kegiat....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Berita

SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Momentum peringatan Nuzulul Quran, 122 siswa kelas 8 SMP Muhammadiya....

Suara Muhammadiyah

28 March 2024

Berita

JAKARTA, Suara Muhammadiyah - Dewan Pimpin Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Jakarta (DPD IMM DKI....

Suara Muhammadiyah

30 November 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah