KLATEN, Suara Muhammadiyah - Gaya ceramahnya nyentrik dan tak pernah kehabisan ide segar. Di atas mimbar ia sering berkelakar. Mengomentari segala hal yang dianggapnya bermasalah. Mulai dari permasalahan internal organisasi, hingga masalah negara tak luput dari perhatiannya. Caranya mengkritik tak seperti pengkritik, lebih sopan dan santun. Baginya amal usaha Muhammadiyah di bidang sosial sudah cukup, dan tak perlu ada penambahan secara kuantitas. Perguruan tinggi sudah banyak dan rumah sakit sudah ada di mana-mana.
Pria itu adalah Tafsir, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Tengah. Ia mengapresiasi Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Klaten yang mulai memikirkan pilar ekonomi dalam pengembangan dakwahnya.
"PWM memberikan apresiasi kepada Aisyiyah Klaten atas upaya yang inovatif dan progresif ini," ujarnya pada agenda ground breaking Aisyi Tower di Klaten Jawa Tengah (16/11).
Aisyi Tower hadir sebagai jawaban terhadap tantangan Aisyiyah di sektor ekonomi. Dalam kaitannya dengan visi besar ini, ia menjelaskan bahwa Muhammadiyah dan Aisyiyah perlu untuk segera memperbanyak pasar. Sebagaimana hal ini telah dicontohkan oleh Nabi besar Muhammad Saw dan sahabatnya Ustman bin Affan saat hendak melakukan pembebasan terhadap kota Makkah yang dikuasai orang-orang kafir.
Dalam waktu relatif singkat kaum Muslimin yang berada di Madinah (terdiri atas kaum Muhajirin dan Anshar) berhasil menghimpun banyak kepala dan mampu menguasai pasar. "Syarat untuk bisa berkuasa ada tiga, pertama isi kepala, jumlah kepala, dan isi tas," tegasnya tanpa kompromi.
Ia menambahkan, "Kalau umat Islam jauh dari pasar, dapat dipastikan seluruh kekuatan ekonomi dikuasai oleh orang lain. Kita sibuk ke masjid, kita sibuk ke panti asuhan, pasar pun dikuasai orang. Kalau kita punya lahan kosong, buat pasar. Sebagaimana sahabat Ustman bin Affan contohkan."
Di hadapan segenap warga Persyarikatan, ia berpesan agar Muhammadiyah dan Aisyiyah tidak mengabaikan kekekuasaan dan faktor ekonomi, karena tanpa kekuasaan dan sumber daya ekonomi yang besar, dakwah Muhammadiyah akan maceti dan sulit berkembang.
Ia pun mengutip teori tentang negara. Bahwa negara itu terdiri atas tiga. Pertama, penguasa. Kedua, pengusaha. Ketiga, jenderal. Ketiga hal ini yang perlu dipegang agar Muhammadiyah dapat menguasai negara.
"Kalau Muhammadiyah tidak megang tiga hal ini, jangan bermimpi untuk menguasai negara," pesannya. (diko)