Tafsir Maududi: Jembatan Kitab Suci
Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Kali ini saya ingin mengulas buku The Meaning of the Quran (1972) karya Sayyid Abul Ala Maududi. Pada ulasan sebelumnya, kita membahas buku yang memberikan detail tata bahasa mendalam dari setiap ayat Al-Qur'an. Kali ini, kita akan menyelami tafsir mendalam yang menyajikan gagasan demi gagasan yang kaya makna.
Keunikan tafsir ini terletak pada kemampuannya menjembatani Al-Qur'an dengan Alkitab, menjelaskan ayat-ayat dalam konteks yang lebih luas. Sayyid Abul Ala Maududi adalah seorang cendekiawan Pakistan yang pemikirannya memiliki pengaruh besar pada umat Islam di anak benua India dan diaspora mereka di seluruh dunia. Gerakan-gerakan yang terinspirasi oleh ajarannya tetap hidup hingga kini, dan buku ini terus diapresiasi dan dihargai.
Mari kita lihat bagaimana buku ini menjalin hubungan dengan Alkitab. Sebagai contoh, dalam Surah Al-Baqarah, surah kedua Al-Qur'an, kita menemukan kisah sejarah Bani Israel. Ayat 63 dan 64 mengingatkan kita akan perjanjian yang Allah buat dengan Bani Israel di Gunung Sinai, menekankan pentingnya memegang teguh kitab suci dan mengikuti ajarannya. Meskipun Bani Israel mengingkari perjanjian tersebut, Allah tetap melimpahkan rahmat-Nya. Tafsir Maududi memberikan wawasan berharga tentang peristiwa ini, menghubungkannya dengan narasi Alkitab dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan antara kedua kitab suci tersebut.
Mari kita amati bagaimana tafsir ini disajikan. Pertama, kita disuguhkan terjemahan langsung dari teks Arab Al-Qur'an. Kemudian, halaman berikutnya menyajikan terjemahan yang lebih luas, lengkap dengan catatan kaki dan komentar mendalam dari Maududi. Dalam komentar ini, beliau menjelaskan alasan di balik pilihan kata tertentu dalam terjemahan, serta memberikan penjabaran lebih luas tentang makna ayat yang sedang dibahas.
Sebagai contoh, ketika kita ingin menggali lebih dalam tentang peristiwa "Tur yang diangkat di atas orang-orang", kita dapat merujuk pada catatan kaki 81. Di sini, Maududi memberikan informasi menarik dengan mengutip Talmud, kitab suci Yahudi. Beliau menjelaskan bahwa Talmud menggambarkan peristiwa ini dengan detail yang menggugah: Tuhan membalikkan Gunung Sinai di atas Bani Israel, seolah-olah sebuah kapal raksasa, dan menyatakan bahwa jika mereka tidak menerima Taurat, maka gunung itu akan menjadi kuburan mereka.
Referensi semacam ini sangat berharga, terutama bagi pembaca Muslim yang mungkin belum pernah membaca Talmud secara langsung. Maududi tidak hanya mengutip Alkitab yang sudah dikenal, tetapi juga menggali sumber-sumber lain yang relevan, memberikan perspektif yang lebih kaya dan komprehensif.
Dengan membaca tafsir Maududi, kita mendapatkan wawasan mendalam tidak hanya tentang Al-Qur'an itu sendiri, tetapi juga tentang hubungannya dengan kitab-kitab suci lain. Kita diajak untuk menjelajahi berbagai tradisi agama, memperluas pemahaman kita tentang konteks sejarah dan budaya di balik ayat-ayat Al-Qur'an. Pendekatan ini membuka pintu dialog antaragama, mendorong kita untuk menghargai kekayaan dan keragaman warisan spiritual umat manusia.
Maududi melanjutkan dengan membandingkan informasi dari Talmud dengan Alkitab. Ia mengutip ayat-ayat yang menggambarkan peristiwa dramatis di Gunung Sinai, seperti asap tebal dan gemuruh guntur yang membuat orang-orang ketakutan. Dengan menyandingkan kedua sumber ini, Maududi memberikan konteks yang lebih kaya dan pemahaman yang lebih mendalam tentang ayat Al-Qur'an yang sedang dibahas.
Tanpa informasi tambahan ini, pembaca mungkin akan kesulitan memahami makna di balik frasa "Tuhan mengangkat Tur di atas mereka". Maududi menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti: Apa itu Tur? Bagaimana Tuhan mengangkatnya? Dengan demikian, tafsir Maududi memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang makna Al-Qur'an dan hubungannya dengan kitab-kitab suci sebelumnya.
Pendekatan Maududi ini terbilang unik dalam sejarah tafsir Al-Qur'an. Para mufassir klasik, yang kebanyakan menulis dalam bahasa Arab, umumnya tidak memiliki akses langsung ke Alkitab. Meskipun ada beberapa ulama seperti Al-Baqillani yang mendalami Alkitab, mereka tidak memberikan analisis komparatif sedetail Maududi. Tafsir Maududi, baik dalam bahasa Arab maupun Inggris, menawarkan perspektif baru yang memperkaya pemahaman kita tentang Al-Qur'an dan hubungannya dengan tradisi agama lain.
Saya sangat merekomendasikan buku ini bagi setiap Muslim yang ingin memperdalam pemahaman agamanya melalui perspektif komparatif. Namun, buku ini akan menjadi sumber referensi yang sangat berharga bagi para mahasiswa agama perbandingan. Karya ini memberikan kontribusi penting dalam memahami hubungan antara Al-Qur'an dan kitab-kitab suci sebelumnya.
Tentu saja, tidak ada karya manusia yang sempurna, termasuk tafsir ini. Sayyid Abul Ala Maududi dikenal memiliki interpretasi politik yang kuat terhadap Islam, dan hal ini terkadang mewarnai terjemahan dan komentarnya. Penting bagi pembaca untuk menyadari hal ini dan membaca dengan kritis, memahami bahwa setiap karya tafsir memiliki keterbatasan dan sudut pandang penulisnya.
Secara pribadi, saya merasa penekanan Maududi pada interpretasi politik terkadang terasa berlebihan, terutama jika dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa terkini. Namun, hal ini tidak mengurangi nilai penting buku ini sebagai sumber referensi yang kaya dan mendalam.
The Meaning of the Quran telah memberikan dampak besar dalam perjalanan spiritual saya. Saya telah membaca karya ini selama beberapa tahun. Saya berharap buku ini juga dapat memberikan pencerahan dan inspirasi bagi Anda, bahkan mungkin mengubah hidup Anda seperti yang telah dilakukannya pada saya.