Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an

Publish

29 April 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1692
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an merupakan salah satu kunci untuk membuka makna Al-Qur`an. Dalam karya-karya tafsir klasik dan prinsip-prinsip tafsir, disebutkan bahwa kita harus menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an. Ini dikenal dengan ungkapan Al-Qur`an Yufassiru Ba’dhuhu Ba’dha—sebagian Al-Qur`an menjelaskan bagian Al-Qur`an lainnya.

Ini umum terjadi pada kebanyakan buku. Saat membaca sebuah buku, Anda berupaya memahaminya berdasarkan isi buku itu sendiri. Jika sesuatu disebutkan di satu bagian, Anda ingin tahu apa lagi yang dikatakan tentang hal yang sama di bagian lain. Anda mencoba menghubungkan semua yang diungkapkan bersama-sama, karena Anda tahu bahwa itu merujuk pada hal yang sama. Jadi, terlepas apakah kita membaca kitab suci lain seperti Alkitab atau lainnya, kita menggunakan prinsip yang serupa, yaitu sebagian dari buku atau kitab tersebut akan menjelaskan bagian lainnya.

Banyak yang tidak mengetahui hal ini. Mereka mengambil ayat Al-Qur`an di luar konteksnya dan membangun tafsir sesuai yang mereka inginkan. Jika Anda melakukan itu dengan Al-Qur`an, Anda bisa membuat makna Al-Qur`an menjadi kebalikan dari apa yang dimaksudnya.  Banyak di antara kita yang sudah hafal surah Al Ma’un. أَرَءَيْتَ ٱلَّذِى يُكَذِّبُ بِٱلدِّينِ (Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?). Di antara deskripsi tentang orang yang mendustakan agama ini adalah فَذَٰلِكَ ٱلَّذِى يَدُعُّ ٱلْيَتِيمَ (Itulah orang yang menghardik anak yatim) dan وَلَا يَحُضُّ عَلَىٰ طَعَامِ ٱلْمِسْكِينِ (dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin). Lalu kelanjutannya فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ (Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat).

Pada ayat ini dikatakan celakalah bagi orang-orang yang shalat. Apakah buruk jika orang tersebut shalat? Sama sekali tidak. Ia terdengar seperti itu karena kita berhenti di situ. Itulah yang namanya mengambil sesuatu di luar konteks. Jika kita lanjutkan, kita akan mendapatkan keseluruhan konteksnya. ٱلَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya), ٱلَّذِينَ هُمْ يُرَآءُونَ (orang-orang yang berbuat riya) dan وَيَمْنَعُونَ ٱلْمَاعُونَ (dan enggan memberikan bantuan). Karakteristik seorang mukmin adalah bahwa dia harus melakukan amal kebaikan. Jika seseorang hanya shalat dan tidak melakukan perbuatan baik, kita perlu bertanya, “Apa gunanya shalat itu?” Apakah shalat orang ini benar-benar transformatif, membuat perbedaan dalam kehidupannya?

Surah ini sebenarnya menyatakan bahwa ada orang-orang yang shalat, tetapi mereka melakukannya untuk pamer dan bukan untuk mencari keridhaan Allah. Padahal shalat itu adalah wujud ketaatan dan penghambaan kepada Allah. Mereka yang tidak menindaklanjuti shalat dengan melakukan perbuatan baik benar-benar dicela oleh Allah. 

Tetapi jika Anda hanya mencopot kata-kata لِّلْمُصَلِّينَ, yang berarti ‘celakalah bagi orang-orang yang shalat,’ maka akan terlihat seolah orang-orang yang shalat adalah orang jahat. Orang bisa mengumumkan kepada orang-orang di masjid, “Hei para mushallin, kalian orang-orang jahat.” Tapi tidak demikian maknanya. Jadi bagaimana kita menjaga diri dari hal itu? Kita harus menyadari bahwa pada prinsipnya, Al-Qur`an harus ditafsirkan dengan menafsirkan sebagian ayatnya dengan ayat lainnya.

Al-Qur`an sendiri menegaskan kebutuhan ini karena Al-Qur`an berbicara tentang dirinya sebagai segala sesuatu yang dijelaskan. Ada bagian-bagian di mana Al-Qur`an sendiri mengakui bahwa Allah menjelaskan hal-hal kepada Nabi Muhammad di bagian lain. "قَدْ قَصَصْنَٰهُمْ عَلَيْكَ" (Kami telah menceritakan kisah mereka kepadamu sebelumnya), dan sebagainya.

Ketika Allah berbicara tentang Ahli Kitab dan beberapa hal yang dilarang mereka makan, Allah berfirman dalam Al-Qur`an bahwa Allah telah memberikan rincian untuk kita tentang beberapa hal ini. Dalam memberikan aturan makanan kepada umat Islam, Allah berfirman misalnya dalam surah kelima ayat satu, “kecuali apa yang akan dibacakan kepadamu” atau yang telah dibacakan kepadamu di bagian lain Al-Qur`an. Jadi beberapa ayat kemudian dalam surah yang sama, ayat ke-3, ada rincian tentang hal-hal yang dilarang. Ada surah ke-2 dan surah ke-6 menjelaskan kepada kita tentang makanan terlarang.

Jadi sesuatu disebutkan secara singkat di satu tempat, kemudian detailnya akan ditemukan di bagian lain. Kita harus menemukan ayat atau surah lain dalam Al-Qur`an untuk menemukan detail tersebut. Surah ke-4 ayat 127 berbicara tentang anak yatim, dan mengatakan bahwa Allah telah memberi kita peraturan tentang bersikap adil kepada anak yatim. Peraturan tersebut ditemukan sebelumnya dalam surah yang sama, khususnya dalam ayat 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan seterusnya.

Kita menemukan apa yang disebutkan secara singkat di satu tempat disebutkan lebih detail di tempat lain dalam Al-Qur`an. Al-Qur`an sendiri mengakui bahwa begitulah cara Al-Qur`an disusun. Kita akan kehilangan banyak hal dan salah memahami Al-Qur`an jika kita tidak mengingat prinsip ini dan membiarkan Al-Qur`an menjelaskan dirinya sendiri.

Jika kita mengambil sesuatu di luar konteksnya, kita bisa saja menjadikan Kitabullah sesuai dengan tafsir apa pun yang kita inginkan. Kita dapat menciptakan makna Al-Qur`an berseberangan dari apa yang dimaksudkan Al-Qur`an sendiri. Tentu saja ini dilarang dan salah sebab ia akan memberikan penafsiran yang keliru terhadap Kitab Allah. Jadi kita harus waspada untuk tidak melakukannya.

Struktur Al-Qur`an terkadang tidak dipahami orang. Mereka tidak mengerti bagaimana segala sesuatunya diatur. Sebetulnya banyak pakar dan peneliti telah melakukan studi rinci tentang ini, tapi kita tidak akan membahas terlalu detail sekarang. Namun salah satunya adalah bahwa sebuah surah disebut surah dalam Al-Qur`an layaknya sebentuk pagar yang melingkar di sekitar perkebunan. Anda mulai dari satu tempat, Anda berkeliling, dan Anda kembali ke tempat Anda memulai. Jadi, Anda akan menemukan bahwa banyak surah dalam Al-Qur`an memiliki karakteristik ini dengan sangat menonjol.

Anda akan melihat di mana dan bagaimana surah dimulai, ide, tema, konsep, kata-kata yang sedang digunakan digunakan lagi. Mari kita ambil surah Al-Baqarah sebagai contoh. Ini surah terpanjang, 286 ayat, surah ke-2 dalam Al-Qur`an. Pada awalnya kita bisa membaca bahwa orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang beriman kepada yang ghaib. Kemudian menjelang akhir surah itu, hal-hal ghaib tersebut ditentukan. Mereka beriman kepada Allah, Malaikat-Nya, Rasul-Rasul-Nya, dan Kitab-Kitab-Nya. Malaikat adalah makhluk ghaib. Allah tidak terlihat. Jadi kita beriman kepada yang ghaib. Pernyataan itu hadir menjelang akhir surah.

Anda bisa melihat bahwa seluruh surah ini dimulai dari satu tempat, bergerak dan berputar kembali ke tempat yang sama. Lebih lanjut tentang ini dapat ditemukan dalam buku karya Raymond Farrin, berjudul Structure and Meaning, yang membahas tentang makna dan komposisi Al-Qur`an. Jadi semua ini layak dipelajari lebih detail.

Oleh karena itu, salah satu kunci untuk menyibakkan makna Al-Qur`an kita harus melihatnya sebagai struktur yang koheren, dan kita tidak boleh mengambil bagian-bagian darinya sehingga merusak keseluruhan. Sebaliknya, kita harus melihat setiap bagian berdasarkan apa yang ada di sekitarnya. Lihatlah ayat tersebut dalam konteks ayat-ayat yang muncul tepat sebelum dan sesudahnya, lihatlah ayat-ayat tersebut dalam konteks keseluruhan surah. Bagaimana ayat itu cocok dengan apa yang dibicarakan seluruh surah ini dan bagaimana ayat itu cocok dengan Al-Quran secara keseluruhan. Jika kita tidak melakukan itu, maka kita akan terjebak dalam kesalahan menafsirkan Al-Qur`an.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Khazanah

Islam dan Leluhur Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Mengapa oran....

Suara Muhammadiyah

8 July 2024

Khazanah

Cita-cita Haji Hisyam Terwujud Setelah 43 Tahun: Inilah Universitas Muhammadiyah Pertama Oleh: Mu&r....

Suara Muhammadiyah

11 October 2023

Khazanah

Aisyah binti Abu Bakar: Wanita Kritis dan Pemberani Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya ....

Suara Muhammadiyah

19 February 2024

Khazanah

Haruskah Wanita Safar Bersama Mahram? Oleh: Safwannur, Alumnus Ponpes Ihyaussunnah Lhokseumawe dan ....

Suara Muhammadiyah

10 September 2024

Khazanah

Dari Darus-Salam Menuju Darus-sosialis: Cara Pak Kasman Memahami Perempuan dalam Islam Oleh: M....

Suara Muhammadiyah

27 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah