SUKOHARJO, Suara Muhammadiyah – Peranan generasi penerus sangat penting bagi sebuah bangsa. Dikatakan Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY Arif Jamali Muis, generasi penerus harus tangguh, kuat, dan mampu menghadapi tantangan kehidupan di masa depan.
“Kalau bangsa ini ingin menjadikan generasi emas di tahun 2045 (100 tahun Indonesia Merdeka), maka harusnya generasi-generasi kita ini menjadi generasi yang kuat, tangguh, dan tidak lemah,” ujarnya saat Pengajian Ahad Pagi di Pondok Pesantren Imam Syuhodo, Wonorejo, Polokarto, Blimbing, Sukoharjo, Jawa Tengah, Ahad (22/12).
Sebagai orang tua, hendaknya perlu memikirkan masa depan anak-anaknya. Kelak kemudian mereka akan menjadi penerus kepemimpinan di tubuh bangsa ini. Merujuk pada Qs an-Nisa [4]: 9, di mana dilatih agar senantiasa bertakwa kepada Allah dan berkata dengan baik.
“Untuk menjadikan generasi yang tangguh dan kuat, hal yang harus diperbaiki dulu adalah yang mendidik. Siapa yang mendidik itu? Bisa orang tua, guru, ustaz, itu yang mesti diperbaiki. Mereka harus bertakwa kepada Allah,” ulasnya.
Staf Khusus Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah ini menekankan, orang yang mendidik seyogianya dekat dengan Allah. Baginya, mendidik bukan hal mudah dilakukan, tetapi merupakan salah satu bentuk pertanggung jawaban sangat tinggi. Karena hal demikian menentukan kualitas kehidupan di masa depan.
“Yang kita didik itu punya pikiran, hati, kehendak yang belum tentu sama dengan kehendak yang mendidik. Bisa beda sama sekali. Tidak mudah mendidik anak, karena anak punya hati dan pikiran sendiri,” tegasnya.
Di sinilah didapati bahwa mendidik menjadi perbuatan mulia. Mendidik harus penuh kesabaran. Juga saat yang sama, mendidik hendaklah menghidupkan sensitivitas terhadap yang di didik (dalam hal ini anak-anak). “Mendidik itu butuh hati dan kemauan. Supaya anak nurut,” bebernya.
Maka, ketika hendak mendidik anak, Arif meminta untuk melibatkan Allah. Dalam konteks ini, perlu mengelaborasikan dengan berbasikan ketakwaan. Dan memohon petunjuk kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam mendidik anak sehingga tampil sebagai generasi saleh, tangguh, dan berkemajuan.
“Mendidik anak kita harus berdoa agar yang dididik ini hatinya dilembutkan, pikirannya dibuka agar bisa menerima pendidikan dan pembelajaran yang diberikan. Siapa yang bisa membuka? Allah. Caranya yang mendidik berdoa kepada Allah,” urainya.
Tidak menutup kemungkinan, anak zaman sekarang sulit untuk di didik boleh jadi kurangnya dukungan orang tua dalam mendoakan anaknya. Atau boleh jadi, sudah berdoa, tapi tidak terwujud, mungkin kurang bertakwa kepada Allah.
“Jangan-jangan anak kita bandel, tidak nurut, susah untuk di didik bukan karena kesalahan anaknya, tapi kitanya yang tidak dekat dengan Allah, mendoakan anaknya, dan tidak bertakwa kepada-Nya. Maka penting bagi kita sebagai pendidik untuk mendekatkan diri kepada Allah,” tandasnya. (Cris)