MAKASSAR, Suara Muhammadiyah – Balai Sidang Muktamar 47 Kampus Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar menjadi saksi momen penuh haru pada Kamis (27/02/2025). Tangis haru Prof Lukman Hakim pecah saat ia mengakhiri pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Sosial, dengan kepakaran perilaku masyarakat, pemberdayaan, dan pengembangan sektor publik.
Di hadapan para akademisi, mahasiswa, dan keluarga, Lukman Hakim tak mampu menahan emosi saat menyampaikan rasa terima kasih kepada kedua orang tuanya yang telah berpulang. Suaranya tercekat, dan Ia terhenti sejenak sebelum mengambil tisu untuk mengusap air matanya. Tepuk tangan bergemuruh dari hadirin, memberikan semangat kepadanya untuk melanjutkan pidato.
“Di akhir pidato pengukuhan saya ini, saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada orang tua saya, ibu bapak almarhum dan almarhumah…,” ucapnya terbata-bata sebelum kembali diam, menahan tangis. Setelah menguasai diri, Ia melanjutkan, “Kepadanya saya selalu mendoakan agar diampuni semua dosa dan kesalahannya, dirahmati serta dilapangkan kuburnya, serta Allah SWT dapat menerima semua amal kebaikannya dan shadaqatun jariahnya,” ungkapnya.
Tangis kembali pecah ketika Ia mengenang almarhumah istri pertamanya, Hj. Ramlah DL, yang telah mendampinginya dalam berbagai suka dan duka kehidupan. “Terima kasih pula kepada almarhumah isteri saya, Hj. Ramlah DL, dengan empat orang putera-puteri yang selalu mendampingi saya,” ujarnya.
Di tengah suasana penuh haru, Ia juga menyampaikan apresiasi kepada istri yang mendampinginya saat ini, Heryani Tahir. “Begitupun kepada isteriku yang hadir sekarang, Heryani Tahir ST., MM., yang selalu memberi motivasi dan semangat agar dapat berperan aktif kembali mengurus kenaikan jabatan guru besar saya,” katanya.
Sebagai akademisi yang kini menyandang gelar guru besar, Lukman Hakim menegaskan komitmennya dalam bidang pemberdayaan dan pengembangan sektor publik. Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Optimalisasi Pengembangan Potensi Daerah”, Ia menyoroti pentingnya peran komunitas lokal dalam mendorong pembangunan berbasis potensi daerah.
“Dengan melibatkan masyarakat sebagai pemain kunci, pemberdayaan dapat menciptakan kemandirian serta meningkatkan kesejahteraan dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya lokal,” paparnya.
Menurutnya, keberhasilan program pemberdayaan sangat ditentukan oleh kebijakan yang ramah masyarakat, partisipasi aktif masyarakat, serta dukungan lembaga pendamping. Namun, Ia juga menyoroti berbagai tantangan, seperti keterbatasan akses infrastruktur, pendidikan yang masih perlu diperbaiki, serta koordinasi antar pemangku kepentingan yang perlu ditingkatkan.
Strategi yang Ia tawarkan mencakup peningkatan kapasitas masyarakat, pengembangan ekonomi lokal, integrasi teknologi, serta kolaborasi multipihak. “Pendekatan holistik dalam pemberdayaan tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi, tetapi juga memperkuat masyarakat, melindungi lingkungan, dan melestarikan kearifan lokal,” jelasnya.
Lukman Hakim lahir di Ujung Pandang pada tahun 1961. Sejak kecil, Ia mengenyam pendidikan di lembaga pendidikan Muhammadiyah dan pesantren, mulai dari SD Muhammadiyah Mamajang hingga Pesantren IMMIM Putera Tamalanrea. Perjalanan akademiknya berlanjut ke Universitas Veteran Republik Indonesia (UVRI) Makassar, Universitas Hasanuddin (Unhas), hingga menuntaskan pendidikan doktoralnya di Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam bidang Ilmu Penyuluhan Pembangunan.
Sejak tahun 1987, Lukman Hakim aktif sebagai dosen di Unismuh Makassar dan telah mengemban berbagai jabatan strategis, termasuk Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Pembantu Dekan I Fisipol, serta Ketua Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Unismuh Makassar.
Kini, sebagai Guru Besar di Unismuh Makassar, Ia berkomitmen untuk terus berkontribusi dalam pengembangan keilmuan dan pemberdayaan masyarakat. “Pemberdayaan masyarakat lokal memberikan dampak positif terhadap pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi dan inovasi yang berkelanjutan agar manfaatnya dapat dirasakan secara merata,” tegasnya.
Dengan pengukuhan ini, Prof Lukman Hakim meneguhkan perannya dalam dunia akademik dan sosial. Air mata yang jatuh di Balai Sidang Muktamar 47 hari itu bukan sekadar luapan emosi, tetapi juga simbol perjalanan panjang dan dedikasi dalam dunia pendidikan dan pengabdian masyarakat. (n)