Tanpa Batas Menembus Semesta
Oleh: Wahyudin, S.Kom, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah Manggarai Timur
Semua berawal dari cita-cita bersama untuk menciptakan lembaga pendidikan formal yang mampu memberikan pelayanan yang inklusif bagi semua anak bangsa maka didirikanlah SMK Muhammadiyah Manggarai Timur. Keberadaan sekolah ini tidak hanya memberikan akses pendidikan semata melainkan membuka jalan bagi anak bangsa dengan keterbatasan untuk mampu menembus semesta. Berdasar pada cita-cita luhur pendiri bangsa maka keberadaan SMK Muhammadiyah Manggarai Timur diorientasikan pada terwujudnya manusia unggul dalam moral dan anggun dalam intelektual.
Pada awal pembukaan penerimaan siswa baru, sebagai kepala sekolah tentunya saya berharap mendapatkan calon siswa/I yang tidak hanya ingin melanjutkan pendidikan semata melainkan membawa cita-cita yang besar untuk pembangunan manusia, bangsa dan negara. Oleh karena itu, saya tidak pernah membatasi siapa saja untuk mendaftarkan diri bersekolah di SMK Muhammadiyah Manggarai Timur. Terlihat sekolah berbasis islam, namun SMK Muhammadiyah Manggarai Timur tidak memandang latar belakang suku, agama dan ras (SARA). Terbukti selama masa proses pendaftaran, kami menerima calon siswa/I yang berasal tidak hanya dari kalangan muslim semata melainkan juga non—muslim. Hal ini menunjukan tekat kami untuk senantiasa bersifat inklusif untuk semua kalangan.
Bagi saya, tidak ada keterbatasan untuk menembus semesta maka kami dengan tekat dan semangat bersama kami menerima siswa yang berkebutuhan khusus. Seorang siswa bernama Ferbrianus Erlan dari kampung ndili Kelurahan Nanga Baras dengan kebutuhan khusus menjadi perhatian kami untuk mendukung cita-citanya. Saya menyaksikan betul, sejak diantar ke sekolah untuk didaftarkan, Ferbrianus Erlan tersenyum membawa harapan besar untuk bisa sekolah di SMK Muhammadiyah Manggarai Timur. Dengan didampingi orang tua angkatnya, Ia dengan penuh keyakinan menyatakan siap mengenyam pendidikan di SMK Muhammadiyah Manggarai Timur. Tekat dan semangat yang dimiliki oleh Ferbrianus Erlan membuat haru semua guru yang menyaksikan kehadirannya. Dari sini kami yakin bahwa untuk menembus semesta tentu tidak memiliki batas.
Hingga pada orientasi pengenalan sekolah tiba saya dan rekan-rekan guru beserta tenaga pendidikan sama-sama menyaksikan siswa/I SMK Muhammadiyah Manggarai Timur untuk pertama kali berbaris dihalaman sekolah. Dari kejauhan saya melihat sosok kecil yang berdiri dengan keterbatasan seakan berkata “bahwa kami adalah sama, bahwa kami adalah anak bangsa yang menentukan arah bangsa kedepan”. Tidak terlihat dari raut wajahnya rasa ngeluh, capek, dan menyerah yang ada hanyalah semangat, motivasi dan tekat untuk mewujudkan cita-cita.
Secara lirih saya bertanya, “kenapa Erlan (sapaannya) mau melanjutkan sekolah di SMK Muhammadiyah Manggarai Timu?. tanpa basa-basi Erlan menjawab “semua untuk mewujudkan cita-cita agar bisa melanjutkan studi lebih tinggi. bapak sama ibu juga mendorong saya untuk tetap sekolah dan mengambil di SMK, dengan harapan saya mendapatkan keterampilan lebih baik”. saya terdiam mendengar jawaban itu. Suara erlan terdengar mantap, namun dibalik tatapannya terselib kerikil-kerikil kegelisahan yang sulit ia sembunyikan. Saya menyadari betul, langkah yang akan dimainkan tak semudah membalikan telapak tangan. Namun usia yang masih cenderung belia tidak menyurutkan semangatnya untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan.
Erlan tersenyum tipis, seakan menyadari “kalau dirinya berhenti sekolah manandakan bahwa dirinya menyerah akan keadaan”. Tapi Erlan bukanlah anak yang lemah, saya yakin erlan akan mampu membuktikan ke bapak dan ibu, bahwa semua pengorbanan mereka tidak sia-sia. Bahwa pengorbanan dan perjuangan kedua orang tuanya akan dibalas tuntas dikemudian hari dengan kebahagiaan dan kesuksesan.
Hari terus berganti, waktu terus berjalan kini Erlan sudah memulai kegiatan belajar mengajar. Selalu saya menyaksikan aktifitas erlan, baik saat datang dipagi hari, saat istirahat hingga pulang sekolah. Erlan merupakan salah satu anak yang rajin dan disiplin serta gemar membaca di perustakaan. Suatu waktu dikala jam istirahat, saya mengobrol dengan Erhan di perupustakaan. Saya bertaya ke Erlan “Buku apa yang sedang erlan baca?. Erlan Menjawab “Buku Sejarah Indonesia Pak. Soalnya saya suka sejarah pak, apalagi kalau bercerita tentang perang indonesia.” lebih lanjut, saya mencoba meminta Erlan untuk menceritakan isi buku yang ia baca. Dengan lancar Erlan mampu menceritakan apa yang diceritakan dalam buku tersebut. Saya sadar bahwa kemampuan Erlan tidak bisa disepelakan dan perlu untuk dikembangkan.
Obrolan kami mengalir begitu saja, hingga akhirnya saya mencoba bertanya tentang kebiasaan dan kesibukan dirinya selama di rumah. Erlan menunduk, suaranya nyaris tak terdengar. Dia melanjutkan cerita “kadang saya harus membantu Bapak Ibu diladang atau bantu-bantu dirumah. Saya juga bersyukur sodara-sodara saya juga ikut membantu tapi semuanya dirasa ringan. Jujur saja ya Pak, Bapak sama Ibuk tidak pernah mengijinkan saya untuk membantu mereka pas jam sekolah, kadang saya tidak merasa enak. Tapi bapak sama ibu selalu menenkan saya untuk selalu rajin ke sekolah. Mungkin itu yang menjadi salah satu alasan saya untuk tetap melanjutkan sekolah.
Obrolan kami terhenti saat bel istirahat telah selesai. Erlan dan temannya menuju ke ruang kelas sementara saya masih termenung dengan cerita yang diceritakan erlan. Dengan keterbatasannya, Erlan berusah untuk selalu tampil kuat, semangat dan penuh keyakinan untuk bisa menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Kadang saya mengevaluasi diri saya, sejauh mana komitmen saya untuk membanbun generasi yang lebih baik. Dengan tekat dan semangat yang dimiliki Erlan dan teman-teman seangkatnnya mampukah saya menjadikan mereka generasi yang diharapkan oleh kedua orang tuanya, oleh keluargnya maupun oleh masyarakat.
Saat ini Erlan menjadi siswa Kelas X (sepuluh) di SMK Muhammadiyah Manggarai Timur, menjadi angkatan pertama di Sekolah tempat saya mengabdi. Cita-cita yang dimiliki Erlan akan menjadi motivasi bagi saya dan rekan-rekan guru untuk menjadikan mereka manusia tanpa batas yang menembus semesta. Dari erlan kami belajar, cita-cita tidak sebatas mimpi dan angan, melainkan tekat yang harus digapai sejak dini. Harapan menembus semesta tidak dimulai dari mereka yang bersandar pada keberuntungan, tetapi akan bermuara pada mereka yang berbaris pada usaha do’a dan tekat.