SLEMAN, Suara Muhammadiyah – Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta menyambut bulan Ramadhan dengan Pengajian Tarhib Ramadhan, Selasa (25/2) di Masjid Walidah Dahlan. Tajuk yang diusung “Memperkokoh Kebajikan Publik dalam Bermasyarakat dan Berbangsa.”
Hadir dan menjadi narasumber dalam pengajian tersebut, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah sekaligus Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti.
Rektor Unisa Yogyakarta Warsiti mengucapkan kesyukuran dengan Tarhib Ramadhan yang dihadiri oleh ratusan warga Persyarikatan se-DIY di universitas milik Perempuan Islam Berkemajuan tersebut.
“Kami di Unisa selalu bersyukur karena kami menjadi bagian perguruan tinggi Muhammadiyah-Aisyiyah yang ada di Yogyakarta ini,” tuturnya.
Unisa, sambung Warsiti dengan menyitir pandangan Siti Noordjannah Djohantini, Ketua Badan Pelaksana Harian (BPH), bahwa Unisa notabene bukan kampus pinggiran. Namun, Unisa sebagai kampus besar yang berada dinaungan PP Aisyiyah.
“Dan Insyaallah akan terus besar, terus maju menjadi kebanggan Persyarikatan Aisyiyah dan Muhammadiyah,” katanya.
Diungkapkan Warsiti, Unisa saat ini telah terakreditasi unggul dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Hal itu sesuai Surat Keputusan BAN-PT No. 8/SK/BAN-PT/Ak/PT/I/2024. Bahkan, saat ini Unisa memiliki 9000 mahasiswa dengan 22 program studi.
“Dengan hadirnya juga Fakultas Kedokteran akan semakin menguatkan kehadiran Unisa yang Insyaallah memberikan manfaat luas bagi masyarakat,” ujarnya di depan guru, siswa, dan pimpinan ortom Muhammadiyah se-DIY.
Sementara secara khusus, Noor menyampaikan terima kasih kepada seluruh guru Muhammadiyah. Bagi Ketua Umum PP Aisyiyah dua periode ini memosisikan guru sebagai pejuang terdepan dalam menguatkan kebajikan-kebajikan publik.
“Guru adalah sosok yang menjadi teladan bagi siapa pun. Kalau saya dulu di desa kalau sudah ada bapak-ibu guru, itu luar biasa. Dihormati sedemikian rupa. Di Muhammadiyah-Aisyiyah itu, Insyaallah guru akan terus menjadi sosok yang menjadi bagian terdepan dalam perjuangan dakwah Muhammadiyah maupun Aisyiyah,” ungkapnya.
Menyoroti tema yang diusung, Noor menjelaskan, akhir-akhir menjadi sesuatu hal ironi yang terjadi di tengah kehidupan. Hal-hal yang menyangkut kebajikan publik hanya ada di setiap individu, namun tidak dapat dikolektifkan menjadi kebajikan bersama.
“Muhammadiyah-Aisyiyah bertugas mengawal dakwah bahwa kebajikan-kebajikan individu harus menjadi bagian yang kita kumpulkan, kemudian menyebar pada kepentingan yang lebih luas, yakni di publik, masyarakat, dan bangsa,” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Noor membongkar alasan masjid bernama Walidah Dahlan. Menurutnya, Unisa ingin mengambil inspirasi dan pelajaran dari kedua tokoh besar tersebut dalam menggerakkan masyarakat dan berdakwah di akar-rumput.
“Masjid ini sengaja dibikin megah. Kemegahan ini akan kita jadikan inspirasi bahwa Kiai dan Nyai adalah menginspirasi kemegahan umat dan bangsa. Sebuah kemegahan Indonesia, kemegahan agama Islam. Islam menjadi nilai-nilai yang akan terus mengawal kehidupan bangsa dan masyarakat Indonesia,” bebernya.
Menutup sambutan, Noor mengajak kepada perempuan untuk terus maju. Perempuan juga mesti berperan di ranah publik, terutama di ranah terkecil, yaitu keluarga.
“Perempuan harus menjadi garda terdepan bagi kehidupan pada saat ini. Termasuk bagaimana kita menjaga kehidupan ini menjadi kehidupan keluarga-keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah,” tandasnya. (Cris)
