SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Isu kesehatan mental mulai banyak diperbincangkan oleh masyarakat. Terlebih di era digital yang memudahkan transfer informasi, membuat gangguan kesehatan mental dapat menyerang siapa saja, bagi orang yang sulit beradaptasi dengan perubahan.
Menanggapi kondisi tersebut, Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Prof. Taufik Kasturi, S.Psi., M.Si., Ph.D., menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental bagi lansia di usia senja.
Taufik menegaskan bahwa kebahagiaan bukan hanya soal pencapaian materi, tetapi bagaimana seseorang memberi makna dalam kehidupannya.
“Sumber kebahagiaan itu dari hati, untuk mendapatkannya dengan memberi makna. Seperti halnya saat kita mendengar adzan, itu dapat membuat kita bahagia karena masih diberikan kesempatan untuk beribadah kepada Allah SWT. Kemudian, berlapar-lapar dalam berpuasa itu dapat membuat bahagia. Bahkan melihat orang bahagia pun kita juga bisa berbahagia,” ungkapnya, Sabtu (1/3).
Menurutnya, konsep hayatan thoyibah atau kehidupan yang baik ini memiliki peran penting dalam membangun kesejahteraan lansia. Seperti kata Ibnu Katsir “kehidupan yang baik adalah kehidupan yang mengandung semua segi kebahagiaan dari berbagai aspeknya”.
"Kehidupan yang baik mencakup kebahagiaan dari berbagai aspek, baik secara fisik, mental, maupun spiritual," ujar Taufik.
Karakter positif dan kehidupan yang baik, perlu memperhatikan kesehatan jasmani dan rohani, sehat fisik mengantarkan jiwa yang sehat pun sebaliknya jiwa yang sehat berpengaruh pada sehat fisik.
Selanjutnya karakter positif perlu dibentuk dengan rasa sabar. Sabar dalam ketaatan, sabar dalam menghadapi musibah dan sabar dalam menjauhi perbuatan maksiat. Selain bersabar, hal yang sering terlupa adalah meyakini bahwa semua (keadaan diri setelah ikhtiar) merupakan ketetapan dari Allah, dengan berpasrah diri dan ridho pada takdir Allah akan melahirkan kelapangan hati.
Terakhir bersikap Qana'ah, dari kelapangan hati akan timbul ketenangan dan ketenteraman karena selalu merasa cukup dengan apa yang sudah dimiliki.
Selain itu, ia juga menyoroti hasil riset yang menunjukkan bahwa lansia yang aktif menghafal Al-Qur’an cenderung memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Aktivitas ini tidak hanya mengoptimalkan waktu dan mempertajam ingatan, tetapi juga membantu mengurangi hal-hal yang tidak bermanfaat serta meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri.
Lebih lanjut, Guru Besar UMS itu menggarisbawahi pentingnya dukungan keluarga dalam membangun kebahagiaan lansia. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kebahagiaan orang tua antara lain dihargai, disayangi, ditemani, serta didengarkan cerita-ceritanya oleh anak dan cucu.
"Anak yang membanggakan bagi lansia bukan hanya yang sukses secara finansial, tetapi yang dapat memahami, mendukung, dan memberikan kebahagiaan bagi mereka," ujarnya.
Dalam pemaparan yang mengutip berbagai tokoh, termasuk Aristoteles dan Viktor Emil Frankl, Taufik menekankan bahwa makna hidup ditemukan melalui kualitas penghayatan terhadap potensi diri.
“Manusia akan bertahan jika memiliki tujuan hidup yang jelas,” tegasnya.
Ia mengajak para lansia untuk terus mengembangkan sikap positif seperti sabar, qana'ah, dan bersyukur.
"Seorang mukmin selalu dalam keadaan baik, baik dalam kesenangan maupun dalam kesulitan, selama ia bersyukur dan bersabar," pungkasnya, mengutip hadis Rasulullah SAW.
Dengan adanya wawasan ini, diharapkan kepada masyarakat terutama lansia, dapat terus menjaga kesehatan fisik dan mental serta menemukan kebahagiaan dalam setiap fase kehidupan. (Fika/m)