Terlilit Sakit

Publish

3 December 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
84
Foto Istimewa/Pixabay

Foto Istimewa/Pixabay

Oleh: Cristoffer Veron P, Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah Jetis Yogyakarta. Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Terbuka Yogyakarta

Sudah pasti, semua pernah merasakan: sakit. Ia datang sekonyong-konyong. Tanpa konfirmasi apa pun. Ini kejutan dari Tuhan untuk seluruh hamba-Nya. Sakit tidak bisa kita hindari. Siapa pun di antara kita pasti kena sasarannya. Bunga rampai sakit itu begitu rupa, begitu kehendak Tuhan yang sulit diterka dengan candra penglihatan dan rasionalitas berpikir manusia.

Sakit adalah keniscayaan dalam kehidupan. Tua, muda, laki-laki, maupun perempuan, sama-sama merasakan hal serupa. Sering terdengar hari kemarin biasa-biasa saja. Sehat. Masih bisa kumpul dengan teman-teman dan canda-tawa. Namun, esok harinya tetiba jatuh sakit.

Memang, sakit itu misteri. Tidak tampak wujudnya. Tapi, hanya bisa kita rasakan. Tidak enak, tubuh terasa lunglai. Berjalan saja bak hilang kekuatan.  Yang ada, inginnya tiduran dengan bantal empuk. Seraya ditemani segelas cangkir teh panas nan nendang nian.

Seperti sakit Influenza, misalnya. Kita sebutnya sebagai flu. Penyakit ini menimbulkan ragam dampaknya antara lain sakit kepala, nyeri otot, batuk, dan pilek. Ini termasuk jenis penyakit umum yang kerap kita alami. Jelas sekali mengganggu aktivitas kita, termasuk ketika tengah menjalani aktivitas sekolah maupun di perkantoran.

Tentu, penyakit-penyakit yang lainnya, dengan takaran level ringan, sedang, bahkan berat sekali pun. Benar, penyebaran penyakit saat ini sungguh luar biasa. Terlebih, di tengah perubahan cuaca yang tak menentu belakangan ini. Penyakit menyeruak dengan intensitas tinggi.

Yang kentara yaitu penyakit Influenza, sangat cepat sekali menyebarnya. Siapa pun akan terkena bidikannya hatta tubuh sedang tidak dalam keadaan vit. Ketika sudah terkena penyakit itu, niscaya kita hanya bisa menerima serta merasakan getirnya. Badan sungguh tak karuan.

Namun meskipun begitu, tidak patah arang untuk bangkit lagi. Semangat untuk sembuh dengan segala upaya begitu rupa. Jalur pengobatan ditempuh. Karena di era modern seperti sekarang, sudah barang tentu ada obatnya. Tinggal maukah yang tengah dililit sakit itu, bergerak ke arah situ: berobat atau justru hanya sekadar ngedumel, mengeluh, dan sambatan?

Tidak benarkan hal itu. Yang benar, kita diminta untuk terus ikhtiar mencari jalan kesembuhan. Jalan kesembuhan itu cabangnya banyak. Lewat dokter misalnya, dengan pengetahuan sekaligus kepakarannya, kita bisa berkonsultasi terkait lilitan sakit yang didera. Di mana dokter pasti akan memberikan penawar terbaiknya kelindan dengan penyakit yang didera itu.

Begitulah ikhtiar yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Kita ikhtiarkan seluruh kekuatan dan kemampuan yang kita miliki. Lilitan sakit yang mencengkeram tubuh itu, kelak akan luruh dengan sendirinya, perlahan tapi pasti. Dengan catatan ikhtiar terus dilakukan seraya mengonsumsi obat yang telah diberikan dokter.

Apalagi, Allah sendiri dengan rahmat-Nya, telah bersumpah akan menurunkan kesembuhan bagi kita. Redaksi Qs Asy-Syuara [26] ayat 80 di atas, sebagai bukti penguat yang sangat autentik, bahwa Allah akan menyembuhkan kita. Kita sendiri harus yakin akan hal itu. Jangan skeptis dan pesimistis akan kekuatan Allah Yang Maha Memberikan Kesembuhan.

Setiap penyakit pasti ada penawarnya. Pasti ada obatnya. Itu kata-kata yang sering kita dengar. Benar demikian, memang pada hakikatnya Allah tidak memberikan harapan palsu dengan semua yang ditimpakkan kepada hamba-Nya. Dia Maha Rahman dan Rahim. Artinya Dia sangat cinta dan sayang kepada kita hatta diberikan cobaan dan ujian begitu rupa, termasuk penyakit itu.

“Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan menggugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang menggugurkan daun-daunnya,” tegas Nabi Muhammad Saw di Riwayat Bukhari dan Muslim.

Yang pasti penyakit yang kita rasakan merupakan manifestasi dari ujian dari Allah. Dia sendiri ingin menguji kita sebagai hamba-Nya. Bukan barang tidak mungkin berdikari dari sakit itu. Sakit adalah niscaya bagi segenap umat manusia. Sakit tidak bisa dihindari. Sekaya-kayanya orang, coba lihatlah, adakah yang mampu bertahan diri dari gempuran penyakit?

Baiklah, katakanlah rutin untuk melakukan kegiatan kebugaran tubuh (olahraga). Tetapi, satu hal yang pasti, akan tiba masanya, cepat atau lambat, didera oleh sakit. Jelaslah bahwa menunjukkan kalau derita sakit akan dirasakan oleh semua orang, semua di antara kita.

Ya, sudah pasti itu. Tidak bisa tidak. Maka tak pelak lagi, betapa getir-pahitnya rasa sakit itu. Keluhan pasti ada (merasakan rasa sakit yang sungguh tak karuan di tubuh nan ringkih ini). Namun, kiranya jangan berkeluh kesah terus dengan ratapan rasa sakit itu tanpa dibarengi dengan ikhtiar sekaligus mengambil celupan pelajaran berharga (ibrah) dari gencetan saat sakit itu.

Kita banyak belajar ketika tengah sakit. Dalam renungan yang mendalam (kontemplasi), tarik konklusi (kesimpulan) ialah, bahwa sehat itu mahal harganya. Di kala sehat, kita terlampau dongak ke atas, seakan kita paling hebat, super, bahkan digdaya sekalipun. Merasa diri paling sehat dan tahan dari gencetan penyakit yang dapat seketika menyerang tubuh.

Tapi sekali diterpa sakit, tubuh langsung lunglai dan letoy. Tidak ada kekuatan dan energi. Hilang seketika. Dan ini menunjukkan bahwa nikmat sehat itu tak terperi. Yang hal tersebut sangat dialpakan oleh manusia. “Nikmat yang terlupakan dari manusia (lari daripadanya) yaitu kesehatan dan kesempatan,” ucap Nabi Muhammad Saw di Riwayat Bukhari.

Kita sembrono dengan nikmat sehat. Tidak dijaga dengan baik. Dan, lebih eksistensial lagi, tidak pernah bersyukur akan hal tersebut. Pada saat sehat, kiranya perlu ditegaskan bahwa, umumnya manusia hidup serampangan. Hidupnya melampaui takaran. Berlebih-lebihan (ghuluw) hatta mengonsumsi makanan sampai tidak sadar kalau tubuh tidak mampu menampung hal yang dimasukinya itu. Jika dipaksakan, maka yang terjadi kemudian adalah tubuh akan jebol dan rusak.

Tampak kentara kalau hasrat nafsu manusia sangat tinggi. Inginya semua masuk ke tubuh, tapi lupa diri kalau tidak semuanya bisa masuk. Ada batasannya. Pun demikian, Tuhan mengingatkan soal batasan itu. “Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan,” tegas-Nya di Qs al-A’raf [7]: 31. Tarikan napas pesan Tuhan di sini sangatlah menghunjam. Bahwa kita tidak boleh sampai berlebih-lebihan dalam makan dan minum—pemenuhan kebutuhan biologis.

Menukil Kompas.com (12/6/2022), dalam kasus ini, dunia kesehatan menemukan fakta di mana konsumsi berlebih-lebihan itu tidaklah elok untuk kesehatan. Antara lain, meningkatkan lemak tubuh, meningkatkan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gula darah tinggi, meningkatkan risiko penyakit diabetes, dan masih banyak lagi.

Jelaslah secara eksplisit, sebagaimana dilukiskan Abdul Basit Muhammad as-Sayyid (1997) jika tidak diragukan lagi bahwa orang yang mengonsumsi makanan dan minuman secara seimbang tanpa berlebih-lebihan, berarti dia telah memberikan jaminan kesehatan kepada tubuh dan menjauhkannya dari berbagai macam penyakit.

Karena, “Sebenarnya beberapa suap saja sudah cukup untuk menegakkan tulang rusuknya,” ungkap Nabi Muhammad Saw di Riwayat at-Tirmidzi. Toh juga ada satiran gamblang, “Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,” demikian sambungnya di Qs al-A’raf [7]: 31.

Di sini kita mendapatkan pembelajaran mendalam. Bahwa menjaga diri itu penting sekali. Lebih-lebih menjaga kesehatan. Sebuah adagium mengingatkan, “Lebih baik mencegah daripada mengobati.” Pun demikian, Nabi Muhammad Saw juga berpetuah, “Manfaatkan masa sehatmu sebelum datang masa sakitmu,” ucapnya di Riwayat Al-Hakim.

Ini menunjukkan kalau kesehatan menjadi sesuatu hal yang sangat mahal harganya. Tidak bisa tergantikan dengan apa pun di dunia ini. Sudah pakem. Maka dari itu, kita harus mendawamkan menjaga kesehatan dari hal-hal yang kecil, tetapi berdampak besar dalam tempo jangka panjang.

Sekali diterpa sakit, kita hanya bisa jalani seraya berdoa berikhtiar untuk sembuh. Pasti terbentang jalan di situ. Dalam impitan sakit yang melilit tubuh, kita dapat mengambil pelajaran: sehat menjadi nikmat yang terlupakan untuk disyukuri.

Dari lilitan rasa sakit, sebetulnya Allah ingin mengajak kita pandai bersyukur. Hidup jadi hampa tanpa makna jika tidak ada nikmat kesehatan di dalam jiwa. Agaknya kita bersama-sama mungkin perlu harus merenungkannya konteks dasar di sini.

Mesti dicatat, lilitan sakit memang menyakitkan. Tidak enak sekali. Tapi, itu ujian dan cobaan kita. Apakah kita hanya kebanyakan mengeluh dan menunjuk telunjuk tinggi kepada orang lain, menuding sebagai biang kerok sampai menyebabkan didera sakit. Begitu gampangnya menuding dan menjustifikasi orang lain, sementara urusan sakit atau sehat, antara dua pihak: kita dan Allah.

Jangan merana jika dilit sakit. Jangan pesimis menerima realita getir dari langit. Lalu kemudian tidak bergumul menuju jalan kesembuhan. Sakit dan sehat, menjadi manifestasi karunia dari Allah. Tentu saja, keduanya, telah banyak memberikan pengajaran kepada kita makna terdalam: sungguh betapa berharganya dan mahalnya nikmat sehat itu yang sering dilupakan. Dan hal tersebut hanya bisa kita rasakan kenikmatannya ketika tengah terlilit sakit.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ibadah Haji dan Persamaan Nilai Kemanusiaan Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, M. Pd Ibadah haji merupak....

Suara Muhammadiyah

19 June 2024

Wawasan

Nubuwah Era Digital dan Aplikasinya dalam Pembelajaran Oleh: Dr. Samson Fajar, M.Sos.I. Era digita....

Suara Muhammadiyah

28 September 2023

Wawasan

Oleh: Abdur Rauf. Anggota MPK-SDI PDM Kota Yogyakarta Periode 2022-2027 Warga Muhammadiyah semestin....

Suara Muhammadiyah

24 December 2024

Wawasan

Dilema Keteguhan dan Budaya Berorganisasi Oleh: Amalia Irfani, Sekretaris LPP PWM Kalbar/LPPA PWA K....

Suara Muhammadiyah

27 September 2024

Wawasan

Menghidupkan Wawasan Berkemajuan Oleh: Hasbullah, Dosen di Universitas Muhammadiyah Pringsewu, Foun....

Suara Muhammadiyah

29 April 2025