Prof Nurmandi dan Keberpihakan Rektor Baru UMY

Publish

17 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
219
Pelantikan Rektor Baru UMY Prof Nurmandi

Pelantikan Rektor Baru UMY Prof Nurmandi

Oleh: Mahli Zainuddin Tago

Ballroom Dormitory UMY, Senin 30 Desember 2024. Ratusan hadirin memenuhi ruang baru yang nyaman dan megah ini. Di deretan kursi depan duduk tamu penting: Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP)  Muhammadiyah dan Ketua Umum PP Aisyiah. Di samping mereka nampak beberapa petinggi Muhammadiyah lainnya. Juga beberapa rektor Perguruan Tinggi Muhammadiyah Aisiyah (PTMA),  BPH, dan para pimpinan UMY. Mulai dari wakil Rektor, Dekan, sampai pimpinan Prodi. Juga hadir Koordinator LL Dikti Wilayah V DIY. Tentu juga hadir Rektor dan calon Rektor UMY. Agenda hari ini adalah pelantikan Rektor UMY Periode 2024-2028 dan serah terima jabatan dari rektor sebelumnya.   Suasana menjadi hening ketika qari membacakan  ayat terkait jabatan atau amanah. Ayat yang berisi sindiran keras terhadap penerima amanah: Q.S. Al-Ahzab: 72 dan Al-Anfal: 27.

Proses pemilihan Rektor UMY sudah dimulai sejak Agustus 2024.  Pemilihan oleh Senat UMY berlangsung pada  17 September 2024. Tentang ini aku sudah tuliskan dalam “BAKAL CALON REKTOR UMY Menyongsong Pemimpin Baru Tanpa Gejolak.” PP Muhammadiyah kemudian menetapkan salah satu dari tiga suara terbanyak yaitu Profesor Achmad Nurmadi menjadi Rektor UMY periode 2024-2028. Nah, pada 28 Desember ini serah terima dari rektor lama ke rektor baru UMY dilaksanakan. SK PP Muhammadiyah  tentang rektor baru ini dibacakan Prof  Ihsan selaku Sekretaris Senat UMY.  Dilengkapi pantun, “Pagi cerah langit berawan/membawa damai di hati kita/terima kasih Profesor Gunawan/atas darma baktimu yang luar biasa. Hujan turun membasahi bumi/membawa berkah tiada henti. Profesor Nurmandi rektor kini/semoga amanah mengemban tugas suci."

Sambutan pertama disampaikan Profesor Gunawan Budiyanto.  Rektor UMY 2016-2020 dan 2020-2024 ini mengucapkan terima kasih terutama kepada PP Muhammadiyah  yang telah memberi amanah mengembangkan UMY selama dua periode. Pak Gun lalu bercerita dulu di UMY ada istilah  politbiro  atau gerombolan. Pesertanya Gunawan, Nurmandi, dan Mukti Fajar. Awal 2012 Pak Gun  dipanggil Pak Dasron rektor dan tokoh UMY saat itu. Pak Dasron meminta Pak Gun menyiapkan borang AIPT.  Maka Pak Gun melengkapi anggota gerombolan menjadi delapan orang. Berbagai RKT UMY sebelumnya seakan hanya  mengisi daftar mimpi. Gerombolan ini lalu bekerja lebih keras dan lebih sistimatis. Penataan UMY dimulai dari tingkat Prodi. Dengan perjuangan berat akhirnya UMY menjadi perguruan tinggi nasional ke delapan yang mendapat akreditasi A.

Menurut Pak Gun salah satu titik mati PTMA adalah transparansi pengelolaan keuangan. UMY bukan perguruan tinggi kaya raya. Tetapi dengan sistem keuangan yang baik pimpinan menjadi tahu persis apa yang bisa dan apa yang akan  dikerjakan. Bisa diketahui keluar masuk uang setiap hari. Maka UMY juga 5 tahun berturut-turut  memperoleh predikat WTP dari Kantor Akuntan Publik. Tantangan lainnya adalah pajak. Sistem pengelolaan keuangan sebelumnya menyebabkan koreksi pajak tinggi. Dengan perbaikan pengelolaan sistem keuangan maka koreksi pajak UMY  per tahun turun dari 60 M menjadi sekitar 8 M saja. Untuk ini Pak Gun berterima kasih kepada sejawat wakil rektor, khususnya Prof Suryo Pratolo  yang telah meletakkan dasar-dasar transparansi  sistem keuangan di UMY. 

Selanjutnya Prof. Achmad Nurmadi menyatakan baginya suatu kehormatan dipercaya PP Muhammadiyah menjadi Rektor UMY periode 2024-2028. Menurut Pak Nur pada 1981 dan sebelumnya pendiri UMY yang sebagian besar alumni muallimin berimajinasi membuat universitas di ibukota Muhammadiyah. Imajinasi itu telah 43 tahun sekarang. Saat itu tentu tidak terbayangkan bahwa UMY bisa seperti sekarang ini. Pak Nur mengaku sebagai generasi kedua yang masuk UMY. Sedangkan Pak Gun adalah generasi pertama. Ketika itu UMY belum dikenal. Sehingga diplesetkan menjadi Universitas Mana Ya.  Imajinasi para pendiri itu harus dilanjutkan oleh generasi penerus. Termasuk Pak Gun dan Pak Nurmadi. Lanjut Pak Nur, “sekarang kita masuk Top Ten di Indonesia. Untuk  PTS kita tiga besar. Tentu imajinasi itu dinamis. Itulah tugas saya dan jajaran pimpinan nanti.”

Kini PTS berhadapan dengan regulasi yang sangat dinamis. Regulasi yang berubah dari rezim ke rezim. Pada sisi lain sejak dua puluh lima tahun lalu pengamat pendidikan sudah mengatakan PTN di Indonesia ini neo liberal. Tidak seperti di Korea dimana PTN menjadi partner PTS. Maka pada acara hari ini juga diundang para legislator dan DPD yang mewakili DIY. Mereka   menjadi tempat berkeluh kesah karena regulasi yang memberatkan itu. UMY sendiri kini, menurut Prof Setyabudi Koordinator LL Dikti DIY, satu dari dari 9 PTS  di DIY yang terakreditasi  Unggul. UMY memiliki   24 Prodi terakreditasi internasional dan memiliki  47 Guru Besar. Ini paling banyak di antara PTS se DIY. Lanjut Prof Budi, “tantangan global pengelolaan PT makin kompleks. Tetapi dengan pengalaman akademik  dan struktural Pak Nurmandi akan mampu memimpin UMY terus berkembang.”

Selanjutnya Pak Nur dengan tegas menyatakan keberpihakannya. Bagi beliau pendidikan tinggi berkualitas adalah untuk semua. Bukan hanya untuk orang kaya. Juga untuk masyarakat yang tidak beruntung secara ekonomi. Mereka juga berhak mengenyam pendidikan tinggi berkualitas. Pak Nur adalah anak Bangka yang terlahir dari keluarga sederhana. Orangtua beliau petani di tanah yang gersang. Ketika masih SMA Pak Nur bahkan kalau mandi harus di laut. Karena merasa tidak punya masa depan di kampung halaman Pak Nur muda merantau ke Jogja untuk bisa kuliah. Pak Nur mengaku berasal dari keluarga  miskin. Maka beliau berharap sebagian besar mahasiswa UMY juga bisa dari orang seperti dirinya. Tegas Pak Nur, “saya mau  Fakultas Kedokteran  menjadi lembaga pendidikan untuk seluruh anak bangsa. Bukan hanya untuk kelompok elit.”

Sambutan terakhir sekaligus amanat disampaikan Profesor Haedar Nashir. Ketua Umum PP Muhammadiyah yang juga dosen UMY ini atas nama PP Muhammadiyah menyampaikan terima kasih kepada Pak Gun yang telah memunaikan amanah selama dua periode dengan capaian prestasi luar biasa. UMY naik posisi dan kualitasnya sampai ke level internasional. Semua Pak Gun kerjakan dengan kolektif dan tersistim. Pak Haedar berdoa “jazaakumullahu ahsanul jaza. Sekalian sebagai jejak pengabdian dan berkemajuan   beliau dan jajarannya.”  Pak Haedar juga menyambut rektor baru Prof Nurmandi. Menurut Pak Haedar perjalanan Pak Nurmandi  baik di Persyarikatan  di Ranting dan Cabang maupun ketika menjadi pimpinan UMY sudah teruji. Lanjut Pak Haedar, “mata rantai kepemiminan di UMY berjalan bagus. Sehingga Pak Gun tidak perlu mengajari rektor baru.” 

Selanjutnya Ketum meminta PTMA mampu mengikuti irama dan meningkatkan kualitas di tengah dinamika dan proses globalisasi. Apapun paradigmanya,  kapitalisme atau lainnya, UMY sudah berada pada jalur yang benar. Tinggal bagaimana meningkatkan posisi. Tantangan masih jauh. Mengutip World Ranking University Pak Haedar menyatakan Indonesia masih tertinggal. Geopolitk kini bergeser dari Eropa ke Asia Timur dan bahkan ke Amerika Selatan. Sao Paulo Barazil sudah masuk ranking 250. UI baru di 206. PTMA baru empat universitas yang  masuk di 1.200. Tetapi ini sudah lebih baik dari PTS lain. Artinya Indonesia jangan merasa sudah cukup. Di level PTN pun perjalanan masih panjang. Malaysia sudah memasukkan  dua PTN demikian juga Singapura. Saudi sudah memasukan dua  demikian juga Qatar. Lanjut Pak Haedar, “kolaborasi PTN dan PTS sebuah keniscayaan.” 

Selanjutnya  Pak Haedar meminta UMY meningkatkan karakter distinktif. Dalam hal ini adalah pendidikan  karakter mahasiswa. Basis karakternya adalah Pancasila, agama, dan budaya bangsa. Maka mahasiswa mestinya religius,  humanis, dan berkemajuan. Perjalanan bangsa ini masih panjang dan  Muhammadiyah harus berada di garis depan. Banyak tokoh Muhammadiyah telah menjadi tokoh bangsa ini. Dua puluh tiga orang  pahlawan nasional berlatar belakang dan berpola pikir Muhammadiyah. Dalam hal ini PTMA harus berperan melahirkan tokoh-tokoh  yang berkiprah nasional. Itu bagian dari peran kebangsaan. Bukan bagian dari mengejar kekuasaan. Lima ciri Islam Berkemajuan harus diimplementasikan  bagi seluruh mahasiswa PTMA. Lanjut Ketum, “khusus mahasiswa UMY ditambah berjiwa satria. Jiwa satria ini banyak luruh di negeri ini karena godaan kekuasaan.”

Menjelang zuhur acara pun usai. Q.S. Al-Ahzab: 72 yang dibaca qari pada pembukaan acara menegaskan langit, bumi, dan gunung-gunung enggan memikul amanat. Mereka kuatir tidak dapat menjalankannya. Manusia mau memikulnya karena “sangat zalim lagi sangat bodoh.” Maka sungguh aku mengamini doa penutupan yang dilantunkan Ustadz Syakir, “Ya Allah, kami telah menganiaya diri dengan menerima amanat-Mu. Jika Engkau tidak mengampuni dan membimbing kami, niscaya kami termasuk orang yang merugi.”  Lanjut Sang Ustadz, “untuk itu masukkan kami dengan masuk yang baik, dan keluarkan kami dengan keluar yang baik. Berikan dari sisi-Mu kekuasan yang menolong.” Selamat memikul amanat Prof Nurmandi. Sebagai figur yang dikenal sangat tegas keberpihakanmu yang jelas sungguh awal yang bernas. Bahwa UMY harus terjangkau oleh semua lapisan. 

Tamantirto-Jogja, 16 Januari 2025


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Degradasi Bermuhammadiyah Oleh: Saidun Derani Pelaksanaan Pengajian bulanan Pimpinan Daerah Muhamm....

Suara Muhammadiyah

8 January 2024

Wawasan

Panduan Hidup Sehat dalam Al-Qur’an Oleh: Suko Wahyudi Al-Qur’an adalah kitab suci ter....

Suara Muhammadiyah

26 March 2024

Wawasan

Menggabungkan Fintech dan Prinsip Syariah dalam Keuangan Modern Oleh: Muhammad Zakiy Dalam era mod....

Suara Muhammadiyah

30 October 2023

Wawasan

Memegang Mushaf Al-Qur'an saat Shalat Tarawih Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Unive....

Suara Muhammadiyah

29 March 2024

Wawasan

Oleh: Cristoffer Veron P Setelah menikmati lelap tidur panjang berikut menyaksikan bunga mimpi nan ....

Suara Muhammadiyah

21 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah