Bersahabat dengan Kegagalan

Publish

16 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

1
1018
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Bersahabat dengan Kegagalan

Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Ketua Ranting Muhammadiyah Legoso, Tangerang Selatan & Wakil Sekretaris LPCRPM Pimpinan Pusat Muhammadiyah

Usai membaca pengumuman hasil seleksi masuk perguran tinggi negeri, seorang remaja putri duduk sendiri berusaha tegar menerima hasilnya. Ketika bertemu dengan ibu-bapaknya, tiba-tiba tangisnya pecah, dia berucap; ”Ibu aku gagal.....” sambil menangis di pundak ibunya. 

Mengalami peristiwa itu, dalam hitungan detik dada saya terasa sesak, air mata keluar perlahan sambil tetap berusaha tegar. Namun saya memilih diam. Ekspresi muka dan gesture tubuh ini cukup mewakili suara kesedihan dari dalam. Berharap bahasa tubuh itu bisa dimengerti dan lebih berarti dari kata-kata yang akan keluar dari mulut.

Penggalan kisah hidup yang saya alami selama dua bulan terakhir ini mungkin juga dialami oleh banyak orang tua yang anak-anaknya sedang berjuang untuk bisa masuk perguruan tinggi. Ada yang gembira karena harapannya terpenuhi, bisa lulus dan diterima masuk kuliah di kampus yang didambakan. Sebaliknya, ada yang sedih, kecewa karena gagal meraih harapan. Tetapi ada juga yang merasa biasa saja. Saya hormat dengan sikap penerimaan seperti itu. Ia hanya bisa muncul dari jiwa yang tenang, penuh syukur dan kepasrahan. Nalar sehatnya mampu menyadarkan batinnya bahwa masuk perguruan tinggi itu baru tahap awal dari proses panjang yang masih akan dilalui. Untuk itu, tidak perlu bersikap berlebihan dalam merespons kegagalan. 

Menyikapi Kegagalan

Saya mendiskripsikan kegagalan dan keberhasilan secara sederhana. Berhasil adalah ketika keinginan seseorang bisa terpenuhi. Gagal, berarti ada harapan yang belum bisa dicapai. Perasaan sedih dan senang, adalah akibat yang muncul dari cara seseorang menyikapinya. Sejatinnya, orientasi gagal dan sukses itu akan bermuara pada satu akar yang sama, yaitu keinginan. 

Kebijaksanaan seseorang dalam mengendalikan keinginan akan sangat berpengaruh pada dampak yang akan ditimbulkannya. Ada yang terpuruk karena kegagalan. Sebaliknya, ada juga yang senang, bangga, merasa istimewa, karena keberhasilan. Beruntunglah mereka yang selalu bersyukur saat mendapatkan keduannya.

Dalam perjalanan hidup saya, rasannya lebih banyak keinginan yang tidak berhasil terwujud alias gagal daripada sebaliknya. Namun, seberat apapun rentetan masalah yang muncul akibat kegagalan itu, endingnya cukup dengan satu kali keberhasilan, semua bisa teratasi. Begitulah keunikan hidup yang sering mengejutkan. Kegagalan dan keberhasilan itu akan hadir dalam hidup manusia secara silih berganti, terkadang tanpa bergantung pada usaha yang mendahuluinnya. 

Seiring dengan seringnya menghadapi dua kenyataan hidup itu, saya bertekad untuk menjauhkan diri dari sikap penuh kepastian dalam setiap usaha yang sedang saya perjuangkan. Setelah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk meraih sebuah harapan, saya akan membatasi diri untuk hanya sampai pada level pengharapan saja. Perwujudannya akan bergantung pada kekuatan lain di luar diri saya. 

Melebarkan Penerimaan

Meskipun sulit, saya akan berusaha melatih diri untuk bisa menerima setiap kegagalan. Alih-alih menyalahkan nasib, menuduh orang lain sebagai biang keladi, atau amit-amit berprasangka buruk kepada Tuhan. Saya akan berusaha menumbuhkan prasangka baik, bahwa saya akan menerima keberhasilan lain yang lebih baik sebagai gantinya. Akibatnya, saya tidak terlalu larut dalam dalam kesedihan yang berlama-lama. Begitupun ketika saya sedang merayakan keberhasilan. Kegembiraan yang begitu saya nikmati itu ingin saya tahan selama mungkin, namun kenyataannya tidak akan bisa. Kegembiraan itu hanya mampir sebentar berlalu, lalu pergi menghilang. 

Tidak ada yang berlaku lama, apalagi langgeng berada dalam kawah kegembiraan ataupun kesedihan. Lembaran perjalanan hidup akan terus terbuka sendiri. Setiap lembaran akan terisi dengan persoalan baru terus hadir, bergerak, berkelindan dengan yang lain menjadi kisah-kisah baru. Ada pepatah lama yang sering kita dengar bahwa hidup itu ibarat roda gerobak yang terus berputar. Kadang ada di bawah, kadang ada di atas, bahkan terkadang macet tidak bergerak.

Berusaha membuka pintu untuk menerima kehadiran segala macam kemungkinan yang akan terjadi dalam hidup, adalah salah satu kuncinya. Cara sederhana lainnya adalah berupaya menyadarkan diri sendiri, bahwa kekuasaan saya sangat terbatas. Bahkan untuk mengatur tubuhnya sendiri saja, saya tidak leluasa mampu. Hasrat hati ingin tidur, tetapi mata terus melek, pikiran tetap aktif. Hasrat ingin terus membaca buku atau menonton film hingga tuntas, tetapi kantuk datang, mata tidak lagi bisa terbuka. Untuk bisa mengatur perkara di dalam diri sendiri saja saya gagal, apalagi mengatur hal-hal di luar. 

Dalam setiap usaha yang saya sedang perjuangankan, saya tidak akan pernah berani memastikan keberhasilannya. Meski saya sudah berusaha keras dan memenuhi semua persyaratan. Selalu ada faktor ghaib yang tidak akan pernah mampu saya kendalikan sepenuhnya. Menyadari bahwa ketika seseorang dinyatakan gagal masuk suatu perguruan tinggi yang didambakan, bukan berarti pintu keberhasilan lainnya tertutup. Ada banyak pintu lain yang masih terbuka dan bisa dilalui. Hasrat saya yang berlebihan, kaku dan hanya tertuju pada satu pilihan yang menurut saya paling baik, ternyata telah menyempitkan jalan lain yang sejatinya terbuka lebar. 

Pada akhirnya, muara dari setiap persoalan yang kerap saya hadapi ketika sedang dalam fase pengharapan, bukan karena sempitnya jalan dan terbatasnya kesempatan, tetapi lebih pada kemampuan saya dalam mengatur keinginan yang terus muncul. 


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Drh H Baskoro Tri Caroko, LPCRPM PP Muhammadiyah, Bidang Pemberdayaan Ekonomi, Seni dan Budaya....

Suara Muhammadiyah

6 September 2024

Wawasan

Pendekatan Integratif Pemberantasan Judi Online Oleh: Dr. Edi Sugianto, M.Pd, Dosen AIK  UMJ d....

Suara Muhammadiyah

28 June 2024

Wawasan

Mengenang Wafatnya Nabi (Serial Kehidupan Nabi SAW) Oleh: Donny Syofyan: Dosen Fakultas Ilmu Budaya....

Suara Muhammadiyah

2 October 2024

Wawasan

Homo Digitalis Kehilangan Titik Referensi Oleh: Agusliadi Massere Dalam narasi-narasi semiotik Yas....

Suara Muhammadiyah

10 November 2023

Wawasan

Hati  Terkunci dan Kesempatan Bertaubat Oleh: Rumini Zulfikar (Gus Zul) Bagi penulis, judul d....

Suara Muhammadiyah

4 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah