The Message of the Quran: Tafsir Rasional yang Menggugah

Publish

6 November 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
82
Doc. Istimewa

Doc. Istimewa

Oleh: Donny Syofyan. Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Mari kita lanjutkan perjalanan kita menjelajahi dunia tafsir Al-Qur'an. Buku ketiga yang ingin saya ketengahkan adalah The Message of the Quran (1980), sebuah karya monumental oleh Muhammad Asad, seorang mualaf Austria yang mendalami Islam dan menghasilkan berbagai tulisan berharga, termasuk terjemahan Al-Qur'an yang luar biasa ini.

Saat membuka buku ini, kita akan langsung terpesona oleh ketebalannya yang mengesankan. Di dalamnya, kita akan menemukan terjemahan bahasa Inggris yang disandingkan dengan indahnya teks Arab asli, dilengkapi dengan catatan kaki yang berfungsi sebagai komentar mendalam dari Asad.

Yang membedakan tafsir ini adalah pendekatan rasional Asad dalam memahami Al-Qur’an, sebuah pendekatan yang cukup langka di antara para mufassir klasik yang cenderung lebih tradisional dan literal. Pada awalnya, pendekatan ini menuai kontroversi, bahkan menyebabkan buku ini dilarang di beberapa negara Arab. Namun, seiring berjalannya waktu, The Message of the Quran mendapatkan tempat istimewa di hati para pembaca berbahasa Inggris.

Asad dengan bijaksana menyertakan kata pengantar yang menjelaskan prinsip-prinsip penafsirannya. Sangat disarankan untuk membaca bagian ini terlebih dahulu sebelum menyelami isi buku. Di bagian akhir, terdapat lampiran-lampiran yang membahas konsep-konsep penting, seperti simbolisme dan alegori dalam Al-Qur'an. Asad menekankan bahwa tidak semua ayat harus ditafsirkan secara harfiah, sebuah poin penting yang sering terlewatkan oleh banyak pembaca. 

Selain itu, Asad juga membahas Al-Muqatta'at, yaitu huruf-huruf misterius di awal beberapa surah, seperti Alif Lam Mim, yang seringkali membingungkan pembaca. Ia mencoba memberikan penjelasan yang rasional dan logis mengenai makna dan tujuan dari huruf-huruf tersebut.

Lampiran-lampiran di bagian akhir buku semakin memperkaya pemahaman kita. Lampiran 3 membahas konsep Jin, menjelaskan siapa mereka dan mengapa mereka disebutkan dalam Al-Qur'an. Asad mengupas berbagai perspektif tentang Jin, membantu kita memahami peran mereka dalam kosmologi Islam.

Lampiran 4 membahas peristiwa Isra' wal Mi'raj, perjalanan malam dan kenaikan Nabi Muhammad SAW. Sementara banyak tafsir tradisional memahami peristiwa ini secara harfiah, Asad menyajikan pandangan alternatif yang menarik. Ia menunjukkan bahwa beberapa sahabat Nabi, termasuk istrinya Aisyah, memahaminya sebagai pengalaman spiritual yang mendalam, bukan sekadar perjalanan fisik.

Pendekatan rasional Asad sangat mempengaruhi cara ia menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Sebagai contoh, dalam Surah An-Nisa ayat 3, yang sering kali dijadikan dasar untuk membolehkan poligami, Asad memberikan perspektif yang berbeda. Ia berpendapat bahwa ayat ini membatasi jumlah istri yang boleh dinikahi seorang pria hingga empat, baik itu wanita merdeka maupun budak, dengan menekankan pentingnya pernikahan yang adil dan bermartabat.

Dalam ayat 25 dari surah yang sama, Asad juga menegaskan bahwa wanita-wanita beriman yang ditawan dalam perang harus dinikahi secara sah sebelum ada hubungan intim, menunjukkan pentingnya kerangka etika dalam bimbingan Al-Qur'an.

Contoh lain yang mencolok adalah komentar Asad tentang penyaliban Yesus (Isa AS) dalam Surah 4 ayat 157. Dengan berani, ia menyatakan bahwa kisah-kisah tentang penyaliban yang beredar di kalangan umat Islam tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an maupun hadits-hadits sahih Nabi Muhammad SAW. Ia menyebut kisah-kisah tersebut sebagai legenda yang sebaiknya dihindari. 

Pendekatan Asad yang rasional dan kritis ini memberikan warna baru dalam dunia tafsir Al-Qur'an, mengajak kita untuk berpikir lebih mendalam dan tidak terpaku pada interpretasi tradisional yang mungkin sudah usang atau tidak relevan lagi. 

Meskipun saya sendiri menganut pendekatan rasional dalam memahami Al-Qur'an, saya tidak selalu sependapat dengan setiap interpretasi yang ditawarkan Asad. Namun, saya tetap sangat merekomendasikan The Message of the Quran karena keberaniannya dalam menyajikan teks yang didasarkan pada pemikiran rasional. Buku ini memberikan ruang bagi mereka yang mencari pemahaman yang lebih logis dan kontekstual tentang iman mereka, menunjukkan bahwa mereka tidak sendirian dalam perjalanan ini. 

Bagi saya pribadi, buku ini telah memberikan dampak yang luar biasa dalam perjalanan spiritual saya. Ia membuka cakrawala baru, menantang saya untuk berpikir kritis, dan memperdalam pemahaman saya tentang Al-Qur'an. Saya berharap buku ini juga dapat memberikan pencerahan dan inspirasi bagi Anda, bahkan mungkin mengubah hidup Anda seperti yang telah dilakukannya pada saya.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Menjaga Kesadaran dalam Berkomunikasi Oleh: Afita Nur Hayati, Bekerja di UIN Sultan Aji Muhammad Id....

Suara Muhammadiyah

29 April 2024

Wawasan

Menjadi Orang Tua Ideal (Bijak) di Era Digital Oleh: Wakhidah Noor Agustina, S.Si., Ketua Cabang &l....

Suara Muhammadiyah

26 October 2024

Wawasan

Gerakan IMM dalam Lintasan Peradaban (1) Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Unive....

Suara Muhammadiyah

8 May 2024

Wawasan

Spirit Fastabiqul Khairat Oleh: Muhammad Zaini, SHI. MSI., Ketua Majelis Tabligh PDM Pamekasan Jar....

Suara Muhammadiyah

23 April 2024

Wawasan

Anak Saleh (2) Oleh: Mohammad Fakhrudin Telah diuraikan di dalam “Anak Saleh” (AS) 1, ....

Suara Muhammadiyah

1 August 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah