BREBES, Suara Muhammadiyah - Hujan berintensitas tinggi yang mengguyur wilayah Brebes Selatan sejak Sabtu hingga Kamis (8–13/11) memicu banjir bandang yang meninggalkan duka mendalam bagi warga Kecamatan Bumiayu. Pergeseran aliran Sungai Keruh akibat sedimentasi menyebabkan luapan air besar yang menerjang pemukiman, jalan raya, fasilitas umum, mengganggu suplai air bersih, hingga menimbulkan korban jiwa.
Subkor Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Brebes, Rismanto, menjelaskan bahwa perubahan alur Sungai Keruh menjadi pemicu utama banjir bandang. Luapan air merendam permukiman di Desa Adisana, Penggarutan, dan Kalierang, memutus akses jalan Adisana–Cilibur, merusak infrastruktur desa, serta berdampak pada 134 jiwa dari 41 rumah. Suplai air bersih terganggu setelah tiga sumber Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Baribis rusak.
BPBD bersama Pemkab Brebes melakukan penanganan darurat berupa pengerukan sedimentasi, perbaikan tanggul jebol, dan pemulihan alur Sungai Keruh. Dua unit alat berat diturunkan untuk menutup tanggul jebol serta mengembalikan aliran sungai ke jalur semula guna menghindari banjir susulan.
“Kami telah berkoordinasi dengan berbagai pihak. Tanggul jebol ditutup dan aliran sungai dialihkan kembali agar tidak masuk ke permukiman,” jelas Rismanto.
Empat sekolah dasar di Kalierang juga tidak dapat beroperasi akibat ruang kelas yang terendam lumpur. Seorang warga, Haikal Alfi (27), meninggal dunia setelah tersengat listrik dan terseret arus banjir.
Warga Adisana, Faqih Mahtuh, mengatakan aktivitas harian warga lumpuh total. Arus lalu lintas di kawasan Adisana RW 03/RT 01 terganggu karena aliran Sungai Keruh kini menggenangi jalan raya Adisana–Dukuhweni, berdampak langsung pada 59 Kepala Keluarga (KK).
Sekretaris Desa Adisana, Winny Dian P, menambahkan bahwa anak sekolah, pedagang, serta pekerja harus memutar jauh karena jalan poros desa tidak dapat dilewati. “Aliran sungai mengalir deras ke permukiman RT 01 Dukuh Kweni, di sekitar Perumahan Jabal Mina 1. Dinding pembatas jebol dan air masuk ke perkampungan,” ujarnya.
Sementara itu, di Desa Penggarutan terdapat 28 KK terdampak. Jalan desa di Adisana RT 01/RW 03 masih lumpuh dengan ketinggian air mencapai 20–50 cm. “Kondisi masih cukup berat,” tambah Yohan Melani, relawan KOKAM.
Pemkab Brebes Bergerak Cepat dengan alat Berat Dikerahkan, Tanggul Ditutup.
Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Brebes Kerahkan 65 Relawan dan Aktifkan Pos Koordinasi Relawan (POSKOR) untuk menghadapi kondisi darurat tersebut. MDMC Brebes bergerak cepat dengan mengaktifkan POSKOR di Muhammadiyah Children Center (MCC) PCM Bumiayu, Pagenjahan, Kalierang.
Ketua Lembaga Resiliensi Bencana/Muhammadiyah Disaster Management Center (LRB-MDMC) Brebes, Afghani Abduh Ridha, menyampaikan bahwa sejak hari pertama pihaknya melakukan langkah strategis. Sebanyak 65 personel dari MDMC, AUM kesehatan, ortom, dan relawan Muhammadiyah diterjunkan untuk melakukan asesmen di 3 desa terdampak, evakuasi warga, pembersihan material banjir, penyemprotan jalan, distribusi logistik, pemulihan dini bersama BPBD, BNPB, Damkar, Banser, ormas, serta pemerintah desa.
Pada Kamis (13/11), MDMC bersama RSU Muhammadiyah Siti Aminah Bumiayu, Klinik Pratama ‘Aisyiyah Bumiayu, dan Klinik PKU Penggarutan menggelar layanan kesehatan gratis di PRM Kalierang, Klinik Penggarutan, dan Desa Adisana. Layanan ini dimanfaatkan oleh 210 warga. MDMC juga menyalurkan 300 paket sembako, serta mengoperasikan layanan distribusi air bersih menyusul terhentinya suplai PDAM.
“Warga benar-benar sangat membutuhkan. Kita bergerak secepat mungkin,” ujar Ria Utami, relawan MDMC.
MDMC Brebes mengajak AUM, ortom, dan warga Muhammadiyah untuk mengkonsolidasikan bantuan melalui POSKOR demi mempercepat proses pemulihan. Komitmen ta’awun dan koordinasi lintas unsur Muhammadiyah di Brebes Selatan menjadi bukti nyata hadirnya gerakan ini di tengah masyarakat pada masa tanggap darurat.
Jaringan Solidaritas Muhammadiyah Menguat respons cepat dan kolaboratif antara MDMC, relawan, RSU Siti Aminah, Klinik Aisyiyah, Klinik PKU Penggarutan, Lazismu, Pemkab Brebes, serta berbagai organisasi kemanusiaan menunjukkan kuatnya jaringan solidaritas Muhammadiyah di Brebes Selatan. Dengan semangat ta’awun dan fastabiqul khairat, Muhammadiyah menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi warga hingga proses pemulihan selesai. (Tarqum/Nurvi)


