Titah Muhammadiyah, Pelopor Gerakan Islam Modernis

Publish

13 May 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
58
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Titah Muhammadiyah, Pelopor Gerakan Islam Modernis

Oleh: Arifulhaq Atjeh, Dosen, Guru SMKN 1 Pancur Batu Deli Serdang, Majelis LH PWM SUMUT

Muhammadiyah bukan sekadar nama organisasi. Ia adalah simbol gerakan, identitas umat, serta laku kolektif kaum Muslimin dalam menjemput zaman dengan cahaya ilmu dan amal. Berdiri pada 18 November 1912 bertepatan dengan 13 Dzulqaidah 1330 Hijriah di jantung budaya Jawa, Kota Yogyakarta.

Muhammadiyah lahir dari kegelisahan KH Ahmad Dahlan melihat kemunduran umat Islam yang terjebak dalam praktik keagamaan yang kaku, miskin ilmu, dan jauh dari semangat kemajuan. Dengan semangat tajdid (pembaharuan), Muhammadiyah tidak hanya menanamkan kembali ajaran Islam yang murni, tetapi juga mendorong umat untuk keluar dari keterbelakangan melalui pendidikan, pelayanan sosial, dan dakwah yang transformatif.

KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah dengan satu misi utama: mengembalikan umat Islam kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah yang murni, namun dengan pendekatan rasional dan modern. Beliau menolak taklid buta terhadap tradisi keagamaan yang tidak lagi relevan dengan zaman. Dalam spirit tajdid, Muhammadiyah menawarkan Islam sebagai agama yang membebaskan, mencerdaskan, dan memberdayakan. Islam tidak hanya soal ibadah ritual, tetapi juga sistem nilai yang harus diterjemahkan dalam kehidupan sosial, ekonomi, pendidikan, dan kemanusiaan.

Salah satu kontribusi utama Muhammadiyah bagi bangsa ini adalah dalam bidang pendidikan. KH. Ahmad Dahlan menyadari bahwa kunci kebangkitan umat adalah melalui pendidikan. Maka, sejak awal abad ke-20, Muhammadiyah telah merintis model pendidikan modern berbasis Islam. Di saat pendidikan kolonial hanya terbatas untuk golongan elite, Muhammadiyah membuka akses pendidikan bagi semua kalangan.

Pendidikan Muhammadiyah memadukan ilmu agama dan ilmu umum. Ini menjadi terobosan besar karena sebelumnya pendidikan Islam hanya fokus pada ilmu keagamaan tradisional. Kini, lembaga pendidikan Muhammadiyah tersebar di seluruh Indonesia, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Malang, ,Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Solo, dan Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara adalah contoh kampus yang telah diakui secara nasional maupun internasional.

Lebih dari itu, pendidikan Muhammadiyah tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas, tetapi juga berakhlak, moderat, dan peduli sosial.
Pelayanan Kesehatan: Dakwah dalam Bentuk Empati.

Tidak banyak organisasi Islam yang begitu konsisten mengelola sektor kesehatan seperti Muhammadiyah. Sejak mendirikan PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem) pada 1923 bertepatan dengan 29 Jumadil Akhir 1341 Hijriyah. Muhammadiyah telah menjadikan pelayanan kesehatan sebagai bagian integral dari dakwah. Hingga kini, lebih dari 120 rumah sakit dan ratusan klinik kesehatan Muhammadiyah dan Aisyiyah tersebar di seluruh Indonesia.

Rumah Sakit PKU Muhammadiyah menjadi simbol nyata dari dakwah bil hal—mengajak kepada kebaikan melalui tindakan. Dalam praktiknya, pelayanan kesehatan Muhammadiyah tidak hanya menyentuh umat Islam, tapi juga umat agama lain. Ini menunjukkan bahwa nilai Islam tentang kasih sayang dan tolong-menolong tidak mengenal batas agama.

Muhammadiyah adalah gerakan sosial yang terorganisasi dengan baik. Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (Lazismu), Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), serta Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) adalah instrumen-instrumen penting yang membuat gerakan ini tetap relevan, amanah dan profesional. Lazismu telah tumbuh menjadi salah satu lembaga filantropi terbesar di Indonesia, bahkan diakui secara global karena transparansi dan efektivitasnya dalam penyaluran dana umat.

Melalui Lazismu dan berbagai perangkat organisasinya, Muhammadiyah hadir membantu korban bencana alam, memberdayakan ekonomi masyarakat kecil, memberikan beasiswa bagi anak-anak dari keluarga miskin, serta melakukan program pemberdayaan berbasis komunitas. Dalam setiap aksi sosialnya, Muhammadiyah tidak pernah membeda-bedakan suku, agama, atau latar belakang sosial. Prinsip dasar kemanusiaan menjadi pangkal tolak kerja-kerja kemanusiaan Muhammadiyah—membuktikan bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam, bukan hanya untuk pemeluknya.

Misalnya, saat gempa bumi melanda Palu, Sulawesi Tengah, dan Lombok, Nusa Tenggara Barat, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) bergerak cepat membentuk tim tanggap darurat. Mereka mengirim tenaga medis, logistik, hingga tim trauma healing bagi anak-anak korban bencana. Di Gaza, Palestina, Muhammadiyah tak tinggal diam.

Melalui kerja sama internasional, bantuan kemanusiaan dikirimkan dalam bentuk obat-obatan, makanan, dan pelayanan kesehatan. Muhammadiyah membuktikan bahwa kepedulian umat Islam tak mengenal batas geografis.

Membingkai Islam dalam Kerangka Rasional dan Progresif

Salah satu kontribusi besar Muhammadiyah bagi bangsa dan dunia Islam adalah keberaniannya mengusung gerakan intelektualisme Islam. Muhammadiyah mengembangkan pemikiran Islam yang rasional, terbuka, dan responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Gagasan-gagasan para tokoh seperti Prof Amin Abdullah, Prof Syafiq Mughni, Dr Haedar Nashir, dan Prof Yunahar Ilyas menjadi bagian dari khazanah pemikiran Islam modern yang diperhitungkan di dunia akademik, baik nasional maupun internasional.

Prof Amin Abdullah, misalnya, dikenal dengan konsep "integrasi-interkoneksi ilmu", yang mencoba menjembatani dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Pendekatan ini membuka jalan bagi lahirnya paradigma baru pendidikan tinggi Islam yang tidak terjebak pada dikotomi klasik, tetapi justru melahirkan manusia paripurna yang menguasai ilmu sekaligus berakhlak mulia.

Dalam konteks keindonesiaan, Muhammadiyah juga mendorong formalisasi nilai-nilai Islam dalam ruang publik tanpa harus menjadikannya sebagai formalisasi negara agama. Ini sejalan dengan prinsip Darul Ahdi wa Syahadah—negara sebagai hasil konsensus dan tempat umat Islam memberikan kesaksian serta kontribusi terhadap pembangunan.

Muhammadiyah dan Kebangsaan: Mengukir Peran Strategis dalam Sejarah Indonesia

Sejak zaman kolonial, Muhammadiyah telah memainkan peran penting dalam perjuangan bangsa. Kiai Haji Ahmad Dahlan adalah anggota Boedi Oetomo dan pernah menjadi anggota Komite Boedi Oetomo di Yogyakarta. Dalam Kongres Nasional Pertama Muhammadiyah tahun 1926, telah ditegaskan pentingnya keterlibatan umat Islam dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pada masa kemerdekaan, banyak tokoh Muhammadiyah yang terlibat langsung dalam perjuangan diplomasi maupun fisik, termasuk Jenderal Sudirman, Panglima Besar TNI pertama, yang merupakan kader Muhammadiyah. Di masa pasca kemerdekaan, Muhammadiyah terus aktif dalam membangun sistem pendidikan nasional, meneguhkan pluralisme, serta menjadi penyeimbang dalam dinamika politik.

Muhammadiyah tidak pernah menjadi partai politik, tetapi tetap aktif dalam politik kebangsaan. Sikap politik Muhammadiyah adalah ‘politik nilai’, bukan ‘politik praktis kekuasaan’. Muhammadiyah lebih memilih menjadi kekuatan moral dan intelektual yang menjaga integritas bangsa. Dalam berbagai momen krusial, Muhammadiyah menunjukkan posisi kenegarawanannya, seperti dalam reformasi 1998, penegakan HAM, anti-korupsi, dan penguatan demokrasi.

Pada abad ke-21, Muhammadiyah memperluas kiprahnya ke tingkat global. Organisasi ini membuka cabang dan pusat kegiatan di luar negeri, seperti di Mesir, Malaysia, Australia, bahkan Amerika Serikat dan Eropa. Muhammadiyah menjalin hubungan kerja sama internasional dalam bidang pendidikan, kemanusiaan, dan pengembangan keilmuan Islam.

Dengan mendirikan Muhammadiyah Australia College di Melbourne, serta pengiriman dai dan tenaga pengajar ke luar negeri, Muhammadiyah berupaya menegaskan Islam Indonesia sebagai representasi Islam yang ramah, moderat, dan berkemajuan di mata dunia. Dalam banyak forum internasional, Muhammadiyah juga aktif mempromosikan isu-isu perdamaian, keadilan global, lingkungan hidup, dan pemberdayaan perempuan. Dalam World Conference on Religions for Peace, Muhammadiyah kerap mengirim delegasi untuk memperkuat diplomasi Islam wasathiyah. Muhammadiyah tidak hanya ingin menjadikan Islam sebagai solusi nasional, tapi juga sebagai inspirasi global.

Meski telah melampaui usia satu abad, tantangan Muhammadiyah di abad ke-21 tidaklah ringan. Globalisasi, digitalisasi, sekularisasi, dan tantangan ideologi transnasional yang ekstrem menjadi ujian baru bagi kelangsungan dakwah dan pemikiran Muhammadiyah.
Di sisi lain, munculnya generasi muda Muslim yang lebih melek teknologi dan lebih kritis juga menuntut Muhammadiyah untuk menyesuaikan pendekatan dakwah dan pendidikan. Peran media sosial, konten digital, dan pendekatan budaya perlu dikembangkan agar dakwah Muhammadiyah tetap relevan.

Namun, Muhammadiyah tidak kekurangan modal sosial dan intelektual untuk menjawab tantangan itu. Dengan struktur organisasi yang solid, kader-kader muda yang visioner, serta basis massa yang kuat, Muhammadiyah berada pada posisi strategis untuk terus menjadi pelopor Islam berkemajuan.

Di Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara, denyut nadi Muhammadiyah terasa kuat dan mengakar dalam kehidupan masyarakat. Organisasi ini hadir melalui beragam amal usaha yang memberikan kontribusi nyata di berbagai sektor. Lembaga pendidikan Muhammadiyah, mulai dari PAUD hingga SMA/SMK, tersebar di berbagai kecamatan, mencetak generasi muda yang berakhlak mulia dan berilmu pengetahuan. Kehadiran masjid dan mushala Muhammadiyah menjadi pusat kegiatan ibadah dan pembinaan umat, menyebarkan nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif.

Selain itu, Muhammadiyah di Deli Serdang juga aktif dalam kegiatan sosial dan kemanusiaan. Melalui Lazismu, bantuan disalurkan kepada mereka yang membutuhkan, terutama kaum dhuafa dan korban bencana. Ranting dan cabang Muhammadiyah menjadi motor penggerak kegiatan di tingkat lokal, menjalin silaturahmi dan memberdayakan masyarakat. Dengan semangat fastabiqul khairat, Muhammadiyah terus berupaya menjadi bagian penting dalam pembangunan sumber daya manusia dan kemajuan Kabupaten Deli Serdang yang Islami dan berkemajuan. 

Pada Musyawarah Daerah (Musda) ke-13 Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Deli Serdang di Convention Hall Uncle Sam Cafe and Resto Lubuk Pakam, Minggu, 23 Juli 2023 yang lalu semangat untuk berkontribusi ke Muhammadiyah ditunjukkan dengan penuh antusias oleh peserta yang hadir.

Berbagai program yang ditawarkan seperti pembangunan Gedung Dakwah Muhammadiyah Deli Serdang hingga program minor yang menyentuh masyarakat sangatlah mempesona terdengar dalam sidang-sidang agenda Musda. Hingga hari ini tahun 2025, tak terasa 2 tahun sudah berlalu, para kader,simpatisan dan masyarakat mulai gelisah menanti  terwujudnya impian yang pernah tercetuskan pada saat itu. 

Muhammadiyah adalah titah yang hidup, berdenyut dalam setiap aksi sosial, napas dakwah, langkah pendidikan, dan jantung kemanusiaan bangsa. Lebih dari sekadar organisasi, Muhammadiyah adalah kesadaran kolektif umat Islam akan pentingnya menjalani kehidupan dengan prinsip Islam yang dinamis, rasional, dan manusiawi.

Sebagaimana diajarkan oleh KH Ahmad Dahlan, Islam bukan sekadar untuk dilantunkan, tapi untuk diterjemahkan dalam kerja nyata. Maka, Muhammadiyah hadir bukan untuk memisahkan agama dari realitas sosial, tetapi menjadikannya energi moral yang mencerahkan zaman.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Ibnu Abbas dan Mujahid Tentang Ayat Mutasyabihat Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Un....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Wawasan

Hari Populasi Sedunia dan Nurani untuk Palestina Oleh: Teguh Pamungkas, Relawan Muhammadiyah Sejak....

Suara Muhammadiyah

19 July 2024

Wawasan

Menyosong Lahirnya Pemimpin Daerah yang Amanah Oleh: Muhammad Julijanto, S. Ag., M. Ag, Dosen Fakul....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Wawasan

Anak Saleh (19) Oleh: Mohammad Fakhrudin "Anak saleh bukan barang instan. Dia diperoleh melalui pr....

Suara Muhammadiyah

28 November 2024

Wawasan

Negeri Amplop: Mesin Hasrat Bekerja Tanpa Batas Oleh: Agusliadi Massere*  Kehidupan hari ini ....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah