YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah – Majelis Pembinaan Kesejahteraan (MPKS) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY melaunching Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPQ) Inklusi Ibnu Ummi Maktum. Acara ini dilaksanakan pada Ahad (25/8) di Halaman Masjid Haiban PWM DIY. Adapun tema yang diusung yaitu “Muhammadiyah for All”.
Kehadiran TPQ Inklusi sebagai wujud dakwah kepada kaum difabel. Ketua MPKS DIY Zainal Arifin mengatakan, TPQ Inklusi terbuka bagi seluruh masyarakat. Kendati baru dilaunching, disebutkan Zainal, saat ini sudah memiliki sebanyak 30 santri.
“TPQ ini untuk semua masyarakat. Jadi kita ada tiga program khusus yang disiapkan,” ujarnya.
Zainal menyebut, program TPQ Inklusi meliputi reguler, isyarat, dan braile. Ketiga program ini diharapkan semakin memudahkan masyarakat, lebih-lebih masyarakat berkebutuhan khusus untuk membaca dan mendalami substansi Al-Qur’an.
“Jadi kita harapkan dengan TPQ Inklusi ini semua orang bisa belajar Al-Qur’an,” tuturnya.
Di samping itu, kehadiran TPQ Inklusi dilatarbelakangi kegundahan Fandi Akhmad, Direktur TPQ Inklusi. Ia merasa iba melihat masyarakat berkebutuhan khusus yang terkendala dalam fasilitas membaca Al-Qur’an.
“Jadi TPQ Inklusi ini menjawab respons dari masyarakat bahwa teman-teman difabel juga harus bisa membaca Al-Qur’an. Tentu dengan bahasa yang mereka pahami. Dan itu bagi non difabel diperbolehkan untuk ikut belajar bersama,” jelasnya.
TPQ Inklusi tidak sekadar untuk kalangan masyarakat di lingkungan Muhammadiyah. Namun, Fandi mengatakan, terbuka secara luas bagi seluruh masyarakat. “Untuk umum dan gratis. Jadi memang di bawah MPKS PWM DIY, tapi siapapun boleh ikut belajar setiap hari Ahad,” sebutnya.
Di sisi lain, Sekretaris PWM DIY Arif Jamali Muis merasa bangga atas hadirnya TPQ Inklusi. Menurutnya, ini sejalan dengan tarikan napas dakwah Muhammadiyah di akar-rumput.
Ia juga menceritakan pengalaman tatkala melaksanakan salat di sebuah masjid. Ia bersua dengan jamaah difabel bergumam karena masjidnya tidak ramah untuk kaum difabel. “Saya tertegun, yang bersangkutan bergumam, “Sing arep melbu suargo ki ora mung sing normal tok kok,” katanya.
Dari pengalamannya itu, Arif berkesimpulan saat ini masih ada masjid yang belum ramah bagi kaum difabel. Bahwa bertebaran masjid di mana-mana sekarang, hanya menonjolkan kemegahan. Tetapi, melupakan human interestnya, yakni fasilitas khusus bagi kaum difabel.
“Tidak semua orang bisa mengakses masjid. Perkembangan teknologi, pengetahuan, seni rupa, arsitek, menjadi masjid megah, bagus dilihat, tetapi lupa ada sebagian dari saudara kita yang mungkin tidak bisa mengakses masjid itu karena tidak difasilitasi,” tegasnya.
Arif mengatakan, Islam mengajarkan kepedulian kepada sesama. Maka, Muhammadiyah lewat teologi Al Maun sedemikian rupa untuk bisa hadir peduli kepada sesama, khusus bagi masyarakat difabel.
"Islam tidak mengajarkan satu rasa, sama rata, sama rasa. Islam juga tidak mengajarkan tidak boleh ada orang kaya. Islam mengajarkan harus ada orang kaya, tapi peduli dan bermanfaat kepada orang lain. Seperti Muhammadiyah sesungguhnya untuk memberdayakan umat Islam, siapapun itu," katanya.
Maka, kehadiran TPQ Inklusi ini, menjadi manifestasi dari kehadiran Muhammadiyah peduli kepada sesama tanpa diskriminatif. Terlebih lagi, spirit Al-Ma'un menjadi salah satu jangkar utama melakukan hal tersebut.
"TPQ Inklusi ini merupakan wujud nyata dari spirit Al Maun," tandasnya.
Dalam acara ini, juga diserahkan KTAM (Kartu Tanda Anggota Muhammadiyah) untuk Himpunan Disabilitas Muhammadiyah (Hidimu). Hadir Wakil Ketua PWM DIY, Nur Ahmad Ghojali, Ridwan Furqoni, Ketua Lazismu DIY Jefree Farhana, dan Kepala Bidang Pendidikan AIK UAD Yogyakarta Rahmadi Wibowo Suwarno. (Cris)