BANDUNG, Suara Muhammadiyah – Dosen prodi Manajemen UM Bandung Perwito mengatakan bahwa transformasi ekonomi merupakan kunci utama dalam mewujudkan kemandirian ekonomi Muhammadiyah. Pernyataan ini disampaikan dalam program Gerakan Subuh Mengaji Aisyiyah Jabar belum lama ini. Menurut Perwito, transformasi ekonomi merupakan langkah strategis untuk mengarahkan sumber daya ke sektor-sektor dengan produktivitas yang lebih tinggi.
Perwito menjelaskan bahwa transformasi ekonomi tidak hanya berbicara soal alokasi sumber daya. Namun, mencakup pemurnian akidah, dinamika muamalah, dan pemanfaatan sumber daya berbasis nilai-nilai Islam. Ia menekankan pentingnya merujuk kepada Al-Quran dan As-Sunnah sebagai pedoman dalam setiap langkah transformasi.
Dalam paparannya, dia mengutip QS An-Nisa ayat 100 yang menegaskan bahwa hijrah di jalan Allah akan membawa kelapangan rezeki dan pahala besar. “Hijrah dalam konteks ekonomi adalah berpindah dari kondisi stagnan menuju kondisi yang lebih maju, baik dari segi infrastruktur, kebijakan, maupun sumber daya manusia,” ungkapnya.
Salah satu tantangan besar yang dihadapi Indonesia, lanjutnya, adalah ketimpangan ekonomi, rendahnya daya saing SDM, hingga kebergantungan pada modal asing. Perwito memaparkan bahwa optimalisasi infrastruktur, penguatan kebijakan pemerataan ekonomi, dan peningkatan kualitas SDM harus menjadi prioritas.
Dia juga menyoroti peran Muhammadiyah dalam mendorong kemandirian ekonomi umat. Berdasarkan hasil Tanfidz Muktamar ke-48 tahun 2022, Muhammadiyah memiliki visi untuk mengembangkan etos bisnis, kewirausahaan, dan amal usaha ekonomi yang berdaya saing. “Muhammadiyah harus mampu menjadi motor penggerak ekonomi yang tidak hanya memperkuat persyarikatan, tetapi memajukan bangsa,” tegasnya.
Kemandirian ekonomi ini, menurut Perwito, dapat diwujudkan melalui berbagai langkah konkret. Beberapa di antaranya adalah optimalisasi wakaf produktif, pengelolaan zakat untuk investasi, hingga pembentukan Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM). Dia menekankan bahwa tata kelola yang profesional, transparan, dan akuntabel harus menjadi prinsip utama dalam menjalankan usaha. ”Dalam mengelola amal usaha, Muhammadiyah tetap berpedoman pada kaidah, peraturan, dan kebijakan persyaratan Muhammadiyah,” tandasnya.
Lebih lanjut, dia menggarisbawahi pentingnya literasi ekonomi dalam mendukung semangat teologi Al-Maun yang berakar pada budaya kedermawanan dan pemberdayaan kaum lemah. Transformasi ekonomi, katanya, merupakan salah satu bentuk ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui keadilan dan kebangkitan ekonomi umat.
Perwito mengakhiri presentasinya dengan ajakan kepada seluruh elemen Muhammadiyah untuk terus berkolaborasi. “Transformasi ekonomi merupakan amanah besar. Dengan kerja keras, kolaborasi, dan keberlanjutan, Muhammadiyah bisa menjadi lokomotif perubahan yang memberikan manfaat luas bagi umat dan bangsa,” tutupnya.*