BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Di tengah rangkaian peringatan Milad ke-113 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Bandung, Pendidikan Ustadz Pesantren Muhammadiyah (PUPM) turut menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) I pada 17–18 November 2025. Kegiatan ini menjadi momentum penting bagi konsolidasi program kaderisasi ustadz/ustadzah pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
PUPM merupakan program yang diinisiasi Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) Pimpinan Pusat Muhammadiyah sebagai respons terhadap kebutuhan sumber daya manusia pesantren yang memiliki kompetensi keilmuan Islam dan kepesantrenan yang kuat. Program ini mulai digagas pada 2022 oleh Ketua LP2 PP Muhammadiyah Maskuri dan pertama kali dilaksanakan di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Seiring perkembangannya, pelaksanaan PUPM kini meluas ke beberapa perguruan tinggi Muhammadiyah lainnya, seperti Universitas Muhammadiyah Bandung, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, dan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA). Perluasan ini menunjukkan tingginya kebutuhan kader ustadz pesantren yang berkomitmen pada ideologi dan tradisi persyarikatan.
Dalam sambutannya pada Rakornas, Ketua LP2 PP Muhammadiyah Maskuri menekankan pentingnya konsolidasi program di tingkat nasional. “PUPM sudah berjalan menuju tahun keempat dan tentu banyak dinamika yang terjadi. Karena itu, koordinasi diperlukan agar setiap penyelenggara bisa saling belajar dan meningkatkan kualitas layanan PUPM,” ujar Maskuri.
Ketua Lazismu PP Muhammadiyah Ahmad Imam Mujadid Rais turut menegaskan bahwa LP2 PP Muhammadiyah selama ini menjadi mitra strategis Lazismu, terutama dalam penguatan program PUPM. Ia berharap penyelenggara PUPM di berbagai daerah dapat bekerja sama dengan Lazismu setempat guna memperkuat pemerataan dukungan dan keberlanjutan program.
Dari Jawa Barat, Ketua LP2 PWM Agus Abdul Rahman menyoroti pentingnya PUPM dalam memajukan pesantren Muhammadiyah di wilayahnya. Ia menegaskan bahwa kebutuhan akan kaderisasi ustadz pesantren terus meningkat sehingga PUPM harus terus dikembangkan secara serius.
Sementara itu, Mudir PUPM/PUTM Bandung Cecep Taufikurrohman menjelaskan bahwa keberadaan program ini di UM Bandung merupakan bentuk nyata dukungan PWM Jawa Barat dan pimpinan UM Bandung terhadap upaya menyiapkan kader ustadz pesantren yang berideologi Muhammadiyah.
Cecep menambahkan bahwa di Bandung, PUPM digabung dengan Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) karena Jawa Barat juga memerlukan kaderisasi ulama Muhammadiyah yang kuat. “Maka lembaga ini disebut PUPM/PUTM, sebagai jawaban atas dua kebutuhan strategis sekaligus,” ujar Wakil Dekan FAI UM Bandung tersebut.*


