MALANG, Suara Muhammadiyah - Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) senantiasa mendorong mahasiswanya untuk mengabdi dan bermanfaat untuk masyarakat. Salah satunya melalui program Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa (PMM). Kali ini, ada lebih dari 4.000 mahasiswa dari berbagai fakultas UMM dilepas pada 17 Juli ini untuk memulai PMM dengan berbagai program andalannya masing-masing.
Adapun program PMM tahun 2024 ini mengirim 4.747 mahasiswa yang terbagi menjadi 900-an kelompok. Mereka akan melakukan pengabdian di 17 provinsi dan 74 kabupaten maupun kota. Program yang memiliki tema desa sejahtera dan mandiri tersebut secara langsung dibuka dan dilepas oleh Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik, M.Si.
“Kerangka besar konsep dari PMM adalah pengabdian kepada masyarakat. Program ini penting untuk mengondisikan para calon bangsa pada situasi tertentu di masyarakat. Apa yang bisa kita rasakan dan lakukan? Seberapa tinggi tingkat keterlibatan kita, emosi, maupun perasaan ada pada kondisi masyarakat saat itu,” ucapnya.
Menurutnya, memahami permasalahan yang ada di masyarakat lebih kuat dibandingan dengan pemahaman mengenai kompetensi teknis yang didapat dari perkuliahan. Maka, mahasiswa harus dapat melihat masalha yang terjadi kemudian bergerak memberikan solusi terbaik.
Sebagai informasi, PMM merupakan program wajib bagi mahasiswa UMM yang dulunya dikenal sebagai Kuliah Kerja Nyata (KKN). Program pengabdian ini pada awalnya diberhentikan sementara akibat wabah Covid-19. Setelah wabah Covid-19 mereda, KKN kemudian digantikan oleh PMM dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Sementara itu, Muhamad Salis Yuniardi, M.Psi, PhD selaku Wakil Rektor IV Bidang Riset, Pengabdian, dan Kerjasama juga menyampaikan terkait makna pengabdian pada program tersebut. “Mahasiswa yang dilepas ke masyarakat ini harus mengetahui makna dari PMM sendiri itu apa. Mahasiswa harus siap lahir dan batin untuk memberikan kontribusi terbaik ke masyarakat secara langsung,” tambahnya.
Selain itu, mahasiswa PMM juga harus menunjukkan seperti apa figur dari mahasiswa yag menjalani pendidikan tinggi. Selain memberikan kontribusi, mahasiswa juga harus bisa belajar kesederhanaan, gotong royong, kerja keras, dan rasa syukur dari penduduk desa. Jangan sampai datang dengan kesombongan bahwa mahasiswa itu paling pintar.
Hal tersebut diamini Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UMM Prof. Dr. Ir. Sutawi M.P. Ia berharap para mahasiswa dapat memanfaatkan ilmu yang diperoleh di UMM untuk menyukseskan kegiatan pembangunan di desa. Tak lupa juga untuk mempelajari kearifan lokal di desa seperti kerja keras, gotong royong, dan kesederhanaan.
“Seperti tagline UMM yaitu Muhammadiyah Untuk Bangsa, mahasiswa yang akan mengabdikan diri ke masyarakat juga harus seratus persen memberikan solusi atas permasalahan yang terjadi di masyarakat. Mudah-mudahan program ini dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman saudara sehingga lebih siap setelah lulus dan kembali ke masyarakat,” tegasnya. (diko)