Wakaf Kaligrafi dan Stiker Do'a
Oleh: Khafid Sirotudin, MPKSDI PP Muhammadiyah
Wakaf Literasi Unik Jamaah An-Nur
Saya yakin sebagian besar umat Islam yang melakukan ‘safar’ (perjalanan jauh) via jalur darat dari satu tempat ke tempat lain pernah singgah di sebuah masjid di pinggir jalan raya di tengah perjalanan. Selain untuk menjalankan shalat fardhu, juga membuang hajat buang air kecil dan besar (BAK/BAB). Tak terkecuali bagi masyarakat yang sering bepergian menggunakan moda transportasi darat roda empat melalui jalan tol trans Jawa. Sebab hampir di semua rest area, selain tersedia toilet juga terdapat fasos keagamaan berupa masjid.
Fasilitas umum (fasum) dan fasilitas sosial (fasos) keagamaan juga tersedia di SPBU, di sepanjang jalan nasional (ruas jalan antar provinsi) maupun jalan provinsi (ruas jalan antar kabupaten/kota). Setidaknya di setiap SPBU terdapat toilet, mushola, toko kelontong/minimarket, dan kedai/penjaja makanan minuman ringan.
Sejak 2004, SPBU 445-2108 Dampyak Tegal mendapatkan Rekor MURI selama 14 tahun sebagai SPBU yang memiliki toilet terbanyak (107 buah). Kami telah puluhan kali mampir di SPBU ini –sebelum ada tol Tans Jawa– untuk mengisi BBM dan shalat di musholanya yang bersih dan ber-AC.
Sejak Desember 2018, Rekor Muri tersebut dikalahkan oleh SPBU 334-5102 di KM 228A Tol Kanci-Pejagan, Cirebon dengan 300 Toilet. Sepuluh tahun terakhir bisnis jasa pengisian nitrogen dan tambal ban tubles hadir di SPBU. Seiring pemakaian ban standar mobil dan sepeda motor tanpa ban dalam. Sebuah ekosistem “ekonomi kreatif” skala UMKM khas Indonesia, yang belum pernah kami jumpai di negara manapun.
Selain dikenal sebagai bangsa dermawan, warga Indonesia juga dikenal sebagai bangsa yang kreatif. Meskipun kadangkala “kelewat kreatif” sehingga mengalienasikan etika sosial. Kami pernah menjumpai beberapa stiker promosi produk obat China dan produk rak almari tertempel di bagian dalam pintu kamar mandi/WC/toilet masjid yang sering disinggahi musyafir.
Terhadap hal ini, saya menerka ada dua kemungkinan mengapa hal itu bisa terjadi. Pertama, pemasangan materi iklan tersebut atas seijin dan sepengetahuan takmir masjid. Kedua, tanpa seijin dan sepengetahuan takmir maupun otoritas masjid.
Ada sebuah laku amal shalih yang jarang diketahui orang atau jamaah masjid. Yaitu terkait adanya papan kaligrafi berisi doa memasuki dan keluar masjid, serta stiker doa masuk dan keluar toilet/KM/WC. Dan kalaupun ada, sebagian besar jamaah biasanya hanya sekedar membaca “sambil lalu”, tanpa pernah berpikir urgensi dan manfaat papan kaligrafi atau stiker doa tersebut.
Bisa jadi amalan doa masuk keluar masjid dan KM/WC/Toilet menjadi doa yang paling sering tidak diamalkan umat. Apalagi sampai berpikir untuk beramal shalih ikut membuat “tetenger” (pengingat) doa agar setiap aktivitas sosial kita bernilai ibadah.
Berawal dari kunjungan H. Shomad ke adiknya Hj. Siti Fadhilah, Ketua PD Aisyiyah Boyolali, pertengahan tahun 2023. Beliau melihat papan kaligrafi yang bagus, berisi tuntunan doa untuk memasuki dan keluar masjid yang terpasang secara apik di masjid dekat kompleks perumahan adiknya.
Kemudian H. Shomad meminta tolong bulik Fadhil untuk memesankan 3 pasang papan kaligrafi yang sama. Satu pasang papan kaligrafi berisi doa itu diwakafkan menjadi penghias salah satu pintu masjid An-Nur Weleri. Dua pasang lainnya diberikan untuk 2 masjid di sekitar Weleri, “didherekke” (dibersamai) Azis Ghofar dengan bersepeda motor.
Aksi “diam-diam” tersebut diketahui Himawan dan Khoirudin (kakaknya Azis) yang kemudian bergabung meluaskan aksi “wakaf literasi” berupa papan kaligrafi doa masuk/keluar masjid dan stiker doa masuk/keluar Toiltet/KM/WC. Sudah Satu Setengah tahun aksi ini dijalankan. Masjid yang dijadikan sasaran adalah “Masjid Safar”, yaitu masjid Agung/Jami’/Besar yang berlokasi di pinggir jalan raya dan sering dijadikan lokasi “ampiran” (singgahan) para musyafir.
Hingga ramadhan tahun ini, sudah 73 masjid (93 pasang kaligrafi) yang mereka datangi dan berikan wakaf literasi berisi doa-doa itu. Tersebar di Jawa tengah, Jawa Timur hingga Jawa Barat. Tim kaligrafi ini (H. Shomad dkk) biasa melakukan safar di akhir pekan, sekaligus tadabur alam dan tamasya ke suatu daerah dengan target beberapa masjid yang dilewati. Dengan mengendarai mobil minibus milik Himawan, “tim senyap kaligrafi” biasanya membawa 15 set papan kaligrafi doa berbingkai pigura yang bagus dan segepok stiker doa masuk/keluar kamar mandi.
Suka Duka Perjalanan
Selepas jamaah Subuh dan kultum puasa ramadhan hari ke Tujuh kemarin, di serambi masjid An-Nur kami sempatkan mengobrol santai dengan mbah Somad (66 tahun) –panggilan akrab untuk H. Shomad– dan Himawan. Merunut sanad nasab, mbah Somad adalah “paklik” (om, paman) dan Himawan adalah adik keponakan saya dari jalur ibu kami Hj. Mubayanah (86 tahun). Panggilan mbah adalah sesuatu yang lazim dalam tradisi “tutur” (lisan) bahasa Jawa, sebuah bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua secara usia maupun nasab.
“Pokoke asik Sa –panggilan untuk Ossa anak pertama saya– kapan arep melu (Pokoknya asik kapan mau bergabung)” ajaknya.
“Insya Allah mbah, mangke yen pas selo wekdale (nanti kalau pas waktunya longgar)”, jawab saya.
Mbah Somad bercerita tentang berbagai peristiwa yang membahagiakan, mengharukan bahkan pernah menemui sikap yang kurang “humble” dari seorang takmir masjid yang pernah dijumpai. Beliau selalu menekankan tentang ketulusan niat untuk berbagi amalan doa yang ringan tetapi seringkali lalai dilafadzkan jamaah ketika berada di masjid. Namun beliau bersyukur, sebagian besar takmir masjid yang pernah ditemui, pada umumnya menaruh simpati dan atensi pada misi “wakaf literasi” ini.
Dalam melaksanakan misi suci pada akhir tahun 2024 lalu menuju Tulungagung Jawa Timur, saudara Darminto dan H. Junaidi (Ketua PCM Kangkung Kendal) ikut membersamai. Masjid Raya Baiturrahman di Semarang, Masjid Raya Sheikh Zayed Solo hingga Masjid Agung Tulungagung pernah disinggahi.
Ketiga takmir Masjid Raya itu menerima dengan suka cita atas “wakaf literasi” yang barangkali dianggap tidak seberapa, bagi sebagian kecil orang. Pada jalur Pantura barat, mbah Somad dan tim kecilnya, pernah singgah dan diterima dengan baik oleh Aa Gym di masjid kompleks Ponpes Daarut Tauhid Bandung.
Wakaf literasi sangat mudah dilaksanakan oleh semua orang kaya, sederhana maupun miskin. Sebab obyek, syarat dan rukun wakaf jelas berbeda dengan zakat amwal yang mensyaratkan nisab (batas minimal harta kena/wajib zakat mal), haul (telah memenuhi waktu setahun) serta besaran prosentase tertentu sesuai jenis zakat (2,5 hingga 20 persen).
Wakaf literasi dapat berupa tulisan kaligrafi berisi doa yang dicetak secara digital (MMT) kemudian diberi bingkai figura dan kaca secara baik. Dapat pula berupa stiker ukuran setengah folio yang berisi doa sebelum dan sesudah wudhu, ataupun doa mau masuk dan keluar KM/WC/Toilet.
Barangkali secara nilai rupiah tidak seberapa, tetapi ide/gagasan dan aksi nyata “wakaf literasi” yang dilakukan mbah Somad, Himawan dan Khoirudin secara konsisten dan kontinyu, jauh lebih bernilai daripada ide megah (bernilai sangat besar) tetapi “megahi” (menjemukan, membuat malas). Bukankah amalan ringan (meski nilainya kecil) yang diamalkan terus menerus lebih mulia daripada amalan berat (nilainya besar) yang tidak dilakukan istiqomah (konsisten dan kontinyu).
Kami menjadi teringat “wejangan” (nasehat) suwargi Haji Muslim di sebuah pengajian takziyah jamaah masjid An-Nur.
“Awake dewe kudu duwe amal unggulan (kita harus memiliki amal unggulan)”.
Yaitu amal shalih yang kelihatannya “remeh temeh” (nilainya dianggap kecil atau ringan) tetapi di mata Allah nilainya sangat besar. Karena dapat memberikan manfaat yang besar dan seluas-luasnya bagi orang lain. Kesalehan personal (individual) tidak akan pernah memberikan kebaikan dan manfaat yang besar (the great benefits) bagi masyarakat dan umat dibandingkan kesalehan sosial.
Wakaf literasi melalui berbagi tulisan kaligrafi “sebait doa” mau masuk WC/KM/toilet boleh jadi akan beroleh pahala yang jauh lebih besar di mata Allah Swt, dibandingkan sumbangan Sejuta Rupiah untuk memesan sebuah karangan bunga kematian. Apalagi jika virus iri, dengki, bakhil, riya, hasad dan prasangka buruk (su’udzan) telah bersemayam di hati.
Wallahu’alam.
Masjid : (1) Daarut Tauhid Bandung (2) MBZ Solo (3) Al-Falah Sragen (4) Cheng Ho Purbalingga (5) UMP Puwokerto (6) Al-Jabbar Bandung