GUNUNGKIDUL, Suara Muhammadiyah — Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) Republik Indonesia bersama Majelis Lingkungan Hidup (MLH) PP Muhammadiyah meluncurkan program Wakaf Pohon Kehidupan di kawasan Hutan Wakaf Berkemajuan Muhammadiyah, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (21/12/2025). Program ini ditujukan untuk mendukung mitigasi perubahan iklim, penguatan ekosistem, serta pemanfaatan wakaf bagi kemaslahatan umat.
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung, mengapresiasi keterlibatan BPKH yang dinilai memiliki kepedulian nyata terhadap isu lingkungan melalui pengembangan wakaf hutan.
“BPKH tidak hanya berfokus pada pengelolaan haji, tetapi juga menunjukkan kepedulian terhadap wakaf hutan. Dukungan yang diberikan tidak berhenti pada penyediaan bibit, tetapi juga mencakup perawatan hingga pohon tumbuh dan memberi manfaat,” ujar Azrul.
Menurut Azrul, kolaborasi ini juga menjadi bagian dari upaya bersama untuk mendorong haji ramah lingkungan, seiring meningkatnya tantangan perubahan iklim global.
Anggota BPKH RI, Sulistyowati, menyampaikan bahwa program wakaf hutan merupakan bentuk komitmen BPKH dalam merespons dampak perubahan iklim. Program serupa telah dilaksanakan di sejumlah daerah, seperti Agam di Sumatera Barat, Bogor dan Majalengka di Jawa Barat, serta Gunungkidul di DI Yogyakarta.
“Program Wakaf Pohon Kehidupan ini sejalan dengan agenda Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya mitigasi perubahan iklim dan penguatan kemitraan. Karena itu, BPKH bekerja sama dengan Lazismu, MLH Muhammadiyah, serta PWM dan PDM di daerah,” kata Sulistyowati.
Sementara itu, Anggota BPKH RI Harry Alexander menegaskan bahwa pendanaan program wakaf hutan tidak berasal dari setoran jemaah haji, melainkan dari dana abadi umat.
“Dana wakaf hutan ini bukan dana setoran jemaah haji, tetapi dana abadi umat yang digunakan untuk kemaslahatan bersama. Wakaf hutan dipilih karena hutan memiliki peran penting sebagai sumber kehidupan dan pencegahan bencana,” ujarnya.
Harry juga menyoroti keterkaitan langsung antara krisis iklim dan keselamatan ibadah haji. Ia menyebutkan bahwa pada tahun 2023, lebih dari 800 jemaah haji lansia meninggal dunia akibat heat stroke karena suhu ekstrem.
“Pemanasan global menjadikan ibadah haji semakin terancam. Karena itu, penanaman hutan wakaf ini juga merupakan bagian dari upaya mitigasi global warming,” kata Harry.
Koordinator Hutan Wakaf Berkemajuan MLH PP Muhammadiyah, Rijal Ramdani, menjelaskan bahwa hutan wakaf di Gunungkidul dikembangkan di atas lahan wakaf seluas 1.700 meter persegi yang berstatus tanah tegalan milik Muhammadiyah, dengan PDM Gunungkidul sebagai nazir.
“Sebanyak 712 pohon akan ditanam dan dirawat hingga berproduksi, terdiri atas aren, bambu, gayam, kelapa, durian, dan alpukat,” kata Rijal.
Menurut Rijal, selain berfungsi untuk konservasi, mitigasi perubahan iklim, penguatan keanekaragaman hayati, dan daerah aliran sungai, hutan wakaf ini juga diharapkan memberikan manfaat ekonomi dan sosial bagi umat.
“Ke depan, hutan wakaf ini juga akan menjadi ruang edukasi lingkungan bagi anak sekolah dan masyarakat umum agar semakin mencintai dan menjaga alam,” ujarnya.

