Ziarah Pertapaan Rawaseneng

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
91
Dok. Khafid Sirotudin

Dok. Khafid Sirotudin

Ziarah Pertapaan Rawaseneng

Oleh: Khafid Sirotudin

Gereja Santa Maria dan Yosef di sisi kanan jalan sedang dipugar. Terlihat dari ketiadaan genting dan pagar yang tertutup terpal dan kain MMT. Memasuki kawasan Pertapaan Rawaseneng, di sisi kiri jalan berdiri bangunan Poliklinik Pratama Fatima bercat putih. Seorang suster (perawat) melintas dengan seragam khas layaknya rumah sakit yang dikelola Yayasan Katolik: berbaju kurung putih dengan kerudung kecil yang menjuntai ke belakang bahu.

Mendung tebal dan “udan tletik” (gerimis kecil) mengiringi kedatangan kami siang ini, Jumat Pahing, 26 Desember 2025. Sudah lama saya ingin berkunjung ke Pertapaan Rawaseneng, meski berpuluh-puluh kali telah melewati jalan raya Kandangan Temanggung dari dan ke arah Sumowono atau Bandungan Kabupaten Semarang. Alhamdulillah baru kesampaian sekarang, di tengah perjalanan pulang dari Magelang menuju Sukorejo Kendal. 

Kami mampir salat di masjid Muhammadiyah, dukuh Punduhan desa Kandangan kecamatan Kandangan. Temanggung salah satu daerah perkebunan penghasil tembakau super “srinthil” yang harganya mencapai jutaan Rupiah per kilogram. Saya tunaikan salat Jumat berjamaah sekaligus salat jamak qashar Asyar, di sebuah AUM (Amal Usaha Muhammadiyah) masjid kecil yang bersih–muat 100-an jamaah–dengan tempat wudhu dan toilet berada di ruang bawah tanah (rubanah/basement). Masjid ini setidaknya menunjukkan bahwa persyarikatan hadir di pedesaan dengan mayoritas warga berkhidmat di sektor pertanian. 

Membaca tulisan yang tertuang di sisi dinding museum, Pertapaan Santa Maria Rawaseneng Temanggung dirintis pertama kali tahun 1928. Inisiatornya, Mgr. Anton Pieter Van Velsen SJ. yang merindukan adanya biara kontemplatif Trappist di Hindia Belanda. Pada tahun 1950, Rahib imam dari Tilburg, Romo Bavo Van der Ham dikirim ke tanah Jawa. Kemudian disusul pada 4 Maret 1953, Dom Willibrord mengutus 4 anggota ke Rawaseneng yang didoakan oleh seluruh anggota komunitas Koningshoeven. 

Kehidupan reguler para Rahib dimulai dalam masa pekan suci 1 April 1953, tanggal yang ditetapkan secara resmi sebagai penanda berdirinya biara cabang dari Biara Koningshoeven di Tilburg, Belanda. Romo Bavo dan 4 fundator secara resmi menjalani hidup reguler: mendoakan dan mendaraskan Doa Ofisi Harian sebanyak 7 kali sehari. Dalam perspektif agama Islam, saya membandingkan dengan kegiatan ritual ibadah para mubaligh/pendakwah persyarikatan yang setiap hari rajin menjalankan salat fardhu 5 waktu, plus 2 salat sunah dhuha dan salat malam (salat lail).

Sayang museum tutup, sehingga saya tidak dapat melihat dan membaca lebih banyak catatan, manuskrip, buku/kitab, literasi sejarah tentang Pertapaan St. Maria. Seijin Satpam yang berjaga pada pos halaman museum, kami dapat membawa mobil menelusuri jalan menurun serta parkir di depan guest house. Tersedia 20 kamar yang bisa disewa menginap para peziarah. Dua kamar diantaranya tipe family, dapat memuat 6 orang se keluarga. Biaya sewanya relatif terjangkau, Rp200.000 per orang per malam dengan layanan 3 kali makan (pagi, siang dan malam). Jika ingin bermalam satu rombongan, guest house bisa menampung 80-100 tamu dengan extra bed.

Tidak jauh dari guest house, kami menyusuri jalan menuju tempat doa dan pengambilan air suci dari “belik” (mata air kecil) yang berada di lereng bawah. Terlihat tiga peziarah dari Yogyakarta: ayah, istri beserta putranya sedang duduk berdoa khusuk di depan altar Santa Maria. Udara begitu segar dengan hamparan tanaman kopi diselingi beragam tanaman keras yang tinggi. Dilihat dari lingkar batang pohon, saya meyakini pepohonan tinggi disini telah berusia setengah abad lebih.

Halaman museum disediakan untuk tempat parkir pengunjung, dapat memuat 30-an mobil. Bangunan museum terbagi tiga bagian, yaitu: ruang museum; toko yang menjual beragam produk hasil budi daya Trappist Rowoseneng dan masyarakat sekitar, buku-buku, aneka rupa mercandise: kaos, kalender, gantungan kunci, dll; serta dapur dan puluhan meja kursi di teras untuk rehat sambil menikmati minuman hangat/dingin dan kudapan.

Sebotol susu sapi dingin fermentasi dengan rasa gula aren saya ambil dari rak kulkas show case. Saya pesan 1 porsi singkong goreng original dan sebungkus kopi robusta bubuk merk Trappist Kopi buat oleh-oleh. Saya juga membeli sebuah buku “Merajut Persaudaraan dalam Keberagaman” karya Aloys Budi Purnomo, Pr. 

Sebagai perokok bijak, sambil membayar di kasir saya bertanya: “Maaf mbak, apakah diperbolehkan merokok di area meja kursi teras museum?”. Dengan tersenyum mbak kasir menjawab: “Silakan pak, Romo disini juga suka merokok di teras”. Ternyata, puluhan asbak disediakan di salah satu sudut, menandakan tempat itu smoking area.

Hawa dingin mulai merasuk ke tubuh. Kebetulan saya tidak membawa sweater maupun jaket. Kabut lereng gunung Sindoro-Sumbing terlihat merayap di sela-sela pepohonan besar dan kecil. Sudah tiga jam kami menikmati liburan di lokasi ziarah dalam suasana rilex, segar, adem-ayem (dingin-nyaman) dan alami kawasan pertapaan seluas 178 hektar. Dimana sebagian besar lahan (137-150 hektar) dimanfaatkan untuk tanaman kopi. Sebagian kecil lahan sisanya berdiri gereja, poliklinik pratama, peternakan sapi perah dan industri pengolahannya, guest house, taman doa serta beberapa bangunan pendukung. 

Obyek wisata religi (ziarah) Pertapaan Rawaseneng Temanggung, secara administratif berada di dusun Rowoseneng, Desa Ngemplak, Kecamatan Kandangan. Biara Pertapaan Santa Maria Rawaseneng adalah biara Trappist dari Ordo Cisterciansis Strictioris Observantiae atau Ordo Cisterciensis Observansi Ketat. Observans Trapis yang langka dan istimewa. Dimana hidup para penghuninya dikuduskan bagi Tuhan dan diungkapkan dalam persatuan-persaudaraan, dalam kesunyian dan diam diri, dalam doa dan kerja, juga dalam tertib hidup.

Pagersari, 26 Desember 2025

Khafid Sirotudin, Ketua Bidang Perkaderan Komunitas, MPKSDI PP Muhammadiyah.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Melangkah Lebih Dekat: Perjalanan Menyelami Akar Kata Al-Qur'an Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas....

Suara Muhammadiyah

1 November 2024

Wawasan

Oleh: Mu’arif “Bukan H. Akis, tapi H. Anis,” demikian tulis Mh. Djamaluddin Anis ....

Suara Muhammadiyah

21 August 2024

Wawasan

Pengendalian Nafsu Amarah Oleh: Mohammad Fakhrudin Pengendalian nafsu dalam arti seluas-luasnya da....

Suara Muhammadiyah

13 March 2024

Wawasan

Bencana Ekologis dan Keserakahan Manusia Oleh: Mohammad Nur Rianto Al Arif, Guru Besar UIN Syarif H....

Suara Muhammadiyah

10 December 2025

Wawasan

Itikaf yang Membumi, Dari Ritual Menuju Aksi Sosial Berkeadilan Oleh: Firman Nugraha, widyaiswara d....

Suara Muhammadiyah

28 March 2025