Kuasai Sumber Hajat Rakyat
Oleh: Saidun Derani
Telah terjadi Silaturahmi atau semacam pertemuan semi resmi di Kantor PT. Katama Suryabumi, Gedung Rukan Sentra Pemuda, Rawamangun Jakarta Timur, Rabu, 23 Agustus 2023, pukul 13.00-15.00 WIB bertiga yaitu Haji Muhammad Kris Suyanto, Haji Saidun Derani, dan Haji Afrizon berawal dari kepedulian ketiga hamba Allah ini terhadap masalah-masalah ekonomi dan financial umat Islam, umumnya dan khusus masalah asupan akonomi dan financial Persyarikatan Muhammadiyah. Karena menurut Pak Kris selama ini pasar Muhammadiyah masih diberikan kepada orang lain mengelolanya. Peristiwa itu terjadi atas inisiatif undangan Pak Kris kepada kami berdua untuk ketemu bermuwajjahah di Kantornya.
Mas Kris-sapaan yang akran panggilan beliau-memulai pembicaraannya dengan mengatakan bahwa umumnya manusia berkonflik (memperebutkan) pada awalnya adalah masalah;
1. Perempuan,
2. Lalu masalah minyak (oil),
3. Ke depan masalah sumber air.
Sebagai entrepreneur dan pengusaha yang selama ini sudah malang melintang dan banyak bergerak dalam hal Filantropi (Islam) termasuk mewakafkan tanah seluas 10 Ha berdua dengan Pak Haji Noer Sutrisno di Lebak Banten kepada PWM Banten untuk mengelolanya, mengingatkan (berkali-kali ditekankkannya dalam dialog-dialog yang sedang berjalan) supaya Muhammadiyah khususnya PWM Banten menguasai Sumber Air. Ke depan persoalan inilah yang menjadi sumber masalah yang serius di tengah masyarakat dan NKRI seperti yang dikatakan di atas.
Usulan Mas Kris di atas mengingatkan penulis testimoni Dr. Safari ANS, seorang wartawan Senior dan Pialang bidang Keuangan Manca Negara serta penulis buku ”Harta Karun Indonesia”, sebuah kejadian terkait masalah air ini. Simak kisah di bawah ini.
Safari memulai dengan kalimat terkejut ketika makan di sebuah resatoran di F X Senayan Jakarta. Karena harus membayar air putih kemasan seharha Rp. 15. 000,- berisi 330ml. Di restoran kawasan Blok M, air mineral denga isi yang sama harus dibayar Rp. 12.000,-
Sudah semestinya air yang menyangkut hajat hidup orang banyak harus dikuasai negara. Harganya pun harus diatur negara. Tidak boleh harganya semau produsen dan penjual air kemasan. Air putih tidak boleh diperjualbelikan karena anugrah Tuhan bukan hanya untuk manusia akan tetapi juga untuk makhlkuk hidup yang lain. Berbeda ketika air putih sudah berubah menjadi kopi, teh, atau lainnya. Sudah semestinya negara berlogika dan berfikir seperti itu.
Pengalaman saya di luar negeri air keran sudah standar untuk diminum secara langsung. Pemerintah wajib menyediakan air keran yang bisa diminum Masyarakat tanpa proses apapun. Menurut saya air putih diperjualbelikan itu pastis salah.
Dalam konteks inilah negara harus menguasai sumber air. Negara harus menyediakan air putih untuk diminum dan keperluan lainnya bagi warga negaranya. Jangan mau air putih dengan harga sesuka produsen dan penjual. Negara dan pemerintah harus mengatur harga air putih kemasan. Apalagi sekarang ini air minum dimonopoli Perusahaan asing. Sadarkah kita bahwa air putih minuman harus membayar ke pihak asing. Apa kita sudah tidak waras lagi bernegara dengan baik, keluh Safari ANS (21123)
Dalam konteks ini penulis ingat fatwa Ulama Indonesia bahwa air, udara dan darat harus/wajib dikelola negara dan diperuntukkan bagi kepentingan rakyat seluar-luasnya. Benarlah Bung Hatta yang memasukkan dalam UUD 1945 pasal 33. Fakta lapangan pengamat ekonomi bilang, NKRI lebih lebih liberal dari negara yang embah liberal AS.
Selain itu Mas Kris menyebutkan bahwa pentingnya umat Islam khususnya Muhammadiyah wabil khusus PWM Banten menguasai/memiliki perbankan dan masalah Asuransi yang selama ini assetnya (liquid dan non-liquid) diberikan kepada orang lain mengelolanya. Bukankah Muhammadiyah memiliki cuptive market jelas dan jejaring yang luas se-Nusantara (NKRI). Dibutuhkan memang orang-orang yang memiliki jiwa entrepreneur yang kuat dan kemampuan manajer yang mumpuni mengurusnya.
Masalah asuransi seperti yang ditanyakan dan diusulkan Mas Kris Suyanto sebenarnya penulis dan Afrizon dalam sebuah diskusi terbatas di mana Buya Anwar Abbas dan Buya Yunan Yusuf ikut di dalamnya sebagai peserta aktif sudah mengusulkan dan menulis cukup panjang lebar pada tahun 2021 supaya Muhammadiyah memilikinya yang sementara ini diberikan kepada orang lain. Begitu juga masalah perbankan dengan berbagai pertimbangan mengapa (why) uang Muhammadiyah yang begitu besar di kelola dan diserahkan kepada orang lain.
Pak Kris Suyanto juga mempertanyakan mengapa kekayaan Muhammadiyah yang begitu besar dan seksi sementara ini masih “diambil” orang lain mengelolanya khususnya “bisnis turunannya”.
Mas Kris membayangkan jika Muhammadiyah memproduksi satu jenis obat saja misalnya anti biotik yang memakainya seluruh RS dan Klinik Milik Muhammadiyah se-Indonesia. Bisa dihitung marginnya berapa besar masuk pundi-pundi Bendahara Muhammadiyah. Bukankah organisasi yang sehat kalau asupan ekonomi dan fninancialnya sehat dan lancar mulai dari PP sd Pimpinan Rantingnya ikut sehat dan lancer.
Lalu Mas Kris Suyanto membayangkan jika seluruh mahasiswa dan siswa (mulai TK-SLTA dan PTM), pegawai AUM, dan anggota persyarikatan memakai Asuranasi milik persyarikatan bisa dihitung berapa cuan masuk kas Muhmmadiyah.
Itu baru dua item turunan bisnis dari AUM Muhammadiyah. Bukankah masih ada aspek bisnis lain misalnya masalah pengelolaan limbah (khususnya limbah rumah sakit/klinik), beras, air (yang Mas Kris sebut problem ke depan), sandang, pangan, dan papan serta kekayaan laut yang belum lagi dipikirkan apalagi disentuh. Bgaimana pula dengan ekonomi kreatif dalam bidang parawisata dan wisata ruhani.
Pernah Ketua PWM. Banten Bapak Dr. Kyai Haji M. Syamsuddin dalam sebuah kesempatan Safari Ramadhan tahun 1443 H di PDM Tangsel bahwa dengan nada satire beliau mengingatkan anggota dan pengurus Muhammadiyah/PWA/NA mengapa uang Muhammadiyah kalian diberikan kepada orang lain.
Demikinalah, jika semua ini sudah dikelola secara profesional Muhammadiyah sendiri, kami pikir dan insya Allah tidak ada lagi tangis Guru yang honornya “sangat tidak manusiawi” di lembaga pendidikan Muhammadiyah.
Cukuplah pelajaran dari “Laskar Pelangi” sekolah yang doyong mau roboh karena persoalan ekonomi dan finanancial. Kasus ini terjadi di Belitong tahun 1970-an. Tentulah diharapkan tahun 2023 ke depan merupakan momentum kebangkitan jiwa entreprenuer di lingkungan Muhmmadiyah sesuai keputusan Muktamar Makasar tahun 2015 bahwa Pilar Ketiga Muhammadiyah adalah kebangkitan ekonomi dan financial.
Dalam konteks ini Pemilik Hak Paten Cakram Laba-Laba ini siap membantu baik sebagai konsultan dan partisipan untuk Pengembangan usaha-usaha bisnis yang bersifat produktif.
Dalam kesempatan yang sama beliau juga membenarkan adanya sistem tukar guling terhadap tanah yang sudah diwakafkan dalam konteks lebih produktif sejauh tidak menghilangkan substansi niat pewakif mewakafkan tanahnya dengan merujuk pengelaman Aa Gym.
Pada akhir pertemuan beliau sekali lagi mengingatkan sangat penting mendorong generasi muda Islam khususnya Muhammadiyah untuk berfikir cerdas dan kreatif.
Pertemuan pertama ini insyaAllah akan dilanjutkan dengan pertemuan selanjutnya dengan lebih kongrit sebagai pengembangan lebih jauh point-point topik pembicaraan di atas dengan sudah membawa sebuah hasil studi kelayakan yang bisa dijadikan titik bergerak. Beliau menyebutkan sebagai contoh masalah pengembangan Sumber Mata Air di Banten. Berfikir besar, mulai dari yang kecil dan jangan tunggu-tunggu.
Folosof Muslim Muhammad Iqbal (w. 1938) mengatakan bahwa anda lambat maka anda tergilas, dan anda tidak berfikir maka anda mati sebelum mati.
Fathun min Allah wa fathun qarib wa basysyirin al-Mu’minin.
Saidun Derani, Dosen Pascasarjana UM-Surby dan pemerhati sosial keagamaan dan ekonomi