Ajaran Islam Berkemajuan

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
1951
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Ajaran Islam Berkemajuan

Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si.

Islam mengajarkan kemajuan kepada umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Banyak sekali kandungan ajaran Islam tentang kemajuan dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam berbagai pesan penting. Karenanya dapat dikatakan Islam adalah agama yang berkemajuan (Din al-Hadlarah, Din al-Taqaddum, The Religion of Progress).  Kemajuan menurut dan yang terkandung dalam ajaran Islam bukan semata-mata fisik dan inderawi yang bersifat parsial, tetapi terkait dengan semua aspek kehidupan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Muhammadiyah memiliki pandangan yang kokoh dalam merumuskan pemikiran “Islam Berkemajuan” maupun “Risalah Islam Berkemajuan”. Islam Berkemajuan dalam Muhammadiyah merupakan suatu “pandangan keislaman” atau “pandangan keagamaan”, bukan mazhab khusus dari Islam. Istilah “berkemajuan” yang dilekatkan dengan Islam merupakan penisbahan sekaligus sifat dari Islam, sehingga bukan penyempitan atau reduksi dari Islam.

Dalam Pernyataan Pikiran Muhammadiyah Abad Kedua tentang Pandangan Islam Berkemajuan ditegaskan, “Bagi Muhammadiyah Islam merupakan nilai utama sebagai fondasi dan pusat inspirasi yang menyatu dalam seluruh denyut-nadi gerakan. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam sebagai risalah yang dibawa para Nabi hingga Nabi akhir zaman Muhammad saw adalah agama Allah yang lengkap dan sempurna. Islam selain mengandung ajaran berupa perintah-perintah dan larangan-larangan tetapi juga petunjuk-petunjuk untuk keselamatan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.”. 

Ajaran Al-Qur’an

Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam mengandung banyak pesan wahyu tentang ajaran kemajuan. Wahyu pertama Al-Qur’an yang menjadi penanda kerasulan Nabi Muhammad dan risalah Islam ialah perintah “Iqra”. Allah berfirman  yang artinya,  “1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. 4. Yang mengajar (manusia) dengan pena. 5. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al-‘Alaq: 1-5).

Risalah iqra mengajarkan kepada setiap muslim untuk membaca tetapi juga berpikir dan mengkaji. Mengkaji ayat-ayat Quran sekaligus ayat-ayat kauniyah atau ayat-ayat semesta. Iqra menurut para mufasir bukan hanya membaca secara verbal dan tekstual tetapi keseluruhan makna yang tercakup arti “iqra” dalam literasi Arab seperti tafakur, tadabbur, tanadhar, tadzakur, serta berbagai aktivitas akal pikiran, keilmuan, dan pembacaan sejarah  secara menyeluruh. Allah memerintahkan untuk “Iqra” bukan sembarang “iqra”, tetapi “Iqra dengan dan atasnama Tuhan”. Iqra yang bersumbu pada Dzat Ilahi dan bersifat profetik. Dari tradisi Iqra yang bercorak transformasional itu lahir pencerahan alam pikiran, keilmuan, dan peradaban Islam yang berkemajuan. Dalam perspektif Manhaj Tarjih iqra memiliki makna pada pemahaman keislaman dan semesta kehidupan secara bayani, burhani, dan irfani yang bersifat interkoneksi.

Ayat lain dalam Al-Qur’an yang mengajarkan nilai kemajuan ialah perintah untuk  berilmu. Kata “ilmu” dalam Al-Qur’an disebut cukup banyak yaitu 105 kali, lebih dari itu dalam berbagai ubahan kata (shigat) lainnya total sampai 774 kali, yang menggambarkan betapa Al-Qur’an itu sangat mementingkan ilmu sehingga dapat dikatakan sebagai “Kitab Ilmu”. Belum termasuk perintah tentang “tafakkur”, “tadabur”, “ta’aqul”, “tanadhar”, dan sejenisnya yang menganjurkan manusia berpikir, menggunakan akal pikiran, meneliti, dan mengkaji dalam berbagai makna dan aspek yang luas sebagaimana perintah “iqra”. Manusia adalah satu-satunya makhluk Allah yang diberi “qalbu” dan “akal pikiran” sebagai kekuatan yang menyatu dengan fitrah atau penciptaan dirinya. Perintah  berilmu sering dikaitkan dengan iman, sehingga terintegrasi dalam membentuk keulamaan dan keshalehan.

Allah juga memerintahkan manusia untuk melakukan perubahan (taghyir) dalam kehidupannya sebagaimana dalam Surat Ar Ra’d ayat ke-11. Umat atau bangsa tidak akan berubah nasibnya jika mereka tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri. Kaum beriman memang harus bertawakal, bermunajat, dan senantiasa mendekat kepada Allah tetapi hal yang berkaitan dengan kewajiban usaha atau ikhtiar diserahkan kepada manusia untuk melakukannya. Perubahan merupakan sunatullah dan manusia harus mengikhtiarkannya sesuai dengan fungsi utamanya sebagai khalifah di muka bumi.

Allah dalam Al-Qur’an juga memerintahkan kaum beriman mempersiapkan masa depan dengan seksama sebagai satu paket dengan ketaqwaan tercantum dalam Surat Al-Hasyr ayat 18. Suatu waktu kaum Bani Mudhar dari suku yang tertinggal tiba di Madinah dalam keadaan kurang baik kondisinya. Nabi kemudian memerintahkan para sahabat menyantuni kelompok yang lemah tersebut. Intinya agar kaum muslim harus memperhatikan masa depan di dunia menuju kehidupan di akhirat dengan sebaik-baiknya. 

Berbagai pesan dalam ragam bahasa dan istilah dari ayat-ayat  Al-Qur’an bersebaran yang intinya mengandung ajaran tentang kemajuan dalam berbagai aspek. Allah menjadikan Adam dan anak cucunya yakni manusia  sebagai khalifah di muka bumi atau “khalifat fi al-ardl” (QS Al-Baqarah: 30; Hud: 60). Manusialah satu- satunya makhluk Allah yang diberi tanggungjawab memakmurkan bumi dan alam semesta, serta diingatkan untuk mengolahnya dengan baik dan tidak merusaknya. Khusus kaum muslimun bahkan diperintahkan untuk menjadi golongan terbaik atau  “khayra ummah” (QS Ali Imran: 110), yang mengandung makna harus unggul-berkemajuan!

Ajaran Nabi

Nabi Muhammad banyak memberi pesan penting kepada manusia khususnya umat Islam untuk maju dan menjadi golongan terbaik. Hadis-hadis Nabi banyak sekali yang memerintahkan, menghargai, dan memberikan keutamaan atas nilai-nilai kemajuan khususnya bagi kaum muslimun maupun umat manusia secara keseluruhan. Artinya, ajaran kemajuan selain terkandung dalam Al-Qur’an, juga terdapat dalam hadis-hadis Nabi sebagai sumber kedua dari ajaran Islam.

Nabi Muhammad memberikan pesan agar manusia setiap saat harus terus lebih baik kehidupannya sebagaimana sabdanya yang artinya: “Dari Abdullah Bin Mas’ud: Hari kemarin lebih baik dari hari ini dan hari ini  lebih baik dari hari esok sampai hari kiamat (HR. Tabrani). Selain itu, orang yang berilmu lebih tinggi derajatnya ketimbang ahli ibadah sebagaimana hadis Nabi, yang artinya “Dari Abdurahman Bin Auf: Orang mukmin yang alim kedudukannya 70 derajat lebih tinggi dari mukmin yang ahli ibadah (HR Ibnu Abdil Bar).

Hadis tersebut periwayatannya dipandang lemah, tetapi matan atau isinya sejalan dengan Al-Qur’an  tentang derajat orang beriman dan berilmu yang dinilai tinggi di hadapan Allah, sebagaimana firman-Nya yang artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Mujadilah: 11).

Menjadi muslim menurut Nabi haruslah lebih  lebih kuat serta jangan menjadi muslim yang lemah, serta hidup harus bersungguh-sungguh dan menjalani kehidupan dengan nilai positif sebagaimana sabdanya yang artinya, “Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, beliau berkata, Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,  “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allâh Azza wa Jalla daripada Mukmin yang lemah; dan pada keduanya ada kebaikan. Bersungguh-sungguhlah untuk mendapatkan apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allâh (dalam segala urusanmu) serta janganlah sekali-kali engkau merasa lemah. Apabila engkau tertimpa musibah, janganlah engkau berkata, seandainya aku berbuat demikian, tentu tidak akan begini dan begitu, tetapi katakanlah, Ini telah ditakdirkan Allâh, dan Allâh berbuat apa saja yang Dia kehendaki, karena ucapan seandainya akan membuka (pintu) perbuatan syaitan.” (HR Muslim).

Nabi juga mengajarkan manusia niscaya bersama orang lain untuk meraih kemanfaatan hidup sebagaimana haditsnya yang artinya: “Dua orang itu lebih baik dari satu orang, tiga orang itu lebih baik dari dua orang, empat orang lebih baik tiga orang, wajib kalian berada di atas jamaah. Karena sesungguhnya Allah subhanahu Wa ta'ala tidak akan menyatukan umatku melainkan di atas petunjuk-Nya” (HR Ahmad). Dalam hadis lain yang muktabar dipesankan Nabi, yang artinya, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad).

Nabi Muhammad bersama kaum muslimin selain memberikan pesan lisan dan tulisan tentang pentingnya kemajuan dalam berbagai aspek bagi setiap muslim maupun manusia pada umumnya, baginda Rasulullah bahkan menjadi “role model” atau uswah hasanah dalam mewujudkan kemajuan hidup sepanjang ajaran Islam. Dari risalah Nabi bersama kaum muslimun yang menjadi pengikutnya itu bangsa dan sistem Arab jahililiyah berubah secara transformatif dalam tempo 23 tahun menjadi peradaban maju yang cerah dan mencerahkan: Al-Madinah Al-Munawwarah! 

Sumber: Majalah SM Edisi 9 Tahun 2023


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Editorial

SEJARAH KEMAJUAN ISLAM  Oleh: Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Nabi Muhammad bersama kaum musli....

Suara Muhammadiyah

8 August 2024

Editorial

109 TAHUN UJUNG TOMBAK LITERASI BERKEMAJUAN Demokrasi memerlukan rakyat yang pandai. Negara demokra....

Suara Muhammadiyah

9 September 2024

Editorial

Buya Hamka: Nasionalisme dan Sedikit Cerita, Wawancara Abdul Hadi Hamka (Cucu Buya Hamka, Penul....

Suara Muhammadiyah

16 April 2024

Editorial

Ormas dan Tambang Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2024 tent....

Suara Muhammadiyah

14 June 2024

Editorial

Keadilan Sosial sebagai Masalah Kemanusiaan  Oleh Prof Dr H Haedar Nashir, M.Si. Problem kema....

Suara Muhammadiyah

3 October 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah