MAKASSAR, Suara Muhammadiyah - Sekolah Tabligh Zona 2 PDM Pangkep yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PWM Sulawesi Selatan secara daring pada 1 September 2025 menghadirkan Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah, KH Fathurrahman Kamal, Lc, MSI, sebagai narasumber utama. Beliau menyampaikan kajian strategis tentang paradigma dakwah Muhammadiyah dengan tema Strategi Dakwah Muhammadiyah: Implementasi Risalah Islam Berkemajuan di Ranah Tabligh, yang menekankan pentingnya aktualisasi Islam Berkemajuan sebagai ruh peradaban.
Dalam pemaparannya, KH Fathurrahman Kamal menjelaskan bahwa Risalah Islam Berkemajuan pada hakikatnya adalah Islam itu sendiri, yang mengafirmasi karakter fundamental agama sebagai pencerah dan penyelamat manusia dari kegelapan menuju cahaya. "Lawan dari kemajuan adalah keterbelakangan dan kejahiliahan, yang ditandai ketidaktahuan tentang Allah dan jauhnya manusia dari jalan para rasul," tegasnya.
Islam disebut membawa solusi komprehensif atas problem jahiliah dalam politik, hukum, tradisi, dan kebudayaan. Supremasi hukum Allah ditegakkan untuk kemaslahatan, ilmu dan tauhid menjadi paradigma berpikir, akhlak Islami menggantikan budaya jahiliah, sementara kesetaraan manusia ditegakkan di atas fondasi takwa. "Syirik adalah kemunduran, tauhid adalah kemajuan. Jahil adalah kemunduran, ilmu adalah kemajuan," tandas KH Fathurrahman.
Al-Qur’an diposisikan sebagai kitab hidayah universal, sumber ilmu pengetahuan, sekaligus konstitusi umat. Lima surah awal yang diturunkan—Al-‘Alaq, Al-Qalam, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, dan Al-Fatihah—dijelaskan sebagai fondasi kemajuan: dari penguasaan literasi dan ilmu, penguatan spiritual, pembangunan infrastruktur dakwah, hingga peta ideologi Islam. Hal ini membentuk transformasi masyarakat jahiliah menuju masyarakat ilmiah.
Paradigma dakwah Muhammadiyah ditegaskan KH Fathurrahman harus mencerahkan, menggerakkan, menggembirakan, menyatukan, serta berorientasi pada generasi. Dakwah tidak boleh dilakukan dengan cara-cara ekstrem dan kekerasan, melainkan menyejukkan, humanis, dan inklusif. "Islam harus memberikan kegembiraan, bahkan dalam konteks peperangan pun Nabi melarang pembunuhan anak, perempuan, dan perusakan tempat ibadah," jelasnya.
Dalam konteks Indonesia yang majemuk, dakwah Muhammadiyah diarahkan pada tiga ranah penting: dakwah humanis yang peduli pada pendidikan, kesehatan, dan lingkungan; dialog antariman yang membangun saling pengertian; serta dakwah kebangsaan yang memperkuat persatuan dan kedaulatan bangsa. Tantangan kontemporer juga muncul di ruang digital, sehingga diperlukan literasi digital Islami, narasi kreatif, penangkalan ekstremisme digital, serta pemanfaatan big data dan artificial intelligence untuk kepentingan tabligh.
Majelis Tabligh juga terus mengembangkan ekosistem dakwah kolaboratif melalui Tabligh Institute Muhammadiyah dengan jejaring global, pusat dakwah digital, serta pengintegrasian Risalah Islam Berkemajuan dalam kurikulum perkaderan dan amal usaha. "Risalah Islam Berkemajuan adalah basis ideologis dakwah Muhammadiyah, yang menegakkan tauhid, kemanusiaan universal, kemajuan peradaban, dan al-wasaṭiyyah," pungkas KH Fathurrahman Kamal.
Kegiatan Sekolah Tabligh Zona 2 PDM Pangkep ini diikuti oleh 100 peserta, yang diharapkan dapat menjadi penggerak dakwah Muhammadiyah di ranah lokal maupun nasional. (Indra/Nurvi)