Alkitab Berbahasa Arab: Sebuah Perspektif Historis

Publish

27 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
172
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Alkitab Berbahasa Arab: Sebuah Perspektif Historis

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Al-Qur'an seringkali menyinggung kisah dan tokoh yang terdapat dalam Alkitab, dengan asumsi pembacanya telah familiar dengan tradisi tersebut. Namun, terdapat perbedaan antara kisah Alkitab dan Al-Qur'an. Sidney Griffith dalam bukunya The Bible in Arabic (2013) membahas pertanyaan-pertanyaan seputar hal ini, seperti asal-usul kisah dalam Al-Qur'an, keberadaan Alkitab berbahasa Arab, dan akses Nabi Muhammad SAW terhadapnya.

Griffith menjelaskan bahwa terjemahan lisan Alkitab ke bahasa Arab telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW, bahkan sebelumnya. Namun, terjemahan tertulis baru muncul di akhir abad ke-7 atau awal abad ke-8 Masehi, setelah wafatnya Nabi.

Alkitab awalnya tertulis dalam bahasa Ibrani (Perjanjian Lama) dan Yunani (Perjanjian Baru). Di Jazirah Arab, umat Kristen yang berasal dari berbagai kelompok, seperti Melkit, Yakub, dan Nestorian, menggunakan bahasa Suryani dan Aram dalam ibadah mereka. Mereka juga menguasai bahasa Arab, sehingga terjemahan lisan dilakukan saat liturgi bagi mereka yang tidak mengerti bahasa Suryani atau Aram. Liturgi ini tidak selalu membaca Alkitab secara langsung, tetapi juga mencakup tafsir dan materi liturgi lainnya.

Salah satu alasan utama penerjemahan Alkitab ke bahasa Arab adalah karena Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa Arab. Pada akhir abad ke-7 Masehi, Al-Qur'an telah menjadi teks tertulis yang lengkap dan menjadi buku pertama dalam bahasa Arab. Hal ini mendorong umat Kristen dan Yahudi untuk menerjemahkan kitab suci mereka agar dapat dipahami oleh masyarakat Arab.

Meskipun menerjemahkan Alkitab merupakan tradisi Kristen, namun menurut Griffith, Alkitab baru diterjemahkan ke bahasa Arab setelah munculnya Islam. Ia menolak pendapat sejumlah peneliti yang menyatakan bahwa Alkitab berbahasa Arab telah ada sebelum Islam. Selain itu, penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kekaisaran Islam pada awal abad ke-8 semakin memperkuat kebutuhan akan Alkitab berbahasa Arab untuk keperluan ibadah dan dakwah umat Kristen dan Yahudi.

Bagi umat Islam, fakta bahwa Nabi Muhammad SAW tidak memiliki akses terhadap Alkitab terjemahan semakin memperkuat keyakinan bahwa Al-Qur'an adalah wahyu dari Allah SWT. Al-Qur'an diwahyukan melalui malaikat Jibril dan disampaikan oleh Nabi kepada umatnya.

Griffith menentang pandangan yang menganggap Al-Qur'an sebagai sekadar pengulangan atau tiruan dari Alkitab. Ia berpendapat bahwa Al-Qur'an memiliki peran yang lebih aktif, yaitu memberikan interpretasi independen terhadap berbagai peristiwa dan kisah para nabi yang terdapat dalam Alkitab. Al-Qur'an tidak hanya menerima begitu saja interpretasi yang berkembang di kalangan umat Kristen pada masa itu, tetapi juga mengoreksi dan menawarkan pandangan alternatifnya sendiri tentang makna dan pesan moral yang terkandung dalam kisah-kisah tersebut.

Perbedaan interpretasi antara Al-Qur'an dan Alkitab terhadap kisah dan tokoh-tokoh kunci dalam tradisi agama Abrahamik seringkali menimbulkan kesalahpahaman dan penolakan dari umat Kristen dan Yahudi. Mereka cenderung menganggap Al-Qur'an tidak relevan, bahkan keliru dalam memahami dan menafsirkan kisah-kisah tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan perspektif dan keyakinan teologis yang mendasari kedua kitab suci tersebut.

Griffith mengajak kita untuk melihat Al-Qur'an sebagai sebuah teks yang hidup dan dinamis, yang mampu berdialog dengan teks-teks suci lainnya, termasuk Alkitab. Al-Qur'an tidak hanya mengulang atau meniru, tetapi juga menawarkan perspektif baru dan memperkaya khazanah pemahaman kita terhadap kisah-kisah dan ajaran-ajaran yang telah ada sebelumnya.

Griffith memaparkan bahwa kesalahpahaman terhadap Al-Qur'an muncul akibat kecenderungan para akademisi non-Muslim untuk menafsirkan kitab suci umat Islam tersebut secara harfiah. Mereka mengabaikan aspek retorika yang terkandung di dalamnya, sehingga interpretasi yang dihasilkan menjadi kurang tepat. Para akademisi tersebut berasumsi bahwa Al-Qur'an bertujuan untuk menggambarkan keyakinan-keyakinan yang dianut oleh kelompok Kristen yang hidup di Arab pada masa pewahyuan Al-Qur'an. Padahal, Al-Qur'an memiliki gaya bahasa dan tujuan penyampaian yang unik dan kompleks, yang tidak dapat dipahami hanya dengan pendekatan harfiah semata.

Berbeda dengan asumsi umum, Griffith berpendapat bahwa Al-Qur'an tidak sekadar menggambarkan keyakinan Kristen Arab pada masa itu, melainkan justru mengajukan kritik dan koreksi terhadap keyakinan-keyakinan tersebut. Salah satu contoh yang dikemukakan Griffith adalah anggapan bahwa Al-Qur'an menempatkan Maria, ibu Yesus, sebagai bagian dari Tritunggal. Griffith menegaskan bahwa Al-Qur'an tidak pernah menyatakan hal demikian. Sebaliknya, Al-Qur'an justru mengkritik doktrin Tritunggal dalam Kristen yang dianggap memiliki implikasi terhadap pemahaman mengenai keilahian Maria. Al-Qur'an menolak konsep tersebut dan memberikan pandangan alternatif mengenai Maria dan kedudukannya dalam agama Kristen.

Griffith menunjukkan bahwa perdebatan tentang penyebutan Maria sebagai "Bunda Allah" (Theotokos) telah lama berlangsung di kalangan umat Kristen sendiri. Al-Qur'an sebenarnya merujuk pada perdebatan ini dan mengkritik implikasi dari doktrin tersebut. Dengan demikian, Al-Qur'an tidak hanya mengutip Alkitab, tetapi juga aktif berdialog dan mengkritisi isi Alkitab berdasarkan sudut pandangnya sendiri.

Sekilas, judul buku The Bible in Arabic ini memberikan kesan bahwa buku ini berisi Alkitab terjemahan bahasa Arab. Namun, ternyata buku ini bukanlah Alkitab itu sendiri, melainkan menjelaskan sejarah Alkitab yang ditulis dalam bahasa Arab. Bagi yang ingin membaca Alkitab terjemahan bahasa Arab, ada beberapa cara yang bisa ditempuh. Anda bisa mencari versi daring yang tersedia gratis di berbagai situs web, membeli salinan cetaknya, atau meminjam dari teman yang beragama Kristen.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Pendidikan dan Kemerdekaan dalam Perspektif Islam  Oleh: Bayu Dwi Cahyono, M.Pd.  Pendid....

Suara Muhammadiyah

16 August 2024

Wawasan

Against Zionist Narrative, Preventing The Next “Nakba” Mansurni Abadi  At dawn on....

Suara Muhammadiyah

16 October 2023

Wawasan

Menggiring Jamaah Berbondong ke Masjid dengan Memperbaiki Manajemennya Oleh: Amidi, Dosen FEB Unive....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

 Meninggalkan Kebaikan Wujud Cinta pada Persyarikatan Oleh: Amalia Irfani Jika menelusuri sa....

Suara Muhammadiyah

6 September 2023

Wawasan

Setiap Anak Punya Kelebihan Masing-masing dan Menjadi Sang Juara Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat P....

Suara Muhammadiyah

26 June 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah