Anak Saleh (9)

Publish

19 September 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
204
Dok. Istimewa

Dok. Istimewa

Oleh: Mohammad Fakhrudin

Di dalam “Anak Saleh” (AS) 8 telah diuraikan keteladanan dalam akidah. Berkenaan dengan itu, disajikan kutipan dari pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah dalam akidah butir (1). Pada dasarnya setiap muslim mukmin wajib memiliki prinsip hidup dan kesadaran Imani berupa tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukan. 

Hal yang perlu diberi penekanan kembali adalah peranan sentral akidah dalam segala aspek kehidupan muslim mukmin. Telah dikemukakan contoh kesenjangan antara perintah dan pelaksanaan ziarah kubur.  Rasulullah shallallahu a’laihi wa sallam memerintah muslim mukmin berziarah kubur agar mendoakan almarhum dan/atau almarhumah dan agar dapat mengingat mati, tetapi dalam pelaksanaannya ada di antara muslim mukmin yang justru mohon restu, apalagi ketika berziarah kubur orang-orang yang dianggap saleh.

Ada contoh lain yang berkenaan dengan ziarah kubur yang perlu pula kita renungkan sebagai bahan pembelajaran.

Bu Mimin (sebut saja begitu) dengan penuh rasa percaya diri bercerita kepada kami dan tetangganya bahwa dia telah pergi ke makam suaminya untuk menemani anaknya yang akan tes tentara. Di makam suaminya dia berbicara,

Pak, aku teka karo anakmu. Rewangi lan restoni anakmu, ya, ben klakon dadi tentara."

("Pak, aku datang bersama anakmu. Bantu dan restui anakmu, ya,  agar lulus tes tentara.”)

Ternyata anaknya gagal. Jika berhasil, tentu Bu Mimin makin yakin bahwa keberhasilannya itu diperoleh atas bantuan dan restu almarhum suaminya. Na'uzubillah!

Bu Mimin memang belum termasuk muslim mukmin yang rajin shalat apalagi shalat berjamaah di masjid atau musala. Di samping itu, dia sangat jarang juga mengaji. Buktinya dia sering nyinyir terhadap tetangganya yang rajin shalat, baik di rumah maupun shalat berjamaah di musala dan sering mengaji, tetapi dari segi ekonomi, kehidupannya biasa-biasa saja. Tambahan lagi, tetangganya itu mempunyai anak yang penuh tato di tubuhnya dan sering mabuk.   

Untuk mengingat kembali butir (1) secara utuh, berikut ini disajikan butir tersebut.

“Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani, berupa tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad ar-Rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.”

Dari butir (1) itu dapat kita ketahui bahwa dari tiap warga Muhammadiyah, bahkan, sesungguhnya juga setiap muslim mukmin, yang memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani, berupa tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukan, terpancar sebagai ibad ar-Rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.

ibad ar-Rahman

Di dalam AS (8) telah diuraikan keteladanan dalam akidah dengan merujuk kepada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur'an surat al-Ikhlas (112).

"Anak Saleh" (9) ini berisi uraian lanjutan tentang bekal dalam akidah dengan merujuk kepada surat Al-Furqan (25): 63-77 sebagaimana disebutkan di dalam Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (hlm. 13).

وَعِبَا دُ الرَّحْمٰنِ الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَ رْضِ هَوْنًا وَّاِذَا خَا طَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَا لُوْا سَلٰمًا

"Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam," (Ayat: 63)

وَا لَّذِيْنَ يَبِيْتُوْنَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَّقِيَا مًا

"Dan orang-orang yang menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri." (Ayat: 64)

وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اصْرِفْ عَنَّا عَذَا بَ جَهَـنَّمَ ۖ اِنَّ عَذَا بَهَا كَا نَ غَرَا مًا 

"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, jauhkanlah azab Jahanam dari kami karena sesungguhnya azabnya itu membuat kebinasaan yang kekal," (Ayat: 65)

اِنَّهَا سَآءَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَا مًا

"Sungguh, Jahanam itu seburuk-buruk tempat menetap dan tempat kediaman." (Ayat: 66)

وَا لَّذِيْنَ اِذَاۤ اَنْفَقُوْا لَمْ يُرِفُوْا وَلَمْ يَقْتُرُوْا وَكَا نَ بَيْن

"Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar," (Ayat: 67)

وَا لَّذِيْنَ لَا يَدْعُوْنَ مَعَ اللّٰهِ اِلٰهًا اٰخَرَ وَلَا يَقْتُلُوْنَ النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِا لْحَـقِّ وَلَا يَزْنُوْنَ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ يَلْقَ اَثَا مًا

"Dan orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sembahan lain dan tidak membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina; dan barang siapa melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat hukuman yang berat," (Ayat: 68)

يُضٰعَفْ لَهُ الْعَذَا بُ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَيَخْلُدْ فِيْهٖ مُهَا نًا

"(Yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari Kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina," (Ayat: 69)

اِلَّا مَنْ تَا بَ وَاٰ مَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًـا فَاُ ولٰٓئِكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا

"Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (Ayat: 70)

وَمَنْ تَا بَ وَعَمِلَ صَا لِحًـا فَاِ نَّهٗ يَتُوْبُ اِلَى اللّٰهِ مَتَا بً

"Dan barang siapa bertobat dan mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya." (Ayat ; 71)

وَا لَّذِيْنَ لَا يَشْهَدُوْنَ الزُّوْرَ ۙ وَ اِذَا مَرُّوْا بِا للَّغْوِ مَرُّوْا كِرَا مًا

"Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya," (Ayat: 72)

وَا لَّذِيْنَ اِذَا ذُكِّرُوْا بِاٰ يٰتِ رَبِّهِمْ لَمْ يَخِرُّوْا عَلَيْهَا صُمًّا وَّعُمْيَا نًا

"Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta." (Ayat: 73)

وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَا جِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّا جْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا

"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (Ayat: 74)

اُولٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ الْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوْا وَيُلَقَّوْنَ فِيْهَا تَحِيَّةً وَّسَلٰمًا 

"Mereka itu akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi (dalam surga) atas kesabaran mereka, dan di sana mereka akan disambut dengan penghormatan dan salam," (Ayat: 75)

خٰلِدِيْنَ فِيْهَا ۗ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّا وَّمُقَا مًا

"Mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman." (Ayat: 76)

قُلْ مَا يَعْبَـؤُا بِكُمْ رَبِّيْ لَوْلَا دُعَآ ؤُكُمْ ۚ فَقَدْ كَذَّبْتُمْ فَسَوْفَ يَكُوْنُ لِزَا مًا

"Katakanlah (Muhammad) kepada orang-orang musyrik), "Tuhanku tidak akan mengindahkan kamu, kalau tidak karena ibadahmu. (Namun,  bagaimana kamu beribadah kepada-Nya), padahal sungguh, kamu telah mendustakan-Nya? Karena itu, kelak (azab) pasti (menimpamu)." (Ayat: 77)

Berdasarkan surat dan ayat tersebut, jelas sekali bagi muslim mukmin bahwa akidah sangat fundamental bagi seluruh aspek kehidupan. Akidah sangat berpengaruh terhadap ibadah, akhlak, dan muamalah muslim mukmin. 

Muslim mukmin yang memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani, berupa tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukan, sekurang-kurangnya memancarkan akhlak (1) berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, "salam", dan (2) apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta.

Dalam hal beribadah, mereka adalah orang-orang yang (1) menghabiskan waktu malam untuk beribadah kepada Tuhan mereka dengan bersujud dan berdiri; (2) apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar, dan (3) berdoa, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”

Sementara itu, dalam hal bermuamalah duniawi, mereka (1) tidak membunuh orang yang diharamkan Allah, kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, dan (2) tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya.

Jadi, dari muslim mukmin yang benar akidahnya, terpancar akhlak mulia, ibadah benar, dan muamalah duniawi baik. Allahu a’lam


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Oleh: Ayu Nadya, Mahasiswa S1 Akuntansi Tahun 2021 ITB Ahmad Dahlan Program KKN Plus Institut Tekno....

Suara Muhammadiyah

6 September 2024

Wawasan

Oleh: Tri Aji Purbani, A.Md, BI Majelis Ekonomi Bisnis, Pariwisata dan Pengembangan UMKM Pimpinan D....

Suara Muhammadiyah

20 January 2024

Wawasan

Meninjau Ulang Syarat Mencari Ilmu Menurut Imam Syafii Oleh: Al-Faiz MR Tarman, Dosen Universitas M....

Suara Muhammadiyah

1 April 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Sebagai Muslim, kita tentu meng....

Suara Muhammadiyah

9 February 2024

Wawasan

Fenomena Sekolah Islam Perkotaan Oleh: Dartim Ibnu Rushd, Dosen Prodi Pendidikan Agama Islam-UMS P....

Suara Muhammadiyah

11 January 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah