BA Purna Santri, Persada UAD Kembangkan Dakwah Digital

Publish

13 July 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
299
Foto Istimewa

Foto Istimewa

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Menjelang berakhirnya tahun ajaran 2023/2024, Persada UAD menyelenggarakan Baitul Arqam Purna Santri Persada UAD. Agenda ini berlangsung selama tiga hari, terhitung sejak hari Rabu, 4 Muharram 1446 H (bertepatan dengan tanggal 10 Juli 2024 M) hingga berakhir pada hari Jum’at, 6 Muharram 1446 H (12 Juli 2024 M yang bertempat di Gedung Amphiteather Lt. 7 Fakultas Kedokteran. Pada agenda Baitul Arqam ini keseluruhan pemateri dari pimpinan Universitas Ahmad Dahlan (UAD), yaitu mulai dari rektor hingga seluruh wakil rektor.

Baitul Arqam ini dibuka pada hari Rabu, 4 Muharram1446 H/10 Juli 2024 M oleh Mudir Pesantren Mahasiswa KH. Ahmad Dahlan (Persada) UAD, al-Ustadz H. Thonthowi, S.Ag.,M.Hum. dan dilanjutkan dengan penyampaian materi pertama oleh Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD), Prof. Dr. H. Muchlas, M.T., dengan tema “Dakwah Digital”.

Pada awal penyampaian materi, beliau menyampaikan bahwa alumni Persada itu harus menjadi insan kamil, pribadi yang utuh, yang akidahnya kuat, ibadahnya intensif, hubungan muamalah nya cair (baik), inklusif, networking-nya luas, berakhlak karimah, serta memiliki wawasan yang luas, terutama di era digital seperti saat ini.

Sebanyak 28% masyarakat Indonesia itu dihuni oleh Generasi Z dan 26 % adalah generasi millenial. Gen Z sendiri adalah generasi yang lahir di lingkungan yang telah tersedia teknologi. Dalam berbagai kajian saintifik, Gen Z ini dikenal dengan digital native, atau generasi yang lahir pada masa merebaknya teknologi terbarukan. Salah satu ciri Gen Z ini adalah senantiasa terikat dengan media sosial, sehingga mayoritas Gen Z pasti memiliki akun media sosial dan aktif mempublikasikan konten keseharian.

Prof. Muchlas melanjutkan bahwa pada masa globalisasi ini, hampir seluruh aspek kehidupan berubah dari konvensional menjadi digital. Mulai dari memesan makanan, memesan taxi, membeli pakaian, membaca majalah atau koran hingga pada aspek religius dan pendidikan, seperti pengajian dan proses KBM (Kegiatan Belajar-Mengajar). Perubahan-perubahan tersebut mengindikasikan bahwa kita saat ini telah mengalami era digital disruption, yaitu era yang menggambarkan bagaimana teknologi digital itu mempengaruhi seluruh aspek kehidupan yang berimplikasi pada rusaknya habit atau kebiasaan hidup seseorang.

Untuk mengatasi dan menghadapi era digital disruption tersebut, menurut Prof. Muchlas, yang dapat dilakukan adalah dengan digital transformation, yaitu perubahan budaya dan operasionalisasi dari suatu organisasi, industri, atau ekosistem melalui integrasi cerdas dari teknologi digital, proses dan kompetensi di semua tingkatan dan fungsi secara bertahap dan strategis.

Terdapat lima level dalam transformasi digital, yaitu digital resister (memilki suatu teknologi berdasarkan ikut-ikutan saja), digital explorer (mengindentifikasi kebutuhan, tidak serta-merta ingin beli atau memiliki), digital player, digital transformer (teknologi yang dapat bermanfaat bagi orang lain) dan digital disruptor (mampu menggunakan teknologi untuk mempengaruhi orang lain, seperti influencer). Dari kelima level tersebut, tentu peran paling utama yang dapat dilakukan adalah menjadi digital disrupter, di mana seseorang secara agresif dapat mendayagunakan teknologi digital untuk menguasai audience.

Dalam bidang dakwah, pengaruh disrupsi digital ini di satu sisi tentu terdapat tantangan dakwah yang semakin berat, namun di sisi yang lain terdapat peluang-peluang yang dapat dimanfaatkan.

Sementara itu, menurut beliau terdapat beberapa tantangan yang cukup berat yang berasal dari disrupsi digital ini, yaitu kualitas literasi digital yang belum mumpuni. Memang banyak khalayak yang memiliki teknologi digital, mampu mengoperasikannya, namun tidak semua orang mampu untuk menguasai literasi digital ini, sehingga hal ini menjadi urgen untuk dikuasai untuk dapat menjawab era disrupsi digital ini. 

Selain literasi digital, hal lain yang tidak kalah penting adalah adanya digital culture, yaitu seseorang dituntut untuk dapat memiliki kebiasaan digital. Dan yang terakhir adalah digital moral. Artinya seseorang tidak hanya dituntut terampil dan memiliki habit atau budaya digital, tetapi juga memiliki etika digital yang baik. Hal ini dapat diketahui melalui salah satu literatur yang diterbitkan oleh Muhammadiyah yang terkait dengan etika dalam bermedia sosial, yaitu Fikih Informasi.

Prof. Muchlas juga mengingatkan adanya tantangan lain yang mengancam, yaitu adanya era post truth, munculnya Artificial Intelligence dan hoaks.

Era the death of expertise atau matinya kepakaran, yaitu era yang muncul sebagai jawaban atas munculnya era post truth, yaitu era di mana kebenaran itu tidak didasarkan pada fakta ilmiah, melainkan berdasarkan tren yang sedang muncul dan banyak dikagumi oleh khalayak ramai. Sehingga dapat dikatakan bahwa otoritas ilmu pengetahuan yang seharusnya dimiliki oleh para ilmuwan dan ulama, digantikan oleh sosial media dan AI (Artificial Intelligence). Dan yang paling berbahaya dari era post-truh ini adalah ketika menyentuh segmen dakwah, yaitu kebenaran yang didasarkan pada tren sosial media. Oleh karena itu, ketika tiga tantangan ini muncul, maka daya rusaknya akan sangat tinggi dan sangat mengancam segmen dakwah.

Terakhir, Prof. Muchlas mengatakan, “Maka Pak Thonthowi, nanti kita bisa bekerja sama antara Majelis Pustaka dan Informasi dengan Majelis Tarjih dan Tajdid untuk mengembangkan Chat HPT. Hari ini kan sudah ada Chat GPT, maka Muhammadiyah punya Chat HPT.”

Pemateri selanjutnya bapak Dr. Nur Kholis, M. Ag selaku Wakil Rektor Bidang Al-Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Ahmad Dahlan. Dirinya menyampaikan materi tentangMahasantri Kader Tauladan Persyarikatan. 

Acara dimulai pukul 19.30 WIB dengan pembukaan oleh Moderator yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan doa untuk memohon kelancaran dan keberkahan acara. Beliau mengawali dengan penyampaian pesan-pesan yang begitu menyentuh nan hangat, tentu ini akan menjadi bekal dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang – lebih-lebih sebagai kader yang menjadi tauladan. Beliau menekankan akan pentingnya peran santri sebagai kader tauladan yang dapat membawa nama baik bagi persyarikatan.

Salah satu santri purna, Devaylo Trisda, menyampaikan pesan dan kesannya selama menempuh pendidikan di PERSADA UAD ini. Ia menyatakan rasa terimakasih dan harapannya untuk dapat mengamalkan ilmu yang sudah banyak didapat di asrama. 

Dalam pembekalannya, beliau bapak Nur Kholis memberikan banyak sekali motivasi serta panduan praktis tentang bagaimana menjadi kader tauladan di masyarakat. Sesi ini diakhiri dengan tanya jawab yang interaktif, memberikan kesempatan bagi para santri untuk bertanya dan berdiskusi.

Acara ditutup dengan doa dan dilanjutkan dengan sesi foto bersama sebagai kenang-kenangan. Dokumentasi acara berupa foto dan video telah disiapkan dan akan dibagikan kepada seluruh hadirin serta dipublikasikan di media sosial resmi PERSADA UAD. Sebagai penutup, beliau berpesan bahwa menjadi kader tidaklah mudah, namun juga bukan berarti hal yang tidak dapat diusahakan, mengingat kita sebagai generasi-generasi emas yang akan ikut andil dalam mensukseskan Agama dan Bangsa. Tidak kalah penting, harapannya adalah sebagai kader tauladan, tentunya harus mampu memberikan manfaat dan inspirasi bagi umat. 

Sementara itu, Wakil Rektor II Bidang Akademik Universitas Ahmad Dahlan, Prof. Sunardi, S.T.,M.T.,Ph.D di memberikan  Motivasi Menjadi Pemenang (Be A Winner), Kamis, 11 Juli 2024. Beliau menyampaikan pesan-pesan berharga yang dapat menjadi bekal bagi seluruh santri untuk menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. 

Diawali dengan perkenalan terlebih dahulu, Prof. Sunardi menyampaikan,"Kuliah itu susah, jangan jadikan beban keuangan menjadikan masalah bertambah". Pernyataan tersebut memiliki makna untuk mendorong santri agar giat dalam mencari beasiswa. Masalah finansial tidak perlu dijadikan sebagai penghalang seseorang dari melanjutkan kuliah sampai lulus. Lalu beliau melanjutkan materi dengan menceritakan kisahnya dalam memburu beasiswa kuliah.

Masa depan yang sukses, tidak bisa diraih dengan bermalas-malasan. Semua itu diperlukan perencanaan yang matang dan kesiapan diri untuk menghadapi masa depan. Terdapat suatu pernyataan bahwa, gagal dalam merencanakan itu berarti merencanakan kegagalan. Maka dari itulah, segala sesuatu perlu untuk direncanakan, terlebih lagi untuk suatu hal yang sangat besar.  

Prof. Sunardi melanjutkan, terdapat beberapa hal yang membedakan antara winners (pemenang) dan losers (pecundang). The winner selalu berpikir bahwa semua yang ia hadapi memang sulit, namun hal itu menjadi mungkin asalkan mau mencoba. Seorang pemenang akan selalu melihat segala sesuatu dari segi keuntungannya, sehingga bisa dijadikan sebagai peluang baginya. Selain itu, seorang pemenang akan selalu melihat berbagai kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, sehingga baginya tidak ada kata "tidak mungkin". Semuanya menjadi mungkin, dengan syarat ia mau terus berusaha dan berjuang. Kemudian seorang pemenang akan selalu berusaha agar keinginannya, cita-citanya, dan impiannya terwujud dengan baik. 

Sebaliknya, seorang pecundang akan mengatakan bahwa segala sesuatu itu mungkin, namun hal itu sangat sulit untuk diperoleh. Seorang pecundang tidak melihat keuntungan, tetapi ia melihat sakitnya atau melihat sesuatu yang tidak mengenakkannya. Ia juga akan selalu melihat dari segi masalah-masalah yang akan terjadi apabila akan melakukan suatu hal. Ia juga akan membiarkan semuanya terjadi tanpa adanya usaha untuk meningkatkan kualitas dan menjadikan segala hal terwujud dengan baik sesuai harapan. 

Tentunya, semua orang ingin menjadi seorang pemenang, bukan pecundang. Namun terdapat pertanyaan, menang dalam tanding ataukah menang dalam lomba? Prof. Sunardi menjelaskan bahwa terdapat perbedaan di antara keduanya. Pertandingan ialah perebutan kemenangan saling berhadapan dengan lawan. Sementara, perlombaan ialah perebutan kemenangan tanpa berhadapan langsung dengan lawan. Sebagai contoh, pernyataan perlombaan menembak dinilai lebih tepat dibandingkan dengan pernyataan pertandingan menembak. Contoh perlombaan lain disebutkan, seorang mahasiswa yang mendapatkan IPK 4, tidak menjadi penghalang mahasiswa lain untuk meraih hal yang sama. Dengan melihat pada penjelasan tersebut, semua orang memiliki kesempatan untuk menjadi pemenang, tinggal memilih ingin menjadi pemenang dalam pertandingan ataukah dalam perlombaan.

Sebagai penutup, Prof. Sunardi berpesan bahwa janji adalah utang, dan utang harus dilunasi. S1 adalah janji, janji harus ditepati, janji adalah utang, utang harus dilunasi. Dengan kata lain, beliau berpesan agar seluruh santri PERSADA UAD yang masih menginjak semester awal di bangku perkuliahan untuk menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Dalam hal ini, studi S1 di Universitas Ahmad Dahlan. "Jika suatu hari nanti Anda merasa kuliah itu kok susah, harus baca banyak, harus nulis banyak dll. Mas/Mbak, sadarlah kuliah itu bukan sedang wisata" tambah beliau seraya mengakhiri materi pada sore hari ini. (Riki/Zirhan)


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Berita

BANDUNG, Suara Muhammadiyah — Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Korps Protokoler Mahasiswa (KPM) U....

Suara Muhammadiyah

27 August 2024

Berita

MEDAN, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Nasyiatul 'Aisyiyah (PWNA) Sumatera Utara menggelar "Se....

Suara Muhammadiyah

29 May 2024

Berita

SIDOARJO, Suara Muhammadiyah - Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah (PW IPM) Jawa Timur seca....

Suara Muhammadiyah

8 October 2024

Berita

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - SMA Muhammadiyah SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta menyelenggaraka....

Suara Muhammadiyah

1 April 2024

Berita

KUDUS, Suara Muhammadiyah – Pimpinan Ranting ‘Aisyiyah Komunitas Rumah Sakit ‘Aisy....

Suara Muhammadiyah

11 September 2023

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah