SURAKARTA, Suara Muhammadiyah - Mengakrabkan para siswa dengan masyarakat desa menjadi salah satu cara SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta mengajarkan karakter kearifan lokal. Melalui program home stay tersebut, 124 siswa kelas 7 menginap di rumah penduduk Desa Pilang, Ketitang, Nogosari, Boyolali selama tiga hari dua malam pada Kamis-Sabtu (2-4/11).
Kepala SMP Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta, Muhdiyatmoko, M.Pd., menyampaikan program unggulan sekolah berupa home stay memang didesain untuk mengajak para siswa belajar di masyarakat. Kegiatan tersebut untuk memperkuat karakter kearifan lokal para siswa seperti kemandirian, rasa syukur, dan gaya hidup sederhana.
“Kegiatan home stay rutin dilakukan setiap tahun dan wajib diiikuti siswa kelas 7. Para siswa kita titipkan di rumah orang tua asuh selama tiga hari dua malam untuk mengikuti kegiatan bersama orang tua tersebut seperti mengolah sawah, mencari pakan ternak, membantu memasak, keberihan di rumah, dan sebagainya,” ungkapnya.
Hari pertama home stay, para siswa melakukan ramah tamah dengan orang tua asuh, mengenal profil keluarga, dan mengenal lingkungan masyarakat sekitar. Selain itu, para siswa mengajar santri dan menggelar ragam perlombaan di TPA Masjid Taqwa. Perlombaan tersebut seperti lomba azan, lomba hafalan surat, mewarnai, lomba tafidz, murrotal, dan mewarnai. Agar melatih percaya diri tampil di depan publik, setiap selesai sholat berjamaah secara bergiliran para siswa melakukan ceramah kultum.
Hari kedua, para siswa diajak untuk belajar ke home industri di Desa Pilang. Terdapat home industri pembuatan tempe dan rambak. Mereka naik kereta kelinci sembari menikmati suasana sejuk persawahan. Pemilik home industri pembuatan tempe, Pak Agus, mengaku senang menerima kedatangan para siswa. Pak Agus mengajak para siswa melihat proses pembuatan tempe. Hal serupa juga disampaikan Bu Yuli, pemilik home industri pembuatan rambak. Ia mengajak para siswa praktik memotong adonan rambak.
“Saya jelaskan kepada anak-anak bagaimana cara membuat rambak dari mempersiapkan tepung terigu, tepung tapioka, bumbu ketumbar, membuat adonan hingga memotong adonan rambak,” ungkap Yuli, pengusaha rambak.
Salah satu siswa peserta home stay, Nadira Evaretta Althaf mengaku senang mengikuti home stay. Ia mengaku baru pertama kali menjadi panitia lomba TPA di masjid. “Saya ikut merasakan antusias lomba dengan senang dan bahagia. Karena baru pertama kali untuk menjadi panitia dan mengajari anak-anak TPA. Adik-adik juga langsung akrab dengan kami,” ceritanya.
Sementara itu, Takmir Masjid At Taqwa, Pilang, Supriyatno, merasa senang dan bahagia karena suasana desa menjadi seperti kampung santri. Biasanya suasana sepi, sekarang mendadak desa menjadi ramai aktivitas anak-anak.
Hari terakhir home stay diisi dengan kegiatan pengajian dan bakti sosial. Pengajian akbar digelar di Masjid Taqwa Pilang dengan pembicara Ustadz Muhammad Muslih S.Ag, M.Ag. Peserta pengajian adalah warga masyarakat desa. Adapun, bakti sosial digelar pada Sabtu pagi. Baksos berupa tebus murah paket sembako seharga sepuluh ribu rupiah. Paket sembako bersisi berisi minyak, beras, gula, teh, mi, dan kecap. Para siswa membantu menyalurkan baksos kepada masyarakat. (Aryanto)