Ber-'Aisyiyah Sepanjang Usia
Dr Amalia Irfani, Dosen IAIN Pontianak, LPPA PWA Kalbar
Berkesempatan untuk kedua kali setelah ditahun sebelumnya sebagai peserta dan sekarang panitia kegiatan dalam rangka memeriahkan puncak Milad 'Aisyiyah ke 107 PWA Kalimantan Barat, membuat penulis takjub dan semakin mencintai gerakan perempuan berkemajuan asal Indonesia yang semakin mendunia, bahkan dijadikan rujukan oleh organisasi perempuan lain. Bangga, salut adalah dua kata untuk melukiskan bagaimana kerjasama ikhlash yang dilakukan oleh para perempuan berkerudung kuning berbaju batik hijau berlogo matahari bertuliskan 'Aisyiyah, dengan bawahan kain batik menjadi identitas dan tak goyah karena digitalisasi.
Para perempuan tersebut berjibaku memberikan kemanfaatan kepada masyarakat, walau kadang diterpa angin topan meluruhkan semangat, ada yang tumbang dan kehilangan arah tujuan, namun faktanya pasang surut tersebut tak mampu menghapus semangat para perempuan 'Aisyiyah, untuk terus menebar kebaikan dan memberi kemanfaatan kepada umat dan bangsa.
'Aisyiyah Gerakan Perubahan
Puncak milad yang diadakan di aula Polita Pontianak Kalimantan Barat Sabtu 19 Mei 2024 dengan rangkaian kegiatan, seperti pemeriksaan kesehatan gratis, lomba menulis tokoh 'Aisyiyah, gerakan zero waste serta lainnya, hanya gambaran kecil dari semangat dan keikhlasan kumpulan perempuan 'Aisyiyah yang tersebar luas di nusantara. Namun dari aksi demi aksi yang dilakukan membuktikan mainstream berkemajuan pantas tersemat untuk organisasi perempuan 'Aisyiyah.
Dalam pengantarnya pada puncak Milad 'Aisyiyah ke 107, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, yang disimak serentak secara online melalui room zoom dan live streaming YouTube, mengingatkan agar 'Aisyiyah terus menjaga konsistensi perjuangan agar terus dapat berdaya dan memberdayakan. Maka, Ia pun menggarisbawahi tentang pentingnya peran dan tanggungjawab pemimpin. Menurutnya maju mundurnya Muhammadiyah-'Aisyiyah tergantung gerakan berkemajuan pemimpin, yang tidak merasa nyaman dan aman hanya berada di zona zaman.
Apa yang ditekankan oleh pemimpin tertinggi persyarikatan Muhammadiyah tersebut sejatinya pecutan semangat agar usia yang semakin matang tidak membuat pikiran, tenaga, ide dan kreatifitas melemah dan tumpul. Tetapi sebaliknya membuat setiap kader siap tampil dan berani melakukan perubahan kebaikan. Seluruh kader 'Aisyiyah harus berkeyakinan bahwa 'Aisyiyah adalah gerakan perempuan progresif berkemajuan, dibuktikan dengan tindakan nyata dan bermanfaat.
Identitas Tanpa Tergerus Zaman
New media atau era digitalisasi merupakan keniscayaan yang harus dapat dihadapi oleh siapapun, termasuk organisasi perempuan seperti 'Aisyiyah agar tidak tergerus zaman dan tertinggal. Kreatifitas kader 'Aisyiyah dalam mengemas pesan yang disebarluaskan melalui media sosial adalah kesempatan mengedukasi dalam ranah dakwah. Pesan-pesan tersebut juga kembali di share ulang oleh para anggota atau warga persyarikatan di akun media masing-masing. Sosialisasi, promosi, sekaligus edukasi murah namun bermanfaat dan bernilai kebaikan.
Dalam diskusi penulis bersama anggota LPPA PWA Kalbar yang sudah "matang" pengalaman berorganisasi disela-sela kegiatan Milad, menuturkan beberapa hal yang harus bersama dijadikan rujukan agar organisasi dapat bertahan dengan gempuran teknologi perubahan. Salah satunya mempertahankan satu atau dua tradisi tradisional dalam administrasi. Menurutnya update teknologi memang tidak bisa kita dihindari, tetapi menjaga kebiasaan seperti iuran anggota dengan kartu dan dilengkapi foto adalah identitas yang sudah jarang dilakukan karena dianggap "ribet".
Jika dikaji secara mendalam dokumentasi foto yang ditempel pada kartu iuran atau papan struktur bukanlah sesuatu yang kuno atau ketinggian zaman. Tetapi penyemangat dan kenangan untuk penerus yang akan melanjutkan perjuangan. Foto diri hari ini mungkin tidak terlalu dianggap penting, tetapi akan berarti saat generasi mencari jati dari dan belajar untuk mewarisi semangat dari pendahulunya.