Beridul Fitri dengan Prestasi (2)

Publish

28 March 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
110
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Beridul Fitri dengan Prestasi (2)

Oleh: Mohammad Fakhrudin/Warga Muhammadiyah Magelang

 

Idul Fitri merupakan satu kesatuan dengan Ramadan. Puasa Ramadan merupakan ibadah wajib yang dikerjakan oleh muslim mukmin satu bulan sebelum Idul Fitri.  Idul Titri menandai berakhirnya puasa wajib pada bulan Ramadan. Amal saleh yang telah dikerjakan selama Ramadan merupakan modal awal untuk beramal saleh sesudah Ramadan.

Di dalam “Beridul Fitri dengan Prestasi” (1), telah disajikan sari pendapat al-Hasan al-Bashri tentang ciri-ciri muttaqin yang sukes beribadah Ramadan yang dikemukakan oleh M. Quraish Shihab. Ada 20 butir yang disajikan. Sungguh sangat berat, maka pahalanya adalah surga dan bagi muslim mukmin yang sukses menunaikan puasa Ramadan dengan segala rangkaiannya disediakan pintu surga yang disebut ar-Royan. Melalui pintu tersebut mereka masuk dan setelah mereka masuk, pintu itu pun ditutup kembali. Begitu mulianya muslim mukmin yang sukses berpuasa Ramadan dengan segala rangkaiannya.

Diklat pada Bulan Ramadan

Ada berbagai macam pendidikan dan pelatihan (diklat) yang dijalani oleh muslim mukmin yang berpuasa pada bulan Ramadan dengan segala rangkaiannya. Hal ini dapat kita ketahui melalui firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mari kita perhatikan ayat 187 surat al-Baqarah (2) berikut ini. 

أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَىٰ نِسَائِكُمْ ۚ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ ۗ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ ۖ فَالْآنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ ۚ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّىٰ يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ۖ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ ۚ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ ۗ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ

"Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian, sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.”

Dari ayat tersebut kita ketahui bahwa diklat yang dijalani oleh muslim mukmin yang berpuasa Ramadan dengan segala rangkaiannya sangat banyak. Di antaranya adalah: (1) mengendalikan nafsu dalam arti seluas-luasnya, (2) menegakkan kedisiplinan dan menghargai waktu, (3) hidup teratur/tertib, dan (4) sabar dan ikhlas. 

Mengendalikan Nafsu

Pendidikan dan pelatihan yang secara eksplisit disebutkan di dalam ayat 187 tersebut adalah menahan nafsu biologis hubungan suami istri, Dari tafsir M. Quraish Shihab, Kementerian Agama 2019, dan Hamka misalnya, kita ketahui bahwa ayat tersebut berisi dihalalkannya jimak suami istri pada malam hari. Kita ketahui juga bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Mengetahui dan Maha Pengampun. 

Sesungguhnya, tidak hanya nafsu berjimak yang ditahan (atau dikendalikan), tetapi juga nafsu marah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الصِّيَامَ جُنَّةٌ فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا فَلَا يَرْفُثْ وَلَا يَجْهَلْ فَإِنْ امْرُؤٌ شَاتَمَهُ أَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّي صَائِمٌ

“Puasa itu adalah perisai. Oleh karena itu,  jika seorang dari kalian tengah berpuasa, janganlah ia berkata-kata kotor dan berlaku tidak terpuji. Dan jika ada seorang yang mencela atau mengajaknya bertengkar, maka hendaklah ia berkata kepada orang itu, ‘Sesungguhnya, saya tengah berpuasa.” (HR Ahmad)

Berdasarkan hadis tersebut muslim mukmin yang berpuasa dididik dan dilatih menahan atau mengendalikan nafsu marah.

Menegakkan Kedisiplinan dan Menghargai Waktu

Kiranya tidak berlebihan jika pesan ayat 187 surat al-Baqarah (2) dipahami pula bahwa muslim mukmin yang berpuasa dididik dan dilatih agar disiplin dan menghargai waktu. Dikatakan demikian karena di dalam ayat tersebut disebutkan waktu berpuasa, yakni sejak fajar hingga magrib. Hal ini berarti muslim mukmin wajib menggunakan dan menghargai waktu. Jika tidak, berarti ada penyimpangan terhadap ketentuan berpuasa. 

Dalam hubungannya dangan waktu puasa, muslim mukmin tidak akan berbuka meskipun kurang satu menit, bahkan kurang satu detik sekalipun. Muslim mukmin berhenti sahur jika waktu berpuasa sudah dimulai, yakni fajar yang ditandai dengan azan subuh, bukan pengumuman dari masjid atau musala dengan kata, “Imsak! Imsak! Imsak!” Di Indonesia umumnya pengumuman semacam itu merupakan isyarat bahwa waktu subuh (berpuasa) hampir tiba. Biasanya waktu jeda antara pengumuman itu dengan subuh adalah 10 menit. Dengan demikian,  ketika mendengarnya, muslim mukmin masih mempunyai waktu untuk besahur.

Kedisiplinan terhadap waktu sangat penting di dalam segala aspek kehidupan bagi setiap muslim mukmin. Bagi diri sendiri pun kedisiplinan waktu sangat penting. Keterikatan dengan kedisiplinan waktu tetap berlaku meskipun muslim mukmin bekerja di perusahaan sendiri, bahkan, di rumah sendiri juga. Apa yang terjadi jika tidak disiplin waktu? Target tidak tercapai!

Bagi orang tua dan anak, kedisiplinan terhadap waktu sangat penting. Orang tua harus memahami anaknya yang masih kecil dalam hubungannya dengan waktu misalnya waktu makan, minum, tidur (istirahat), bermain, dan mandi. Lebih-lebih lagi, kedisiplinan waktu dalam merawat bayi. 

Bagi anak yang sudah mulai terikat dengan waktu belajar di sekolah, kedisipilinan waktu makin ketat. Bagi mereka, diklat kedisiplinan sangat diperlukan. Anak harus dibiasakan disiplin waktu; mulai bangun hingga bersiap tidur. Jika tidak, dapat diprediksi akibatnya. 

Jika kita bepergian naik kereta api, kapal, atau pesawat sangat terikat dengan waktu. Oleh karena itu, kita berusaha tidak terlambat. Keterlambatan satu dua menit saja dapat menimbulkan efek domino.

Bagi polisi, tentara, pilot, masinis, atau profesi pun kedisiplinan waktu sangat penting. Jika tidak disiplin waktu, bisa terjadi akibat fatal.

Kiranya tidak berlebihan jika pesan ayat tersebut dipahami pula bahwa waktu mulai berpuasa (fajar) dan berakhirnya (magrib) menginspirasi diciptakannya penanda waktu (mialnya jam) yang akurat. Sangat mungkin dengan memamahi ayat tersebut dan ayat-ayat yang lain berkaitan dengan waktu, muslim mukmin terinspirasi menciptakan jam tercanggih di dunia. 

Di dalam ayat tersebut, tidak hanya waktu yang ditentukan, tetapi juga tempat. Suami istri muslim mukmin yang sedang beri’tikaf di masjid tidak dibolehkan berjimak.  

Hidup Tertib/Teratur

Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa waktu mulainya berpuasa adalah subuh, sedangkan waktu berakhirnya adalah magrib. Jadi, muslim mukmin berpuasa pada siang hari. Ketentuan itu tidak dapat dibalik! 

Ketertiban/keteraturan yang demikian jelas sangat diperlukan di dalam kehidupan setiap muslim mukmin, baik di rumah, di kantor, maupun di tempat lain. Di rumah, ada pekerjaan yang harus dilakukan secara tertib urut-urutannya. 

Ibu-ibu ketika memasak dengan resep tertentu melakukannya dengan urutan tertentu. Dokter melaksanakan pekerjaannya dengan urutan tertentu. Tidak mungkin dia menyuntik lebih dahulu baru memeriksa gejala sakit pasiennya. Polisi, tentara, hakim, jaksa atau profesi yang lainnya bekerja secara tertib sesuai dengan standard operating procedure (SOP).   

Sabar dan Ikhlas

Muslim mukmin yang berpuasa dididik dan dilatih agar sabar dan ikhlas. Bagaimana tidak? Makan minum yang dihalalkan pada siang hari ketika tidak berpuasa, diharamkan pada waktu berpuasa. Makan minum baru dihahalkan kembali jika magrib telah tiba. Berjimak suami istri yang dihalalkan siang hari pada waktu tidak berpuasa, diharamkan pada saat berpuasa. Berjimak suami istri dibolehkan pada waktu malam hari.

Semua itu harus dijalani dengan sabar dan ikhlas. Tanpa kesabaran dan keikhlasan, puasa dikerjakan dengan keterpaksaan, maka pasti terasa sangat berat. Namun, dengan kesabaran dan keikhlasan, puasa dijalani dengan perasaan bahagia. Bahkan, menjelang berakhirnya Ramadan, banyak muslim mukmin yang merasa sedih karena kebahagiaan yang dirasakannya selama bulan Ramadan segera berakhir. 

Untuk Kita Renungkan

Apa arti beridul fitri jika hari ini sama dengan kemarin; esok sama dengan hari ini; atau malahan mungkin lebih jelek.

Apa arti beridul fitri manakala nurani dibohongi. 
Nikmat Allah pun dikorupsi sampai tak ingat mati 
atau mengira kematiannya sama dengan kematian hewan; tak perlu pertanggungjawabkan perbuatan kepada Tuhan. 

Apa arti beridul fitri jika kebencian tetap kebencian tak berganti kasih sayang atau kasih sayang berganti kebencian. 
Ketakacuhan tetap ketakacuhan tak berganti kepedulian atau kepedulian berganti ketakacuhan. 
Kebohongan tetap kebohongan tak berganti kejujuran atau kejujuran berganti kebohongan. 
Kesombongan tetap kesombongan tak berganti kerendahhatian 
atau kerendahhatian berganti kesombongan. 
Kekasaran dan kekerasan tetap kekasaran dan kekerasan tak berganti kelemahlembutan 
atau kelemahlembutan berganti kekasaran dan kekerasan. 
Ketumpulan perasaan tetap ketumpulan tak berganti kepekaan 
atau kepekaan berganti ketumpulan. 

Apa arti beridul fitri jika tak ada keramahtamahan. 
Yang ada saling meremehkan. 
Tak ada saling hormat. 
Yang ada saling hujat. 
Tak ada saling sayang. 
Yang ada saling tendang. 
Tak ada saling rangkul. 
Yang ada saling pukul.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Refleksi Sebuah Gerakan Dakwah di Akar Rumput Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon, Pedan,....

Suara Muhammadiyah

24 January 2025

Wawasan

Muhammadiyah dan Politik; Sebuah Ketuntasan Sejarah! Oleh: Adrian Al-Fatih Membicarakan politik di....

Suara Muhammadiyah

23 November 2023

Wawasan

Prestasi dalam Keluhuran Akhlaq Oleh: Yudha Kurniawan, Ketua Pimda 02 Tapak Suci Bantul   Bel....

Suara Muhammadiyah

14 July 2024

Wawasan

Oleh: Drh. H. Baskoro Tri Caroko Bekerja adalah suatu keadaan yang diinginkan oleh semua orang. Kar....

Suara Muhammadiyah

13 November 2023

Wawasan

Oleh: Alvin Qodri Lazuardy, S.Ag, M.Pd Sebagai anak muda, mengikuti perhelatan besar Musyawarah Nas....

Suara Muhammadiyah

26 February 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah