Beridul Fitri dengan Prestasi (3)
Oleh: Mohammad Fakhrudin/Warga Muhammadiyah Magelang
Di dalam “Beridulfitri untuk Menjadi Muslim yang Lebih Baik” (dipublikasi di Suara Muhammadiyah online 8 April 2024) telah diuraikan sepuluh macam diklat yang dijalani oleh muslim mukmin yang beribadah Ramadan. Kesepuluh macam diklat itu adalah (1) mengenalikan nafsu dalam arti seluas-luasnya, (2) menegakkan kejujuran, (3) menegakkan kedisiplinan, (4) meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik pada saat sendirian maupun berkelompok. (5) bersikap mental kasih sayang dan rasa kebersamaan. (6) menghargai waktu, (7) meningkatkan kecerdasan melalui kajian-kajian. (8) hidup teratur/tertib. (9) hidup dengan memperbanyak amal kebajikan, dan (10) mengelola stres dengan bersabar dan shalat. Kiranya sangat mungkin masih ada diklat yang belum diuraikan.
(Baca juga: “Beridulfitri untuk Menjadi Muslim yang Lebih Baik” yang telah dipubliasi Suara Muhammadiyah online 8 April 2024).
Sementara itu, di dalam “Beridulfitri dengan Prestasi” (2) telah diuraikan diklat yng dijalani oleh muslim mukmin yang beribadah Ramadan, yaitu mengendalikan nafsu, disiplin waktu dan tempat, hidup teratur/tertib, sabar, dan ikhlas. Pada dasarnya uraian tersebut merupakan penguatan atas beberapa macam diklat yang telah diuraikan di dalam “Beridulfitri untuk Menjadi Muslim yang Lebih Baik”. Idealnya setelah beribadah Ramadan, setiap muslim mukmin hidup dalam limpahan berkah Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagaimana dijanjikan-Nya. di dalam surat al-A'raf (7): 96
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.
Hidup di Jalur Berkah dalam Akidah
Di dalam bahasa Indonesia berkah berarti karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mendatangkan kebaikan bagi manusia. Hidup di jalur berkah berarti hidup di jalan yang mendatangkan atau menuju berkah.
Setiap muslim mukmin pasti berdoa dan berikhtiar agar hidupnya mendapat keberkahan. Namun, untuk mendapatkannya mereka menempuh jalan yang bermacam-macam. Bahkan, di antara mereka ada yang menempuh jalan yang justru menjadi kendala memperoleh berkah.
Agar warga Muhammadiyah khususnya dan umat Islam umumnya hidup di jalur berkah, Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah menerbitkan buku Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). Buku itu berisi tuntunan kehidupan Islami warga Muhammadiyah, antara lain, dalam kehidupan pribadi, yang terdiri atas (1) dalam akidah, (2) dalam akhlak, (3) dalam Ibadah, dan.(4) dalam muamalah duniawi.
Di dalam kajian ini diuraikan kehidupan Islami warga Muhammadiyah dalam akidah dan dalam akhlak.
Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah dalam Akidah
Ada dua butir tuntunan kehidupan islami warga Muhammadiyah dalam akidah, yaitu:
Pertama, "Setiap warga Muhammadiyah harus memiliki prinsip hidup dan kesadaran imani, berupa tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala yang benar, ikhlas, dan penuh ketundukan sehingga terpancar sebagai ibad ar-Rahman yang menjalani kehidupan dengan benar-benar menjadi mukmin, muslim, muttaqin, dan muhsin yang paripurna.”
(QS al-Ikhlas [112]: 1-4; al-Furqan [26]: 63-77)
Kedua "Setiap warga Muhammadiyah wajib menjadikan iman dan tauhid sebagai sumber seluruh kegiatan hidup, tidak boleh mengingkari keimanan berdasarkan tauhid itu, dan tetap menjauhi serta menolak syirik, takhayul, bid’ah, dan khurafat yang menodai iman dan tauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala."
(QS an-Nisa [4]: 136; al-Ikhlas [112]: 1-4; al-Baqarah [2]: 105, 221; dll.)
(Dikutip dari PHIWM dengan penyesuaian kaidah fonologis dan kaidah morfologis)
Sebagaimana telah diuraikan di dalam “Anak Saleh” (8) bahwa akidah yang benar berpengaruh terhadap mulianya akhlak, benarnya ibadah, dan benarnya muamalah duniawi.
(Baca juga: “Anak Saleh” (8), “Anak Saleh” (9), dan "Anak Saleh" (10).
Setiap muslim mukmin setelah beribadah Ramadan seharusnya berakidah sebagaimana diuraikan dalam butir (1) dan (2) tersebut. Muslim mukmin yang demikianlah yang hidup di jalur berkah.
Hidup di Jalur Berkah dalam Akhlak
Muslim mukmin yang berakhlak mulia mempunyai kedudukan yang sangat tinggi. Dari HR at-Timizi kita ketahui bahwa Rasulullah shallaallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
:إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ القِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا
"Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah mereka yang paling bagus akhlaknya di antara kalian.”
Kehidupan Islami Warga Muhammadiyah dalam Akhlak
Tuntunan kehidupan islami warga Muhammadiyah dalam akhlak dituangkan ke dalam empat butir, yakni:
Pertama, "Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk meneladan perilaku Nabi dalam mempraktikkan akhlak mulia sehingga menjadi uswah hasanah, yang diteladan oleh sesama berupa sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathanah."
Kedua, "Setiap warga Muhammadiyah dalam melakukan amal dan kegiatan hidup harus senantiasa didasarkan kepada niat yang ikhlas dalam wujud amal-amal shalih dan ihsan, serta menjauhkan diri dari perilaku riya, sombong, ishraf, fasad, fahsya, dan kemunkaran.
Ketiga, "Setiap warga Muhammadiyah dituntut untuk menunjukkan akhlak yang mulia (akhlaqul karimah) sehingga disukai/diteladani dan menjauhkan diri dari akhlak yang tercela (akhlaq madzmumah) yang menyebabkan dibenci dan dijauhi sesama."
Keempat, "Setiap warga Muhammadiyah di mana pun bekerja dan menunaikan tugas maupun dalam kehidupan sehari-hari harus benar-benar menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan korupsi dan kolusi serta praktik-praktik buruk lainnya yang merugikan hak-hak publik dan membawa kehancuran dalam kehidupan di dunia ini."
(Dikutip dari PHIWM dengan penyesuaian kaidah fonologis dan kaidah morfologis)
Di dalam butir (1) dijelaskan bahwa setiap warga Muhammadiyah wajib meneladan (mencontoh) akhlak mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Qur’an surat al-Qalam (68): 4
وَاِنَّكَ لَعَلٰى خُلُقٍ عَظِيْم
"Sesungguhnya, engkau benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
Dijelaskan juga di dalam butir (1) bahwa Rusulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan teladan setiap muslim mukmin sebagaimana dinyatakan di dalam surat al-Ahzab (33)· 21
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta yang banyak mengingat Allah.”
Mengenai akhlak mulia Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dijelaskan di dalam hadis tentang kisah Sa’ad bin Hisyam bin Amir ketika datang ke Madinah dan mengunjungi ‘Aisyah radiyallahu ‘anha untuk menanyakan beberapa masalah. Sa’ad bin Hisyam bin Amir berkata,
فَقُلتُ : يَا أُمَّ المُؤمِنِينَ ! أَنبئِينِي عَن خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَت : أَلَستَ تَقرَأُ القُرآنَ ؟ قُلتُ : بَلَى .قَالَت : فَإِنَّ خُلُقَ نَبِيِّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ كَانَ القُرآنَ .قَالَ : فَهَمَمْتُ أَن أَقُومَ وَلَا أَسأَلَ أَحَدًا عَن شَيْءٍ حَتَّى أَمُوتَ ...الخ رواه مسلم
“Aku berkata, ‘Wahai Ummul Mukminin, beritahulah aku tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam!” ‘Aisyah bertanya, ‘Bukankah engkau membaca Al-Qur’an?” Aku menjawab, “Ya.” Ia berkata, “Sesungguhnya, akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah Al-Qur’an.” Kemudian, aku hendak berdiri dan tidak bertanya kepada siapa pun tentang apa pun hingga aku mati....” (HR Muslim).
Muslim mukmin yang hidup di jalur berkah dalam akhlak pada dasarnya berakhlak mulia sebagaimana akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.