Bermuhammadiyah di Akar Rumput: Antara Peluang dan Tantangan
Oleh: Rumini Zulfikar, Penasehat PRM Troketon
"Bahwa pusaka tidak hanya bermakna pada sebuah benda padat saja (keris, tombak), akan tetapi pusaka yang bermakna luas adalah sesuatu yang telah menuntun dan berjasa pada kita untuk menggapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Pada hari Sabtu, malam Ahad tanggal 15 Muharram bertepatan dengan 20 Juli 2024, penulis mendapatkan undangan dari Pimpinan Ranting Muhammadiyah Troketon dalam acara yang bertajuk Sarasehan Muhammadiyah Troketon Bersama Tokoh Muhammadiyah Troketon. Rumini Zulfikar (Gus Zul), sebagai penasehat PRM Troketon, hadir dalam acara yang berlangsung di MIM Troketon dari pukul 20:00 sampai 22:00 WIB. Acara berlangsung sangat sederhana dan penuh kekeluargaan dengan dihadiri 25 peserta.
Pada kesempatan tersebut, setelah sambutan Ketua PRM Troketon, Sabto Widodo, dilanjutkan sesi inti yaitu sarasehan. Penulis didaulat untuk memberikan materi dalam sesi pertama, dan Kyai Jebeng sebagai pemantik menyampaikan materi yang bertajuk "Pentingnya Menjaga Pusaka yang Diwariskan Oleh Pendiri Muhammadiyah."
Oleh karena itulah, kita sebagai pimpinan dan warga persyarikatan yang telah diikat dengan nama Muhammadiyah harus berusaha dengan cara meneladani atau menaqib nilai-nilai yang diwariskannya. Usaha-usaha yang kita lakukan adalah menyatukan satu frekuensi sesama pimpinan dan warga persyarikatan dengan kajian keislaman, kemuhammadiyahan, dan kepribadian Muhammadiyah; membangun akar atau pondasi pengaderan; mengembangkan potensi kemampuan yang dimiliki baik secara individu maupun secara jama'ah dengan mendayagunakan semaksimal mungkin; Memberikan warna dan kontribusi untuk kemajuan di Desa Troketon dengan sinergi kolaborasi untuk mencerahkan, menggembirakan, dan memajukan umat dan masyarakat Troketon.
Troketon tidak lama lagi menuju "Desa Politan," yaitu sebuah tatanan masyarakat yang sudah mempunyai corak perkotaan walaupun tinggal di desa; memanfaatkan teknologi di era digital ini untuk syiar Islam dengan transformasi nilai-nilai ilahiyah ke nilai-nilai sains dan teknologi dengan keadaban; dan membangun serta mengembangkan dakwah komunitas seni budaya yang luas.
Maka dengan ikhtiar atau usaha tersebut, melalui proses yang panjang, suatu saat nanti dari sebuah keberanian (Sura red) akan menjadi umat/masyarakat yang maju dan unggul. Hal ini sesuai dengan perintah Allah dalam Surat An Najm ayat 39-41:
وَاَنۡ لَّيۡسَ لِلۡاِنۡسَانِ اِلَّا مَا سَعٰىۙ
Wa al laisa lil insaani illaa maa sa'aa
Artinya: "dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya."
Ayat 39 menggarisbawahi prinsip bahwa manusia hanya akan memanen hasil yang sejalan dengan usaha keras yang telah mereka lakukan. Ini adalah panggilan kepada individu untuk berusaha dengan tekun dan sungguh-sungguh dalam segala aspek kehidupan mereka, karena hasilnya akan bergantung pada tingkat usaha yang mereka lakukan.
وَاَنَّ سَعۡيَهٗ سَوۡفَ يُرٰى
Wa anna sa'yahuu sawfa yuraa
Artinya: "dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)."
Ayat 40 menegaskan bahwa setiap usaha manusia akan terungkap dan diperlihatkan kepada mereka. Ini mencerminkan keyakinan dalam pengawasan ilahi atas tindakan manusia. Allah Maha Mengetahui semua yang dilakukan oleh individu, dan pada hari pembalasan, semua usaha akan diperhitungkan dengan adil.
ثُمَّ يُجۡزٰٮهُ الۡجَزَآءَ الۡاَوۡفٰىۙ
Tsumma yujzaahul jazaaa 'al awfaa
Artinya: "kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna."
Hikmah dari kandungan Surat An Najm adalah bahwa Persyarikatan Muhammadiyah sebagai sebuah gerakan dakwah amar ma'ruf nahi munkar yang bergerak di bidang pemahaman agama Islam, pendidikan, kesehatan, dan sosial adalah sebuah wadah dan wasilah sebagai jalan dalam menegakkan lii ila kalimatillah, serta sebagai nilai ibadah dan penghambaan kepada Allah. Dengan usaha atau ikhtiar menumbuhkan nilai-nilai tauhid dan amal kebajikan dengan akhlak, dari setiap usaha atau ikhtiar untuk memajukan agama Islam dengan dakwah di semua lini kehidupan dengan nilai-nilai keislaman, kemanusiaan, keumatan, dan kebangsaan demi mencerahkan, menggembirakan, demi kemajuan umat, bangsa, dan negara akan terwujud dengan dinamis. Karena Islam itu dinamis, bukan statis (berjalan di tempat). Maka semua ikhtiar tersebut akan mendapatkan hasil dan dari itu akan ada timbal balik dari Allah SWT.
Semoga Sarasehan Muhammadiyah di malam bulan purnama di Muharram ini menjadi pijakan atau lompatan bergerak dengan dinamis dalam rangka untuk menjadi umat Islam, masyarakat Troketon, dan warga persyarikatan yang mendapatkan kemaslahatan demi kemajuan serta menggembirakan umat, bangsa, dan negara. Aamiin.