Betlehem, Benarkah Tempat Kelahiran Yesus?

Publish

17 January 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
236
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Betlehem, Benarkah Tempat Kelahiran Yesus?

Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Natal adalah waktu untuk merenungkan kelahiran Yesus, tetapi apa yang sebenarnya kita ketahui tentang kelahirannya? Hari ini saya mengulas buku Christmas: The Original Story (2008) karya Margaret Barker. Buku ini mengeksplorasi sifat kisah-kisah Natal dan penggunaan nubuat Perjanjian Lama di dalamnya.

Mari kita mulai dengan apa yang istimewa dari buku ini dibandingkan dengan buku-buku lain yang mungkin pernah Anda ulas. Saya harus mengatakan bahwa penulisnya, Margaret Barker, adalah seorang akademisi yang ulung. Ia adalah seorang pengkhotbah Metodis, tetapi telah dianugerahi gelar Doktor, atau setidaknya satu gelar doktor. Ia telah menulis beberapa buku tebal tentang Teologi Bait Suci dan Yudaisme kuno. Buku khusus ini berjudul Christmas: The Original Story.

Dalam buku ini, ia melihat setiap penyebutan kelahiran Yesus dalam Alkitab, di berbagai tempat, dalam Injil Matius, Lukas, dan dalam beberapa tulisan Paulus, di mana Paulus mengatakan, misalnya, bahwa Yesus dilahirkan dari seorang perempuan. Tetapi ia juga melihat di luar Injil Kristen dan meneliti apa yang sekarang disebut sebagai Injil apokrif, seperti Protoevangelium Yakobus, Injil Masa Kecil Thomas, dan Injil Masa Kecil Arab, serta tulisan-tulisan lain dan Injil yang ditemukan di antara Gulungan Nag Hammadi, misalnya Injil Filipus. Ia mencoba menelusuri kembali pemikiran asli orang Kristen mengenai kelahiran Yesus. 

Tetapi ia tidak berhenti di situ. Yang benar-benar menarik perhatian saya adalah fakta bahwa ia mencurahkan satu bab penuh untuk penggambaran Al-Qur`an tentang narasi kelahiran Yesus. Itu adalah bab enam, dan sebagai lampiran bab itu, ia mengutip dari Al-Qur`an narasi kelahiran sebagaimana diceritakan dalam surah 3, 19, dan kemudian disebutkan secara singkat dalam surah 66.

Sejak awal, saya harus katakan bahwa cukup menarik bagaimana Margaret Barker, berbeda dengan penulis lain, memperlakukan Al-Qur`an dengan sangat hormat. Ia tidak menggambarkan Al-Qur`an sebagai distorsi ajaran Alkitab, melainkan mencoba menunjukkan bahwa Al-Qur`an sebenarnya didasarkan pada beberapa materi awal, terutama dalam beberapa Injil masa kecil. Lebih dari itu, ia mencoba menunjukkan bahwa beberapa narasi Injil masa kecil ini mengandung unsur-unsur yang cukup asli dan kuno. Bahkan, ia menyatakan dalam bukunya bahwa apa yang disebutkan dalam Protoevangelium Yakobus mungkin merupakan kisah asli yang kemudian diringkas dan disajikan kembali oleh Lukas dengan cara yang berbeda.

Ia berpendapat bahwa kisah tentang Yesus yang digambarkan dalam Alkitab saat ini mungkin tidak seakurat yang kita kira. Dalam hal ini, pendapatnya tidaklah unik karena sejarawan saat ini umumnya sepakat bahwa setiap penulis Injil memiliki agenda masing-masing. Mereka ingin menyampaikan gagasan tertentu tentang Yesus dan menggunakan cerita untuk menggambarkan gagasan tersebut. Jadi, ada perbedaan antara teologi dan sejarah. Dalam menulis sejarah, kita hanya perlu menuliskan fakta apa adanya. Sementara dalam teologi, kita berusaha menyampaikan ajaran agama.

Jadi, apakah Injil itu? Injil adalah elaborasi teologis dari sejarah. Jadi, ketika sesuatu diceritakan dalam Injil, itu diceritakan untuk tujuan teologis, bukan untuk tujuan historis. Narasi sejarah hanyalah tambahan dari tujuan utama, yaitu untuk menyampaikan ajaran teologi atau doktrin. Margaret Barker setuju dengan para sejarawan dalam hal ini. Wajar jika ia memandang Al-Qur`an dengan cara yang sama. Al-Qur`an adalah dokumen teologis, dan sejarah bukanlah fokus utama Al-Qur`an, melainkan ajarannya. Namun, pendekatannya berbeda karena meskipun ia seorang Kristen yang taat, ia memberikan bobot yang sama pada narasi Al-Qur`an. Ia bahkan bersedia mengatakan bahwa dalam beberapa kasus, detail dalam Al-Qur`an mungkin merupakan cerminan dari ajaran awal tentang Yesus.

Margaret Barker menunjukkan bahwa Injil apokrif tidak sepenuhnya seperti legenda yang mudah diabaikan. Ia menunjukkan bahwa baik Injil apokrif maupun Injil yang ada dalam Perjanjian Baru. Istilah apokrif bisa memiliki dua arti, atau keduanya sekaligus. Apokrif bisa berarti tersembunyi, yang artinya harus dijauhkan dari bacaan publik. Mungkin seseorang boleh membacanya secara pribadi, tetapi tidak cocok untuk pengajaran gereja. Beginilah bagaimana dewan Gereja kemudian menggambarkan, melabeli, dan melarang buku-buku ini.  

Apokrif juga bisa berarti belum diteliti dengan benar, sehingga materinya tidak dapat diandalkan.  Namun, perbedaan utama antara apokrif dan kanonik adalah bahwa buku-buku yang ada dalam Alkitab disebut kanonik.  Buku-buku ini sesuai dengan kanon, ukuran dari apa yang dianggap sebagai kitab suci Kristen.  Dan buku-buku yang tidak termasuk dalam kanon disebut apokrif.

Margaret Barker menunjukkan bahwa Injil apokrif terus digunakan secara luas. Bahkan, pada Abad Pertengahan, Injil-Injil ini lebih berpengaruh dalam seni dan penceritaan Kristen daripada Injil yang ditemukan dalam Perjanjian Baru.  Dalam hal ini, kita dapat memahami mengapa Al-Qur`an sering mencerminkan beberapa informasi yang ditemukan dalam Injil apokrif. Terkadang, para apologis Kristen meremehkan Al-Qur`an atas dasar itu. Mereka berkata, "Al-Qur`an hanya mengulang apa yang ada dalam Injil apokrif, jadi kami tidak percaya pada Injil-Injil itu, dan kami juga tidak percaya pada Al-Qur`an." Namun, yang ditunjukkan Margaret Barker adalah bahwa Al-Qur`an menyerupai narasi yang sangat umum pada saat Al-Qur`an diwahyukan.

Hal ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Al-Qur`an.  Ketika Al-Qur`an berbicara kepada orang Kristen tentang apa yang mereka yakini, Al-Qur`an punya pilihan:  menyuruh orang Kristen untuk membaca ulang Alkitab dan mengambil cerita dari Alkitab, atau berbicara kepada mereka berdasarkan apa yang sudah mereka pahami. Jelas, cara yang lebih cepat untuk berbicara dengan orang-orang pada saat itu, terutama dalam masyarakat pra-melek huruf yang mengandalkan cerita lisan, adalah dengan menggunakan cerita yang sudah mereka kenal. Al-Qur`an mengambil jalan pintas yang masuk akal pada saat itu, yaitu berbicara kepada mereka tentang kisah-kisah yang sudah mereka ketahui dan menarik perhatian mereka pada kebenaran teologis yang ingin disampaikan Al-Qur`an.

Sebenarnya, kita tidak hanya memiliki dua kisah, tetapi banyak kisah tentang kelahiran Yesus. Ada penggambaran Al-Qur`an, ada juga kisah-kisah dalam Injil apokrif. Namun, jika kita fokus pada dua kisah saja, dalam diskusi sejarah, Injil Lukas dan Matius seringkali dikontraskan sebagai dua kisah yang berbeda.  Keduanya sama-sama menceritakan kelahiran Yesus, tetapi dengan rangkaian peristiwa yang berbeda, bahkan setelah kelahiran Yesus. Para sejarawan telah mencoba menyelaraskan kedua kisah ini, tetapi pada akhirnya...

Umumnya, sejarawan berpendapat bahwa kedua kisah tersebut pada dasarnya tidak dapat disatukan, kecuali untuk beberapa poin kecil. Saya akan berikan gambaran mengapa keduanya sulit untuk disatukan. Keduanya sama-sama menyatakan bahwa Yesus lahir di Betlehem. Tetapi, bagaimana keluarga Yesus sampai di Betlehem? Dalam Injil Matius, sepertinya mereka sudah berada di sana ketika Yesus lahir.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana mereka melarikan diri dari Betlehem? Karena Herodes ingin membunuh semua bayi laki-laki. Jadi, mereka melarikan diri ke Mesir, dan kemudian kembali dari Mesir. Tetapi ketika mereka kembali setelah kematian Herodes, mereka mengetahui bahwa pengganti Herodes lebih berbahaya daripada Herodes. Maka, mereka pindah ke Nazaret, dan akhirnya menetap di sana setelah melarikan diri dari Herodes.  Namun dalam Injil Lukas, diceritakan bahwa mereka berangkat dari Nazaret, tempat tinggal keluarga Yesus. Mereka pergi untuk mendaftar dalam sensus yang diperintahkan oleh salah satu penguasa Romawi.

Dalam perjalanan mereka untuk mendaftar sensus di Yerusalem, mereka singgah di Betlehem. Di sanalah Yesus dilahirkan.  Empat puluh hari kemudian, Yesus dibawa ke Bait Suci. Semuanya tampak damai. Tidak ada tanda-tanda pembantaian bayi yang memaksa keluarga Yesus untuk melarikan diri.  Mereka dengan tenang mempersembahkan bayi Yesus di Bait Suci, dan akhirnya kembali ke Nazaret, tempat asal mereka.

Jadi, kedua kisah ini sangat berbeda. Kesamaan keduanya hanyalah Yesus lahir di Betlehem.  Orang mungkin berkata, "Baiklah, itu satu fakta yang kita ketahui tentang Yesus." Tetapi sejarawan sekarang meragukan fakta itu. Mereka mengatakan bahwa ada nubuat yang dipahami orang-orang pada masa itu, yaitu bahwa Mesias harus lahir di Betlehem. Hal ini didasarkan pada sesuatu yang disebutkan dalam Perjanjian Lama, dalam Kitab Suci Yahudi.

Orang Kristen pada masa itu memahami bahwa akan datang seorang tokoh besar yang disebut Mesias. Dan Mesias ini akan lahir di Betlehem. Jadi, dengan pemahaman bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, para sejarawan sekarang berpendapat bahwa orang Kristen, yang menganggap Yesus adalah Mesias dan harus lahir di Betlehem, menyimpulkan bahwa Yesus lahir di Betlehem.  Dan dengan kesimpulan itu, kisah-kisah kemudian dikonstruksi untuk menunjukkan bahwa ia lahir di Betlehem.

Jadi, dapatkah kita menerima kisah-kisah ini sebagai bukti bahwa Yesus lahir di Betlehem?    Para sejarawan mengatakan bahwa kita tidak dapat menganggap kisah-kisah tersebut sebagai bukti karena kisah-kisah itu pada dasarnya dikonstruksi untuk memberi kesan tersebut. Entah itu benar atau tidak, Yesus pasti lahir di suatu tempat. Bisa jadi di Betlehem, bisa juga di tempat lain. Tetapi, kita tidak dapat menggunakan kisah-kisah ini sebagai bukti bahwa Ia lahir di sana.


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Memahami Al-Qur`an dan Kitab Suci Lainnya Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universit....

Suara Muhammadiyah

3 April 2024

Wawasan

Oleh: Donny Syofyan Kita adalah manusia. Kita tinggal di bumi yang sangat berharga bagi kita. Karen....

Suara Muhammadiyah

30 October 2023

Wawasan

YOGYAKARTA, Suara Muhammadiyah - Aisyiyah adalah sebuah organisasi perempuan Islam terbesar di Indon....

Suara Muhammadiyah

19 May 2024

Wawasan

HEBATNYA PEREMPUAN: Menguatkan Peran di Rumah dan Organisasi Oleh: Bahren Nurdin Dalam lintasan se....

Suara Muhammadiyah

24 November 2023

Wawasan

Silaturahmi untuk Islam Berkemajuan  Oleh Muhammad Qorib, PWM Sumatera Utara dan Dekan FAI UMS....

Suara Muhammadiyah

18 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah