Cabang Ranting Unggulan: Resep dari Negeri Pizza untuk Pimpinan dan Warga Persyarikatan

Publish

12 September 2025

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
38
Foto Istimewa

Foto Istimewa

Cabang Ranting Unggulan: Resep Dari Negeri Pizza untuk Pimpinan dan Warga Persyarikatan

Oleh: Muhammad Zulfi Ifani, Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah, Ketua PCPM Ngaglik Sleman, Mahasiswa Doktor Kepemimpinan & Inovasi Kebijakan UGM

Bagi generasi Baby Boomer dan Millenial yang pernah melihat Liga Italia Serie-A berjaya di tahun 1980 dan 1990-an. Ada satu fakta menarik, bahwasanya secara histori dan statistik, klub-klub sepak bola Italia Utara secara signifikan jauh lebih sukses dibandingkan rata-rata klub dari Italia Selatan.

Klub-klub dari Italia Utara, seperti Juventus, AC Milan dan Inter Milan mendominasi kompetisi domestik dan Eropa. Ketiga klub ini memiliki koleksi gelar Scudetto Serie A dan Liga Champions terbanyak. Selain mereka, klub-klub utara lain seperti Genoa, Sampdoria, Torino, dan Bologna juga pernah menjuarai Serie A. 

Di lain sisi, secara kontras, bagaikan langit dan bumi. Klub-klub dari Italia Selatan begitu kering prestasi. Napoli adalah satu-satunya tim Italia Selatan yang mampu secara konsisten bersaing di level atas dengan empat gelar Serie A. Selain Napoli, hanya ada Cagliari yang pernah menjuarai Serie A pada tahun 1970. Secara total, klub dari Italia utara punya 110 scudetto, dibandingkan dengan 11 scudetto milik klub dari tengah dan selatan.

Apa yang sebenarnya terjadi di Italia?

Dominasi Italia Utara vs Italia Selatan pernah ditulis oleh Robert D. Putnam (1993) dalam karya monumentalnya "Making Democracy Work: Civic Traditions in Modern Italy". Sejak tahun 1970-an, selama 20 tahun lebih Putnam meneliti dan membandingkan Italia Utara vs Italia Selatan. Ia berkesimpulan bahwa wilayah Italia utara memiliki infrastruktur yang lebih kuat, basis ekonomi yang lebih stabil, dan tradisi organisasi sosial yang lebih mapan, yang kemudian tercermin pada kesuksesan klub-klub sepak bola mereka. Kenapa bisa begitu berbeda?

Menurut Putnam, kunci perbedaan tersebut bermula dari civic community (komunitas kewargaan). Putnam mendefinisikannya sebagai masyarakat yang ditandai oleh partisipasi aktif, kepercayaan, kesetaraan politik, dan norma kerja sama.

Putnam menemukan fakta bahwa Italia Utara memiliki tradisi asosiasi sipil yang kuat dan komunitas lokal yang partisipatif. Sehingga imbasnya, kinerja pemerintahan di regional Italia Utara pun jauh lebih baik dibandingkan Italia Selatan yang secara sejarah bercirikan patronase, hierarki, clientelism – dan tentunya juga kurangnya partisipasi warga.

Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sipil berperan sebagai fondasi pembangunan. Institusi demokratis bekerja efektif ketika ada jaringan kepercayaan dan partisipasi warga. Semakin kuat masyarakat dan komunitas sipili, semakin maju pembangunan suatu negara.

Relevansi Riset Putnam pada Muhammadiyah

Mirip seperti Italia Utara yang makmur berkat kuatnya modal sosial. Cabang dan Ranting Muhammadiyah yang unggul seharusnya adalah yang memiliki modal sosial kuat, dengan jamaah yang kuat, kompak dan proaktif. Mereka bukan sekadar anggota pasif yang datang saat ada pengajian. Mereka adalah individu-individu yang terikat dalam sebuah komunitas, saling membantu, berbagi, dan terlibat aktif dalam kegiatan. Ini "modal sosial" versi Muhammadiyah.

Sebagai salah satu anggota LPCRPM PP Muhammadiyah, saya beberapa kali melihat fenomena ini. Di satu sisi, ada Cabang dan Ranting yang sangat hidup. Kegiatan pengajiannya padat, amal usahanya maju, dan warganya sangat antusias. Di sisi lain, ada Cabang dan Ranting yang lesu. Pengajiannya sepi, programnya stagnan, dan bahkan warganya hanya sekadar nama dalam struktur organisasi. Sekali lagi, merujuk pada pemikiran Putnam, “Perbedaan dasarnya bukan pada besarnya dana atau megahnya gedung, melainkan pada kualitas ‘modal sosial’ dari jamaah.”

Kita perlu bergeser dari fokus pada kepemimpinan semata, menuju partisipasi jamaah. Kepemimpinan yang kuat tentu sangat penting, namun tanpa jamaah (followership) yang aktif dan mendukung, kepemimpinan itu akan kosong. Jamaah yang baik adalah mereka yang kritis, proaktif, dan bertanggung jawab. Dalam konteks Muhammadiyah, berarti mereka adalah jamaah yang tidak hanya menunggu undangan rapat dan pengajian tapi juga aktif menggerakkan roda organisasi.

Seorang pemimpin besar seperti KH Ahmad Dahlan pun tidak bisa menggerakkan Muhammadiyah sendirian. Beliau butuh dukungan dari murid-murid dan pengikut yang setia dan proaktif. Begitu pula Nabi Muhammad dengan para sahabat assabiqunal awwalun. Demikian pula di era sekarang, keberhasilan seorang Pimpinan Cabang dan Ranting ditentukan oleh seberapa besar ia mampu menginspirasi dan memberdayakan jamaahnya. 

Seperti yang pernah diungkapkan oleh John C. Maxwell, "Seorang pemimpin yang hebat tidak menciptakan pengikut, dia menciptakan pemimpin lain." Dalam konteks ini, kepemimpinan di Muhammadiyah harus mampu menciptakan jamaah yang juga "pemimpin" bagi diri mereka sendiri dan komunitasnya.

Pada akhirnya, kunci untuk membangun Cabang dan Ranting unggulan bukan terletak pada program mercusuar atau dana yang besar, melainkan pada kemampuan pimpinan untuk menggerakkan hati dan pikiran para jamaah. Ketika jamaah sudah merasa memiliki dan diberdayakan, mereka akan bertransformasi jadi kekuatan besar yang mensukseskan setiap program kerja. Cepat atau lambat, jamaah akan membawa Muhammadiyah semakin dekat dengan tujuannya yaitu “menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.”


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Jangan Sekadar Ber-IMM, Jadikan Tulisan Sebagai Karya Utama Oleh: Fathan Faris Saputro Dalam dunia....

Suara Muhammadiyah

28 November 2023

Wawasan

KAPLING LAUT: Jamaah Akar Rumput dan JALAMU Jogja, Sabtu 14 Oktober 2023. Beberapa menit menjelang ....

Suara Muhammadiyah

20 October 2023

Wawasan

Menggiring Jamaah Berbondong ke Masjid dengan Memperbaiki Manajemennya Oleh: Amidi, Dosen FEB Unive....

Suara Muhammadiyah

15 April 2024

Wawasan

Muhammadiyah Siap Awasi DANANTARA Oleh: Hilma Fanniar Rohman, Dosen Perbankan Syariah, Universitas ....

Suara Muhammadiyah

20 February 2025

Wawasan

Misquoting Muhammad: Menavigasi Warisan Nabi di Era Modern Oleh: Donny Syofyan, Dosen Fakultas Ilmu....

Suara Muhammadiyah

24 January 2025

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah