Calon Presiden Keren
Oleh: Ahsan Jamet Hamidi, Wakil Sekretaris LPCR PP Muhammadiyah
Mencermati dinamika Pemilu 2024, tentu berbeda dengan Pemilu pertama yang saya ikuti di tahun 1987. Ketika itu, pemilih hanya bisa mencoblos satu tanda gambar dari 3 Parpol yang ada; Golkar, PPP dan PDI. Saat itu, saya tidak pernah membayangkan akan ada calon presiden baru yang berani mencalonkan dirinnya untuk menggantikan Soeharto. Presiden yang sangat ditakuti hingga tidak ada yang berani mencalonan diri. Berbeda dengan sekarang, rakyat bisa memilih satu dari banyak pasangan calon. Sebelum waktu pemilihan tiba, para pemilih bebas berkomentar apa saja, dari memuja hingga mencerca.
Sistem Pemilu bisa berubah, jumlah partai bisa bertambah, setiap partai boleh mengajukan calon presiden tanpa rasa takut kepada petahana. Tetapi, ada yang tidak pernah berubah sejak Pemilu pertama tahun 1955, yaitu keragaman alasan dan pilihan para pemilih. Saat ini kebebasan warga dalam memilih mutlak dilindungi oleh Negara. Memaksakan pilihan kepada orang lain adalah pelanggaran serius.
Untuk pemilihan presiden, sebagai pemilik satu suara, saya memiliki kriteria tentang calon presiden keren sebelum memilihnya nanti. Kriterianya sangat simple dan hanya ada dua; berani bersikap jujur dan tidak ”lebay” dalam memberikan janji.
Sikap Jujur
Semua orang sepakat bahwa sikap jujur adalah pangkal kebaikan yang menjadi inti ajaran semua agama di dunia. Karena manusia sulit menakar kejujuran orang, maka prasyarat kejujuran yang dimaksud berwujud pada konteks yang mudah dilihat dan didengar. Contoh, calon presiden keren adalah yang berani mengatakan; ”saya ingin menjadi Presiden Indonesia, karena posisi itu enak, menyenangkan dan menjadi impian banyak orang”.
Siapa yang menyanggah bahwa keuntungan yang diterima oleh Seorang presiden di Indonesia itu banyak? Ia bisa material hingga immaterial. Maaf, saya tidak bisa menyajikan angka pasti tentang berapa rupiah yang diperoleh seorang presiden dan waklinya. Pastinya, selain gaji bulanan, ada layanan super maksimum yang diberikan oleh negara. Untuk layanan kesehatan, keamanan, dana pensiun, hingga tempat tinggal misalnya, semua itu akan dijamin penuh Negara hingga sang presiden mangkat. Jika pasangannya masih hidup, ia pun tetap akan menerima layanan serupa hingga wafat juga.
Presiden Indonesia nyaris tidak akan mengalami banyak hambatan keamanan. Ada jutaan pasukan keamanan dari kepolisian, tentara, badan intelejen yang telah bersumpah setia dan siap mengambil resiko paling membahayakan, demi menjaga keamanan seorang presiden dan keluarganya. Soal problem kemacetan di jalan raya yang setiap hari dialami oleh warga di JABODETABEK, peristiwa itu nyaris tidak akan pernah ditemui. Warga biasa harus rela minggir, mengalah, merelakan jalannya untuk diprioritaskan kepada rombongan presiden yang hendak lewat.
Untuk urusan kesehatan presiden tidak perlu khawatir. Layanan maksimum akan diberikan oleh para dokter spesialis terbaik di Negeri ini. Jika presiden batuk atau pilek, dijamin tidak akan minum obat palsu tetapi lolos dari pantauan BPOM. Setiap tetes air dan biji nasi yang akan dikonsumsi harus terlebih dulu melewati proses uji coba ketat. Setiap biji gorengan yang dikonsumsi dijamin bukan berasal dari minyak goreng bercampur timbal yang sudah melalui 13 kali daur ulang.
Setuju bahwa beban kerja presiden itu berat. Tapi dia tidak bekerja sendirian. Ada puluhan menteri, lembaga, dan badan-badan usaha milik negara, TNI, POLRI yang jumlah pegawainnya jutaan orang. Mereka semua siap bekerja untuk mendukung agenda presiden. Jika presiden telah menggunakan anggaran pembangunan secara efektif dan effesien, itu memang sebuah kewajiban. Seseorang yang telah menunaikan kewajibannya dengan baik itu tidak istimewa, memang keharusan.
Apabila suatu saat sang presiden apes, pusing karena ditagih janji oleh para pendukung, penyokong dana politik yang merasa telah berjasa dalam proses pencalonannya dulu, itu adalah resiko yang harus ia terima. Tetapi, itu tetap bukan menjadi masalah negara. Mari kita lihat secara cermat apa dan dimana sumber masalah yang terjadi di Republik ini? Ada di internal kelembagaan negara atau di kalangan rakyat semesta?
Di atas adalah imajinasi sederhana saya tentang keuntungan materiil yang diterima oleh presiden. Keuntungan immaterial bisa tak terhitung nilainnya. Dalam tataran kehidupan sosial, dimana sikap feodal masih kental, seorang presiden akan selalu mendapatkan prioritas, posisi terhormat, mendapat nomer urut satu dalam segala urusan. Jikapun sesekali ada bullian warga di medsos, atau cercaan para demonstran di jalanan, itu hal lumrah. Belum sebanding dengan segala fasilitas dan layanan yang diterimanya selama menjadi presiden hingga mangkat.
Bisa mendapat penghormatan, keutamaan, keistimewaan dalam segala urusan adalah impian banyak orang. Apalagi bagi mereka yang merasa sudah mampu mencukupi kebutuhan maksimum dalam kehidupan diri dan keluargannya. Tidak punya masalah dengan materi, semua sudah serba berkecukupan, maka memperoleh kekuasaan besar selevel presiden adalah cita-cita berikutnya. Bayangkan, hanya ada satu diantara ratusan juta manusia di Indonesia.
Tidak Berlebihan
Jika tugas menjadi seorang presiden itu memang membutuhkan energi dan kemampuan yang luar biasa, maka lumrahnya ada persyaratan ketat untuk itu. Misalnya terkait dengan batasan usia. Faktannya, tidak ada batasan usia maksimum untuk mencalonkan diri menjadi presiden. Padahal umur adalah salah satu indikator untuk mengukur kemampuan kerja seseorang. Semakin menua, semakin berkurang produktivitasnya. Untuk itu, ada batasan usia pensiun bagi seorang pegawai.
Calon presiden keren adalah mereka yang tidak mempersonifikasi dirinya dengan jargon yang terlalu heroik. Misalanya “saya siap mati mengorbankan jiwa dan raga saya untuk negeri ini”. Ingat dong, Anda tidak menjadi calon presiden di Ukraina atau Palestina lho. Di sana ancaman kematian itu memang nyata adannya. Di Indonesia ancaman kematian itu juga ada karena memang waktu ajalnya sudah tiba. Kematian atas kehendak Tuhan memang tidak akan bisa dicegah oleh siapapun.
Calon presiden keren berikutnya adalah yang menawarkan janji secara terukur dan tidak terlalu berlebihan. Rekam jejak mereka sangat mudah ditemukan dan dibaca. Mereka pernah menduduki jabatan sekelas menteri, gubernur dan walikota. Jadi, klaim tentang keberhasilan dan perubahan yang diciptakan sangat mudah dikonfirmasi. Jejak digital seseorang itu lebih jujur dari kata-kata manis yang disampaikan dari atas mimbar kampanye.
Menjadi presiden itu memang istimewa, tetapi ia bukanlah satu-satunnya jalan untuk mewujudkan kebaikan kepada orang banyak. Berani berkata jujur sejak dalam niat adalah modal dasar untuk bisa bersikap dan berperilaku jujur dalam mengelola negara. Calon presiden pilihan saya adalah yang berani berkata jujur dan tidak berlebihan.