CERDAS MEMILIH PEMIMPIN
Oleh: Mohammad Fakhrudin
Warga Muhammadiyah tinggal di Magelang Kota
JABATAN
Jabatan itu amanah
manakala diperoleh melalui jalan Allah
diawali dengan niat ibadah
dilaksanakan senantiasa dengan bismillah
Sungguh jadi ironi
manakala jabatan dicari
apalagi dengan cara keji:
membohongi hati nurani
menjual harga diri,
memfitnah teman sendiri
Sungguh jadi lelucon murahan
manakala jabatan diperebutkan
apalagi dengan kekerasan
mengaku beriman, tetapi berkawan dengan preman
menghalalkan segala jalan
demi tercapainya tujuan
Kebenaran dan kemunkaran pun dicampuradukkan
Jabatan itu ujian
menuju kemuliaan atau kehinaan
Mulia jika Qur'an hadis dijadikan pedoman
Hina jika keduanya ditinggalkan
Jabatan itu pilihan
memberi sebanyak-banyaknya
atau menerima lebih dari haknya
menegakkan kebenaran, tetapi dibenci
atau mengkhianati nurani, tetapi dipuji
***
Suara Berharga
Pada 14 Februari 2024, bangsa Indonesia yang memenuhi syarat, in sya Allah menggunakan hak pilihnya untuk memilih pemimpin. Umat Islam Indonesia, yang menjadi mayoritas penduduk Indonesia, yang memenuhi syarat, idealnya menggunakan hak pilih secara cerdas agar dapat ikut menentukan masa depan Indonesia yang lebih baik.
Telah banyak pembicara dan penulis yang membahas syarat pemimpin yang ideal. Pembahasannya cukup komprehensif. Namun, umumnya pembahasan baru sampai pada syarat ideal yang bersifat internal, yakni yang harus dimiliki oleh calon pemimpin itu sendiri. Sangat sedikit (kalau tidak boleh dikatakan tidak ada) pembahasan syarat eksternal misalnya orang-orang yang menjadi teman calon pemimpin akan yang dipilih.
Pengaruh Teman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana terdapat di dalam HR Abu Dawud dan HR at-Tirmizi
المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل
“Agama seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya.”
Dari hadis tersebut kita ketahui bahwa pengaruh agama teman dekat sangat besar. Teman dekat yang memahami dan mengamalkan agama secara kaffah tentu berpengaruh sangat baik.
Untuk memilih pemimpin, kita tidak hanya mempertimbangkan kesalehan orang yang kita pilih, tetapi juga mempertimbangkan kesalehan orang-orang yang menjadi teman dekatnya. Memang tidak ada orang yang sempurna, tetapi pasti ada orang yang kekurangannya lebih sedikit dibandingkan orang lain. Tambahan lagi, seseorang dinilai baik bukan karena tidak mempunyai kekurangan. Kita menilai bahwa seseorang itu baik karena kebaikannya lebih banyak daripada keburukannya. Sikap ini harus menjadi rujukan.
Berkaitan dengan teman dekat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana terdapat di dalam HR al-Bukhari dan Muslim
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
"Dari Abu Musa, dari Nabi Muhammad, beliau bersabda: Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk bagaikan penjual minyak wangi dengan pandai besi, ada kalanya penjual minyak wangi itu menghadiahkannya kepadamu atau kamu membeli darinya atau kamu mendapatkan aroma wanginya. Pandai besi ada kalanya (percikan apinya) membakar bajumu atau kamu mendapatkan aroma tidak sedap darinya."
Hadis tersebut berkualitas sahih dan dapat kita jadikan hujjah. Penjual minyak wangi di dalam hadis itu kiranya dapat kita pahami sebagai orang saleh.
Berkenaan dengan hadis tersebut, mari kita pertimbangkan kesalehan teman-teman dekat calon pemimpin yang akan kita pilih.
Teman yang Sebaik-baiknya
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an, surat an-Nisa (4): 69
وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَا لرَّسُوْلَ فَاُ ولٰٓئِكَ مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمَ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ مِّنَ النَّبِيّٖنَ وَا لصِّدِّيْقِيْنَ وَا لشُّهَدَآءِ وَا لصّٰلِحِيْنَ ۚ وَحَسُنَ اُولٰٓئِكَ رَفِيْقًا
"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberi nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pencinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya."
Berdasarkan ayat tersebut, teman yang sebaik-baiknya adalah orang saleh. Kesalehan dijelaskan di dalam Al-Qur’an misalnya surat Ali ‘Imran (3): 113-114
لَـيْسُوْا سَوَآءً ۗ مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ اُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَّتْلُوْنَ اٰيٰتِ اللّٰهِ اٰنَآءَ الَّيْلِ وَ هُمْ يَسْجُدُوْنَ
"Mereka itu tidak (seluruhnya) sama. Di antara Ahli Kitab ada golongan yang jujur, mereka membaca ayat-ayat Allah pada malam hari, dan mereka (juga) bersujud (shalat)."
يُؤْمِنُوْنَ بِا للّٰهِ وَا لْيَوْمِ الْاٰ خِرِ وَ يَأْمُرُوْنَ بِا لْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَا رِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ ۗ وَاُ ولٰٓئِكَ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ
"Mereka beriman kepada Allah dan hari Akhir, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang saleh."
Dari ayat (114) kita ketahui bahwa orang saleh beriman akan adanya alam akhirat, bukan orang yang menganggap bahwa kehidupan di akhirat adalah dongeng belaka.
Pertanyaan mendasar yang kiranya dapat kita jadikan panduan untuk memastikan pemimpin pilihan kita adalah apakah orang yang akan kita pilih berteman dengan orang-orang saleh sebagaimana dijelaskan di dalam ayat-ayat itu?
Idealnya pemimpin yang kita pilih adalah orang yang berteman dengan orang-orang saleh. Mereka pasti berpengaruh baik.
Kalaupun di antara teman-teman dekatnya ada “orang salah" atau "orang buruk akhlak", tetapi jumlah mereka sangat sedikit, kiranya keburukan akhlaknya itu tidak berpengaruh. Namun, jika sebaliknya, keburukan akhlaknya itu dapat berpengaruh secara signifikan.
Jika bandar judi, bandar sabu, pemabuk, atau preman yang menjadi teman dekatnya dan jumlahnya banyak, bisakah dia memberantas judi, memberantas perdagangan sabu, menutup pabrik minuman keras, dan memberantas premanisme?
Jika teman dekatnya adalah pakar hukum yang menjadi pembela orang yang membayar dengan dalil "pembenaran" dan mereka bukan pembela orang yang benar dengan dalil "kebenaran", bisakah dia menjadi pemimpin yang menegakkan keadilan?
Jika teman dekatnya adalah buzzer, tidakkah merusak nilai etika yang seharusnya dijunjung tinggi?
Jika teman dekatnya adalah surveyor abal-abal, tidakkah dapat menciptakan kebohongan berkepanjangan?
Di Indonesia (mungkin di negara lain juga) ada fenomena yang telah diprediksi oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana terdapat di dalam HR at-Tirmizi berikut ini. Dari Abu Hurairah Radiyallahu 'anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
يَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ يَخْتِلُوْنَ الدُّنْيَا بِالدِّينِ يَلْبَسُوْنَ لِلنَّاسِ جُلُوْدَ الضَّأْنِ مِنَ اللِّينِ، أَلْسِنَتُهُمْ أَحْلَى مِنَ السُّكَّرِ، وَقُلُوْبُهُمْ قُلُوْبُ الذِّئَابِ، يَقُوْلُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَبِي يَغْتَرُّوْنَ، أَمْ عَلَيَّ يَجْتَرِئُوْنَ؟ فَبِي حَلَفْتُ لَأَبْعَثَنَّ عَلَى أُولَئِكَ مِنْهُمْ فِتْنَةً تَدَعُ الحَلِيْمَ مِنْهُمْ حَيْرَانًا
“Akan keluar pada akhir zaman beberapa orang yang mencari dunia dengan amalan agama, mereka mengenakan pakaian di tengah-tengah manusia dengan kulit domba yang lembut, lisan mereka lebih manis daripada gula, tetapi hati mereka adalah hati srigala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Apakah terhadap-Ku mereka berani menipu ataukah mereka berani melawan Aku? Dngan Kebesaran-Ku, Aku bersumpah, Aku benar-benar akan mengirim kepada mereka fitnah yang mengakibatkan ulama yang teguh hati pun menjadi bingung.”
Bukankah pada tiap menjelang pilpres di Indonesia ada "ulama" yang demi kepentingan dunia, mereka menjual akhirat dengan harga sangat murah?
Kesuksesan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagai Pemimpin
Kemuliaan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kunci sukses kepemimpinannya diakui oleh masyarakat dunia. Dengan kemuliaan akhlaknya, beliau dapat menyelesaikan berbagai masalah. Berbagai konflik di masyarakat dapat diselesaikan. Dari masyarakat berakhlak buruk, menjadi berakhlak mulia. Dari masyarakat bodoh menjadi masyarakat pintar. Pendek kata, beliau telah berhasil melakukan perubahan dari keadaan yang tidak baik menjadi baik. Dari yang baik menjadi yang lebih baik.
Mari kita memilih pemimpin yang mencontoh kepemimpinan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempunyai ciri-ciri, antara lain, sebagai berikut: (1) mengutamakan keteladanan, (2) mengutamakan musyawarah, dan (3) mengutamakan kebersamaan.
Allahu a'lam