Cerita di Balik Hari Lebaran Bersama Keluarga
Oleh: Rumini Zulfikar/Penasehat PRM Troketon
Setiap momen atau peristiwa masing-masing orang maupun keluarga dalam menyambutnya berbeda-beda serta beragam cara, sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Puasa bulan Ramadhan hampir berakhir kala itu, Mbah Nini Kakung dan Mbah Nini Putri ngobrol/berbincang-bincang untuk merencanakan Lebaran di kampung Mbah Nini Putri, yaitu di Wonogiri. Dalam obrolan tersebut terjadi diskusi.
Mbah Nini:
“Bu', Lebaran tahun ini enaknya kapan mudik ke Wonogiri?”
Mbah Nini Putri:
“Ya seperti biasanya Bi, hari kedua Lebaran!”
Mbah Nini Kakung:
“Ya tak lihat apakah tanggal 1 April itu saya jatah masuk piket apa tidak, Bu.”
Mbah Nini Putri:
“Oh, njih Bi.”
Selang beberapa hari, Mbah Nini memberikan kabar kepada Mbah Nini Putri bahwa pas Lebaran hari kedua libur alias tidak piket jaga. Sepekan sebelum Lebaran, sang keponakan Mbah Nini ke rumah Mbah Nini bilang,
"Mbah, besok kalau mudik, Adnan, Tisna, sama aku ikut Mbah." Lantas dijawab, "Nanti Mbak, kemungkinan Lebaran kedua Mbak." Sang keponakan Mbah Nini menjawab, "ya Mbak".
Hikmah di Balik Peristiwa
Seiring waktu berjalan, dua hari sebelum hari raya, tiba-tiba Android Mbah Nini ada pesan lewat WhatsApp dari temannya, yang mana dalam pesan seperti ini:
Bu Ani:
“Mas, misale jenengan besok tanggal 1 itu masuk pripun, Mas? Soale iki kondisi kesehatan kurang fit, Mas.”
Mbah Nini:
“Oh, njih Bu, sebentar Bu, kulo tak rembugan sama istri saya Bu, karena rencananya hari kedua Lebaran itu mau mudik ke Wonogiri, Bu.”
Lantas Mbah Nini menghubungi Mbah Nini Putri.
Mbah Nini:
“Bu', iki mau lho Bu Ani ngirim pesan WA nek suk tanggal 1 iku ndak bisa masuk jaga piket ki, Bu, piye ki Bu?”
Mbah Nini Putri:
“Oh ya sudah Bi, manusia hanya boleh berencana tapi Allah yang menentukan.”
Lantas Mbah Nini mengabari sama rekan satu timnya bisa menggantikan jaga piket. Setelah itu, Mbah Nini Putri bilang:
“Gini aja Bi, ngabari Dina yang kemarin katanya mau ikut mudik, Bi.”
Mbah Nini:
“Ya nanti tak hubungi.”
Lantas Mbah Nini mengabari keponakan Mbah Nini, yang mana ada perubahan jadwal mudiknya dari Lebaran kedua diajukan Lebaran pertama. Selang beberapa saat memberi kabar kalau ndak jadi ikut sama Mbah Nini ndak apa-apa, walaupun rencananya untuk naik ke rumahnya Mbah Nini itu di atas, jadi untuk memudahkan harus nyarter atau Grab sepeda motor atau mobil dari sana yang menguasai medan pegunungan.
Dari Buka Puasa Bersama Sampai Melantunkan Takbir Bersama-Sama
Senja akhir Ramadan begitu tiba, begitu azan Magrib berkumandang, Mbah Nini dan Mbah Nini Putri, bersama anak-anaknya (Mas Ahmad, Mbak Novi), berbuka puasa bersama di teras rumah. Setelah dilanjutkan salat Magrib berjamaah di musala rumah.
Setelah salat Magrib selesai, Mbah Nini mengajak Mbah Nini Putri dan keduanya untuk melantunkan takbir bersama-sama.
Lantas Mbah Nini mengawali dengan melantunkan takbir:
اللَّهُ أَكْبَرْ اللَّهُ أَكْبَرْ اللَّهُ أَكْبَرْ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، اللَّهُ أَكْبَرْ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Bacaan Latin:
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, Laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar, Allaahu akbar walillaahil hamd.
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan Allah Maha Besar.
Allah Maha Besar dan segala puji bagi-Nya.”
Setelah itu diikuti Mbah Nini Putri dan anak-anak Mbah Nini.
Malam mulai beranjak menuju larut malam. Tepat pukul 02.00, Mbah Nini bangun, setelah itu mandi dan melaksanakan salat sunah. Pukul 03.30 anak-anak bangun dan mandi, persiapan lainnya serta persiapan untuk salat Subuh dan momen yang tidak bisa dilupakan yaitu salat Subuh berjamaah dalam keluarga Mbah Nini. Ada sebuah kesan mendalam, diawali dari buka puasa bersama, takbiran bersama, sampai salat Subuh berjamaah.
Setelah selesai Subuh, Mbah sekeluarga bergegas berangkat mudik ke kampung halaman Mbah Nini Putri. Tepat pukul 04.56 WIB, Mbah Nini sekeluarga berangkat menuju ke Wonogiri. Tapi sebelum berangkat, Mbah Nini bilang:
“Nanti kita salat Id-nya nanti kita cari di daerah sana ya, Bu, Mas, Mbak.”
Lantas dijawab:
“Ya Bi!”
Dalam perjalanan, Mbah Nini sambil mengamati lokasi salat Idulfitri, dan akhirnya Mbah Nini menemukan tempat salat Idulfitri di halaman Masjid Agung Wonogiri yang mana satu area dengan Alun-Alun Giri Krida Bakti.
Lantas Mbah Nini memarkirkan sepeda motor, Mbah Nini bersama keluarga (Mbah, Mas Ahmad, Mbak Novi) menuju ke tempat salat dan alhamdulillah Mbah Nini dan Mas Ahmad bisa menempati shaf kedua dari depan.
Salat Idulfitri yang Istimewa
Bagi Mbah Nini, momen salat Idulfitri tahun ini sangat istimewa karena:
Pertama, salat Idulfitri di luar kampung, yaitu di alun-alun Wonogiri.
Kedua, Mbah Nini bersyukur ternyata bisa di barisan shaf kedua dalam pelaksanaan salat Idulfitri, di belakang Pak Bupati Wonogiri.
Ketiga, setelah salat Idulfitri, diberikan kesempatan menyapa Pak Bupati, bisa bersalaman serta bisa foto bersama dengan Pak Bupati Wonogiri, Setyo Sukarno.
Setelah selesai salat Idulfitri, Mbah Nini sekeluarga melanjutkan perjalanan ke rumah Mbah Nini Putri. Setelah melalui perjalanan yang panjang, akhirnya sampai di tujuan mudik di kampung Kraguman, Tirtomoyo. Rasa lelah terobati bisa silaturahmi dan sungkem dengan orang tua serta bisa berkumpul dengan kerabat, walaupun hanya beberapa jam. Banyak cerita dan banyak dilihat, baik suka maupun suka.
Sesungguhnya memaknai Idulfitri atau dalam masyarakat Jawa kita menyebutnya “Lebaran” itu mempunyai makna dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, yaitu:
Lebar, yang bermakna kita lepas dari kemaksiatan menuju ketaatan pada Allah dalam bentuk kasih sayang.
Lebur, yang bermakna kita silaturahmi dengan sungkem pada yang lebih tua untuk memohon maaf, dan sebaliknya yang tua memberikan maaf kepada yang muda.
Luber, yang bermakna bahwa dalam kultur tradisi silaturahmi di masyarakat Jawa membawa nilai-nilai yang luhur, yaitu saling memaafkan dan minta maaf, rembasan rasa saling mengakui kesalahan dan memberikan maaf. Selain itu, saling berbagi dengan memberikan uang atau dalam bentuk barang, sehingga menggembirakan sesama manusia sebagai makhluk sosial. Di hari Lebaran itulah momen berkumpul keluarga maupun kerabat handai tolan.
Labur, yaitu mempunyai makna putih nan suci, berarti dengan Hari Raya Idulfitri kita kembali dengan hati yang bersih nan suci, ibarat bayi yang baru lahir, tidak ada dosa.
Tepat pukul 13.00, Mbah Nini berpamitan sama Bapak/Simbok. Dalam perjalanan itu kami berempat diantar pakai mobil Kijang milik tetangga, dan ternyata sang sopir asalnya juga satu kabupaten sama Mbah Nini, hanya beda kecamatan. Sesampainya di wilayah Tawangsari, Sukoharjo, Mbah Nini menghentikan sepeda motornya dan meminta sama Mas Ahmad agar gantian di depan, bonceng ke Mbak Novi, sekaligus untuk melatih dan sekaligus uji coba (ride test) untuk dari Tawangsari sampai Pedan mengendarai sepeda motornya.
Dan alhamdulillah, mudik yang penuh kesan, dan pukul 16.30 Mbah Nini sampai di rumah dengan menempuh 53 KM dari Pedan - Wonogiri.
Dari perjalanan itulah bagi Mbah Nini sekeluarga, belajar dari sebuah nilai-nilai dari arti sebuah makna akan kehidupan ini, tidak lepas dari kebutuhan ruhani dan jasmani yang seimbang, dengan titik tolaknya salah satunya dari kebersihan hati yang bersih nan suci dalam kehidupan itu sendiri, dalam berinteraksi, baik dengan Tuhan maupun interaksi sosial.
Selamat Merayakan Hari Raya Idulfitri
Semoga kita menjadi umat yang beruntung sesuai tujuan berpuasa, yaitu menyandang predikat takwa. Aamiin.