BANYUWANGI, Suara Muhammadiyah – Nama Muhammadiyah Banyuwangi akhirnya muncul saat panitia membacakan penyerahan medali dalam ajang Olympicad Ke-7 yang digelar 6-8 Maret 2024 di Bandung. Hal ini berkat raihan medali perak Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 8 Siliragung, Banyuwangi, Jawa Timur.
Muhlas Effendi, Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 8 Siliragung berhasil membawa medali perak dalam kategori Lomba Best Practice praktik baik pengelolaan sekolah oleh kepala sekolah tingkat SMA/SMK. Dan harus bersaing dengan sejumlah SMA/SMK Muhammadiyah yang ada diseluruh Indonesia.
“Awalnya saya tidak membayangkan dapat meraih medali perak ini, pendaftaran pun sedikit dipaksa oleh Bu Arbaiyah, Ketua Dikdasmen PWM Jawa Timur. Saya diminta untuk membuat makalah dan PPT (Power Point Presentasi), bahkan hampir ditolak oleh panitia mas,” ujar Muhlas kepada kontributor Suara Muhammadiyah.
Mengingat saat daftar hampir terlambat dan ditolak, Muhlas hanya bisa memohon karena sudah sampai ditempat, jauh-jauh dari Banyuwangi yang berada diujung timur pulau jawa. Maka dirinyapun meminta diberi waktu presentasi diurutan terakhir.
Presentasi yang disampaikan adalah Sekolah Tanpa Pagar, sebab selama ini banyak yang tidak pernah terpikirkan oleh pengelola sekolah setingkat SMA/SMK sebagian besar siswanya sudah menginjak dewasa. Apa bisa menjalankan pembelajaran dengan baik bila sekolahnya tanpa ada pagarnya. Apakah ada jaminan anak didik tidak keluar dari lingkungan sekolah atau bahkan pulang sebelum waktunya.
Ditengah presentasi para juri makin penasaran dan bertanya fakta dilapangan apa sekolah benar tidak ada pagarnya. Dan dijelaskan oleh Muhlas bahwa maksud dari tidak ada pagar ini bukan berarti tidak ada pagarnya dalam arti fisik, namun pagar akhlak dengan perlunya pendidikan Islami ada dan hadir ditengah-tengah proses pembelajaran, contohnya seperti hukum wajib sholat disekolah.
Apalagi disekolah banyak sekali fasilitas pembelajaran seperti laboratorium berisi peralatan mahal. Demi keamanan, mesti dibutuhkan pengaman berupa pagar akhlak ini. Dan menurutnya banyak sekolah yang mengabaikan hukum wajib sholat disekolah. Sehingga saat adzan sholat banyak yang tidak terpanggil untuk segera melaksanakan sholat dengan kesadaran atau bila perlu dipaksa untuk mengerjakan sholat.
Juri semakin penasaran saat disampaikan bahwa dengan inovasi ini berhasil merubah jumlah siswa yang semula 417 menjadi 1.065 dalam satu periode kepemimpinan. Gedung sekolah bertambah megah, dan memiliki unit bisnis seperti SuryaMart, Dealer Yamaha, dan Edhotel kelas hotel bintang 3.
Presentasi yang disampaikan justru membuat juri semakin betah untuk bertanya jawab, waktu yang semestinya disediakan hanya 15 menit bahkan molor sampai 1 jam. Hal ini karena konsep pembelajaran di SMK Muhammadiyah 8 Siliragung tidak meninggalkan pembelajaran akhlak sebagai pagar untuk membentengi sekolah dan anak didik.
Sementara itu Majelis Dikdasmen dan PNF Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banyuwangi mengapresiasi atas raihan medali perak peserta dari Banyuwangi ini. Selain bisa membawa nama Muhammadiyah Banyuwangi diajang tingkat nasional, juga bisa menjadi contoh yang bisa diterapkan di sekolah yang lain.
“Harapan kami kedepan diajang yang sama, wakil sekolah Muhammadiyah dari Banyuwangi bisa mengirimkan delegasi lebih banyak lagi. Karena ini bisa menjadi sarana untuk menguji kompetensi masing-masing wakil sekolah serta evaluasi hasil penerapan pola pendidikan,” tutur H. Sujanto.
Seperti diketahui dalam ajang Olympicad Ke-7 di Bandung, Dikdasmen Muhammadiyah Banyuwangi mengirim 12 siswa. Antara lain 7 siswa dari SMK Muhammadiyah 1 Genteng, 4 siswa dari SMK Muhammadiyah 2 Genteng, 1 siswa dari SD Muhammadiyah 19 Rogojampi. (Rizkie Andri).