Dakwah Komunitas: Menyentuh Kehidupan Perkotaan dengan Pendekatan Kontekstual
Oleh: Achmad Fauzi/Anggota LPCRPM PP Muhammadiyah, Anggota BWI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta
Muhammadiyah lahir dari denyut kehidupan kota. Sejak didirikan di Kauman, Yogyakarta—yang saat itu merupakan kawasan urban yang sibuk dengan aktivitas para pedagang dan pengrajin batik—organisasi ini langsung berhadapan dengan dinamika masyarakat perkotaan: cepat, rasional, dan terbuka terhadap perubahan.
Tidak seperti di pedesaan yang umumnya masih memiliki ruang sosial yang longgar, masyarakat kota hidup dalam tekanan ritme harian yang tinggi. Mulai dari kemacetan, pekerjaan yang menuntut, hingga biaya hidup yang terus membayangi. Dalam kondisi seperti ini, kegiatan sosial-keagamaan sering kali terpinggirkan. Maka tak heran jika pendekatan dakwah yang bersifat seremonial dan panjang terasa kurang relevan bagi warga kota.
Di sinilah pentingnya dakwah komunitas. Dakwah tidak lagi sekadar ceramah satu arah di atas mimbar, tetapi hadir dalam keseharian masyarakat. Ini adalah dakwah yang menyapa, mendengarkan, dan menyatu dengan kehidupan umat. Bentuk komunitas di kota bisa sangat beragam: dari komunitas profesi, penghuni apartemen, kelompok hobi, hingga jaringan relawan digital.
Karakter masyarakat kota yang pragmatis dan berbasis nalar menuntut pendekatan dakwah yang substansial. Mereka mencari makna, bukan sekadar rutinitas. Kajian yang tematik dan menyentuh realitas sosial jauh lebih diminati dibandingkan pengajian yang terlalu normatif. Di sinilah dakwah komunitas menjadi relevan: ia fleksibel, responsif, dan hadir sesuai konteks.
Muhammadiyah sebagai gerakan pembaruan (tajdid) ditantang untuk menjawab kebutuhan ini. Dakwah komunitas menjadi salah satu jawabannya. Melalui forum kecil di kantor, diskusi daring di media sosial, hingga mentoring spiritual di lingkungan kerja atau tempat tinggal, dakwah bisa tetap hidup meski ruang dan waktu terasa sempit.
Lorong sempit pun bisa menjadi jalan lebar, asalkan kita mampu membaca zaman. Dakwah tidak boleh statis. Ia harus bergerak, beradaptasi, dan menyentuh langsung apa yang dibutuhkan umat hari ini.
Teknologi pun menjadi bagian penting dari dakwah masa kini. Media sosial, podcast, video dakwah, hingga aplikasi keagamaan menjadi sarana baru untuk menyampaikan pesan-pesan Islam dengan pendekatan yang segar dan menarik, khususnya bagi generasi muda.
Namun, di tengah pluralitas perkotaan, dakwah komunitas juga harus dijalankan dengan penuh empati. Nilai-nilai universal seperti keadilan, kasih sayang, dan tolong-menolong perlu ditonjolkan, agar dakwah tidak menimbulkan sekat atau gesekan di tengah masyarakat yang majemuk.
Dakwah komunitas bukan sekadar strategi, tapi merupakan bentuk nyata kehadiran Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Islam yang menyapa, bukan menghakimi. Islam yang hadir di tengah kesibukan kota, memberikan makna, solusi, dan harapan.
Di masa depan, dakwah komunitas harus terus dikembangkan dengan kreativitas dan inovasi. Ruang-ruang kecil yang selama ini terabaikan bisa menjadi titik awal tumbuhnya kesadaran beragama yang kuat, relevan, dan membumi di tengah masyarakat urban yang dinamis.
Dakwah komunitas bukan hanya tugas individu, tetapi menjadi tanggung jawab kolektif yang harus terus diperkuat. Di tengah dinamika kehidupan perkotaan yang penuh dengan tantangan, dakwah yang meresap dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi jawaban untuk menciptakan keseimbangan, kedamaian, dan keberlanjutan sosial. Oleh karena itu, membangun ruang-ruang dakwah yang lebih inklusif, kontekstual, dan berbasis pada kebutuhan masyarakat menjadi langkah krusial ke depan.
Muhammadiyah, sebagai organisasi yang berakar dari nilai-nilai pembaruan, memiliki peluang untuk menjadi jembatan yang menghubungkan umat dengan solusi praktis terhadap permasalahan hidup di kota. Dengan semangat kebersamaan dan visi yang jelas, dakwah komunitas bisa hadir bukan hanya untuk memberikan pengetahuan, tetapi juga untuk membangun hubungan yang lebih dekat, lebih manusiawi, dan lebih memberdayakan.
Mari kita jadikan setiap kesempatan sebagai ruang untuk berbagi dan memperkuat tali silaturahim, agar dakwah komunitas tidak hanya mengisi ruang fisik, tetapi juga menyentuh hati dan membawa dampak positif yang nyata di tengah masyarakat urban yang terus berkembang.
Dakwah komunitas merupakan pendekatan dakwah yang relevan di tengah kehidupan perkotaan yang dinamis. Menghadapi masyarakat kota yang pragmatis dan sibuk, dakwah harus hadir secara kontekstual, fleksibel, dan menyentuh kebutuhan nyata umat. Melalui ruang-ruang kecil seperti forum kerja, media sosial, dan komunitas hobi, dakwah dapat memberikan makna dan solusi, bukan hanya ritual semata. Muhammadiyah, dengan semangat pembaruannya, memiliki peran penting dalam mengembangkan dakwah ini untuk menciptakan kedamaian dan keberlanjutan sosial. Inovasi dan empati menjadi kunci untuk menghadirkan dakwah yang inklusif, relevan, dan memberdayakan.