Kusambut Ramadhan dengan Menangis

Publish

13 March 2024

Suara Muhammadiyah

Penulis

0
540
Ilustrasi

Ilustrasi

Oleh: Bahrus Surur-Iyunk

Anggota LPCRPM PWM Jatim, alumni Pondok Modern Muhammadiyah Paciran Lamongan, tinggal di Sumenep

 

Ada seorang teman bercerita tentang pengalamannya. Ya, hanya diceritakan kepada saya, katanya. Pada bulan Oktober 2021 yang lalu, ia terkena stroke ringan. Meskipun ringan, tapi ada kekhawatiran dalam dirinya untuk menjadi stroke berat. Dalam gelayutan kecemasan itu ia ingat Ramadhan yang akan datang pada bulan April pada tahun berikutnya (2022). Setiap malam seusai shalat malam dan setelah shalat rawatib, ia lantunkan doa kepada Allah agar ia disampaikan dan mendapati Bulan Ramadhan. Tidak pernah bosan dan berhenti memintanya. Allah memberikan kesembuhan kepadanya.

Namun, pada bulan Desember 2021 Allah memberikan ujian lagi. Karena telah terjadi kelainan pada lengannya, dokter menyarankan kepadanya untuk menjalani operasi. Ia harus dibius total. Lagi-lagi ia digelayuti kekhawatiran, sebagaimana yang sering diceritakan banyak orang. Beruntungnya, ia pasrah saja kepada Allah. “Biarlah Allah saja yang mengatur dengan kehendak-Nya.” Tetapi, yang dia ingat kembali adalah bulan puasa Ramadhan. Doanya semakin kuat disampaikan kepada Allah agar dia diebri kesempatan menjalani bulan suci Ramadhan. Allah pun melancarkan operasinya dan dia bisa sembuh dengan baik.

Rupanya, ujian Allah belum berhenti. Pada bulan Pebruari 2022, ia diuji dengan paparan virus Omicron. Dadanya sesak, flu berat, demam panas dingin, tenggorokan sakit sekali saat menelan ludah sekalipun. Ia juga tidak berselera makan karena rasa sakitnya. Dalam keadaan yang demikian, ia semakin ingat Ramadhan yang sudah di depan mata. Dia terus berdoa dan semakin mendekat kepada Yang Maha Pencipta. Allah masih menyayanginya. Allah menyembuhkannya.

Di waktu subuh pertama bulan Ramadhan, seorang imam membaca Qs. Al-Baqarah ayat 183 dan seterusnya. Ia yang menjadi makmum dan pernah membaca artinya, semakin ingat betapa doanya dikabulkannya oleh Allah. Ia menangis dalam shalatnya. Ia ingat dengan apa yang telah dialaminya enam bulan sebelumnya. usai shalat subuh, ia tersungkur bersujud syukur dengan agak lama.

Saya yang kenal dan kebetulan memperhatikan di waktu subuh itu kemudian bertanya, “Kenapa sampeyan menangis begitu tersedu-sedu?”

Lelaki yang sedang menunggu waktu syuruq di masjid itu lalu menceritakan kisah di atas. Dan yang menjadi sangat bersyukur baginya adalah, “Saya ingat cerita sahabat Nabi Talhah bin Ubaidillah yang bermimpi tentang dua temannya yang mendahuluinya.”

Sekarang, kesan apa yang ada dalam benak hati kita dengan datangnya Ramadhan? Jangan-jangan kita malah merasa susah dengan hadirnya Ramadhan, karena tidak bisa lagi menikmati makanan dan minuman di siang hari. Apalagi harus berhaus-haus dan berlapar-lapar. Atau, kita merasa biasa-biasa saja, karena dianggap sebagai rutinitas tahunan yang harus dijalani. Bisa jadi, kita merasa senang dengan hadirnya Ramadhan, karena bisnis pakaian, makanan dan minuman kita akan lancar. 

Rasulullah mengajari kita untuk menyambut Ramadhan dengan penuh kebahagiaan. Inilah yang disebut Tarhib Ramadhan. Ada banyak cara orang menyambut Ramadhan. Ada yang dengan pawai keliling kampong. Ada yang menunggu bulan di pinggir pantai. Ada yang mengunjungi makam ayah ibunya, kakek neneknya atau anak-anaknya yang telah mendahului. Ada yang dengan belanja secukupnya, kalau tidak sebanyak-banyaknya, untuk kebutuhan Ramadhan.

Apapun yang dilakukan, menyambut hadirnya Ramadhan semestinya tidak terjebak pada hal-hal yang sifatnya jasmaniah, sehingga kita kehilangan makna terdalam Ramadhan. Jika kita benar-benar menyambut Ramadhan, kita perlu menyipakan Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Kita mungkin perlu menyimak sebuah riwayat berikut. Beberapa hari sebelum berakhirnya bulan Sya’ban tahun kedua Hijrah Nabi ke Madinah, Allah menurunkan ayat yang mewajibkan puasa pada bulan Ramadhan, “Wahai orang orang yang beriman diwajibkan ke atasmu berpuasa sebagaimana diwajibkan kepada umat umat sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183). 

Untuk menyosialisasikan ayat tersebut serta menyambut Ramadhan, selepas shalat ‘Ashar hari itu juga, Rasulullah SAW berpidato: 

hadits berikut.

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

“Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang sarat dengan berkah. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa. Pintu-pintu surga dibuka dan pintu-pintu neraka jahim ditutup. Setan-setan dibelenggu. Bulan yang di dalamnya ada satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad (2/385).


Komentar

Berita Lainnya

Berita Terkait

Tentang Politik, Pemerintahan, Partai, Dll

Wawasan

Apakah Allah ‘Memejamkan Mata’ terhadap Derita Rakyat Palestina? Oleh: Donny Syofyan, D....

Suara Muhammadiyah

10 June 2024

Wawasan

Mendorong Praktik Baik Merdeka Belajar Oleh: Rizki P. Dewantoro Program Merdeka Belajar merupakan ....

Suara Muhammadiyah

17 March 2024

Wawasan

  Dari BJ Habibie Hingga FX Silaban Oleh: Assoc. Prof. H. Wawan Gunawan Abdul Wahid Judul di....

Suara Muhammadiyah

12 September 2023

Wawasan

Oleh: Nur Ngazizah “Belajarlah, karena ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya, juga keutamaan ....

Suara Muhammadiyah

2 December 2023

Wawasan

Ketupat Lebaran Idul Fitri Oleh: Dr Faozan Amar, Sekretaris MPKS PP Muhammadiyah dan Dosen FEB UHAM....

Suara Muhammadiyah

9 April 2024

Tentang

© Copyright . Suara Muhammadiyah